Suara nyaring dan keras menggema di mana mana, ya itu adalah suara ibu yang sedari tadi berteriak membangkang Fadly.Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, tetapi Fadly belum juga beranjak dari tempat tidurnya.
"Fadly, lihat jam itu nak, kalau belum bangun juga nanti telat ke sekolahnya."
Dengan langkah gontai, Fadly berjalan menuju kamar mandi.Dia mandi dengan terburu buru karena takut dimarahi ibunya lagi.Dengan cekatan Fadly membongkar lemari baju dan menemukan seragam sekolahnya yang sangat kusut karena belum disetrika.Setelah selesai memakai seragamnya, Fadly segera berlari menuju dapur untuk mencari ibunya.Ibunya sangat sibuk menyiapkan kue Jongkong dagangannya.Muka Fadly seketika berubah menjadi masam melihat ibunya menyiapkan kue Jongkong untuk dijual.
"Ibu, Fadly tidak mau jualan kue Jongkong itu lagi, setiap hari Fadly diejek teman-teman karena jualan kue itu."
Ibu hanya menghela nafas panjang melihat tingkah anaknya itu.Ya, Fadly memang tidak mau menjual kue Jongkong itu disekolah nya karena selalu diejek teman-temannya dengan sebutan "anak tukang jual kue Jongkong".Tentu saja Fadly merasa malu karena pekerjaan ibunya yang hanya membuat kue Jongkong.
Kali ini ibu dengan sabar berkata "Nak, Fadly, kamu tidak perlu malu kalau ibu kamu hanya tukang buat kue Jongkong, yang penting itu halal kok."
Fadly hanya diam, tidak berkutik saat ibu berkata demikian.Ia lalu membawa keranjang berisi kue Jongkong yang siap dijual di kantin sekolahnya.Tanpa basa-basi, Fadly langsung berlari keluar rumah untuk mengeluarkan sepedanya, diletakkannya keranjang berisi kue Jongkong itu di keranjang sepeda milik ibunya itu.Ia berpamitan pada ibunya lalu dengan cepat digoesnya sepeda miliknya.Sampainya di sekolah, Fadly bergegas menuju kantin untuk menitipkan kue Jongkong buatan ibunya itu.
"Permisi pak, ini kue Jongkong titipan ibu saya pak." Kata Fadly dengan sopan kepada pak Harto yang berjualan di kantin sekolahnya."Ya, letakkan di meja itu saja, terima kasih ya nak Fadly."
Tanpa banyak bicara, Fadly berlari dengan cepat menuju kelasnya.Baru saja menjejakkan kakinya di lantai kelas, Bayu, seorang teman kelasnya Fadly yang biasanya mengejek Fadly memulai aksinya seperti hari-hari sebelumnya.
"Anak tukang jual kue Jongkong udah datang nih." Ejek Bayu pada Fadly diikuti dengan tawa ejekan dari murid-murid lainnya.
Fadly hanya bisa diam saat diejek, karena ia berpikir bahwa apa yang dikatakan temannya itu tidak salah juga.Waktu berlalu cepat, akhirnya jam belajar telah usai.Fadly langsung berjalan ke kantin untuk mengambil uang hasil penjualan kue Jongkong ibunya.
"Permisi pak, saya mau ngambil uang kue Jongkong ibu saya pak." Pak Harto yang tadinya duduk langsung merogoh saku celananya, dan memberikan beberapa lembar uang kepada Fadly "Ini uangnya nak Fadly, terima kasih ya nak".Dengan sopan Fadly menjawab "Sama sama pak, saya pulang dulu."
Setelah mendapat uangnya, Fadly dengan cepat menuju ke tempat ia meletakkan sepedanya.Ia menggoes sepedanya hingga sampai di depan rumah.Setelah memarkirkan sepedanya, Fadly masuk ke rumah dan menemukan ibu sedang membuat kue Jongkong.Tentu saja Fadly heran dan bergumam dalam hati "Sudah siang begini, untuk apa ibu membuat kue Jongkong lagi?".Tapi dia tidak ambil pusing dan segera masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya.Setelah mengganti pakaiannya, Fadly segera ke dapur untuk melihat ibunya membuat kue Jongkong.
