Kallina, seorang gadis dengan rambut hitam panjang jatuh di kedua bahunya sedang berdiri di depan sebuah ruangan di rumahnya.
Ruangan itu adalah ruangan yang dilarang oleh ibunya untuk dimasuki siapa pun. Kallina tak mengerti, mengapa ibunya sangat melarang dirinya untuk memasuki ruangan tersebut. Sebenarnya apa yang ada di dalamnya?
Saat ini, ibunya