"Fadly, sudah berapa kali ibu katakan, kalau sudah selesai mencari seragam, baju lainnya jangan dibiarkan berserakan dimana-mana, harus dibereskan dan dimasukkan kembali ke lemari baju." Kali ini Fadly menjawab ibunya dengan wajah cemberut dan dengan nada ketus "Aku tidak sempat membereskan baju-baju itu tadi pagi bu, itu karena aku harus mengantarkan kue-kue Jongkong itu ke kantin tiap pagi, itu membuat ku buru-buru, kalua tidak nanti aku terlambat ke sekolah bu." Ibu hanya menghela nafas panjang melihat anaknya begitu malu dengan pekerjaannya sebagai penjual kue Jongkong.
Fadly yang kesal pergi ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras "BRAK!", jendela di kamar Fadly pun ikut bergetar saking kencangnya dia menutup pintu.Fadly melompat ke atas kasur dan membanting tubuhnya ke kasur dengan keras.
"Hari yang membosankan dan menyebalkan, teman-teman semuanya mengejekku, ibu juga sangat bawel hari ini." Ocehan-ocehan itu keluar dari mulut Fadly saking kesalnya dia pada teman-teman dan ibunya sendiri.
Baru beberapa saat mengoceh, Fadly tertidur pulas.Dia tertidur dan sampai-sampai dia bermimpi.Dalam mimpinya itu dia ada di sebuah ruangan yang kelihatan tidak asing baginya.
"Astaga, ini dimana? Kenapa semuanya terlihat berbeda?" Gumam Fadly.
Dari sebuah pintu di depannya, muncul seorang lelaki yang sangat dikenal oleh Fadly, ya benar, itu adalah ayah.Betapa girangnya Fadly melihat ayahnya yang sudah meninggal tiba-tiba muncul dihadapannya sekarang.
"AYAH......, ini ayah? Aku rindu ayah." Fadly berkata dengan girang, "Anak ayah sudah besar, Fadly harus rajin membantu ibu ya nak, jangan menyusahkan ibumu nak, Fadly harus sayang pada ibu, jangan membantah nasihat ibu lagi, Fadly jangan malu karena ibu hanya berjualan kue Jongkong, kue Jongkong itu kan kue khas Bangka yang seharusnya tetap ada dan tidak boleh dilupakan, jadi jangan pernah malu nak." Fadly termenung saat ayahnya berkata begitu dan akhirnya menjawab pelan "Ayah, Fadly janji tidak akan malu lagi karena ibu berjualan kue Jongkong."
Tapi, tiba-tiba ayah menghilang, semuanya menjadi gelap, dan Fadly terbangun dari tidurnya.
"Astaga, ternyata hanya mimpi." Ia masih duduk di atas kasur dan merenungkan apa kata ayah di dalam mimpinya tadi."Benar aku tidak boleh malu karena ibu berjualan kue Jongkong, itu halal kok."Senyum mengembang di wajah Fadly.
Ia bergegas menuju dapur dan menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan kue Jongkong yang ternyata adalah pesanan arisan dari tetangga.
"Ibu, aku mau bantu menyiapkan kue pesannya, boleh?" Tanya Fadly sambil tersenyum." Ibu yang bingung hanya menjawab "Tentu Fadly, kenapa tidak? Boleh kok."
Semenjak itu Fadly selalu semangat untuk membantu ibunya membuat kue Jongkong dan tidak menghiraukan ejekan teman-temannya lagi.Dia tidak lagi malu menjadi anak dari penjual kue Jongkong karena nasihat ayahnya yang harus melestarikan kue Jongkong khas Bangka itu.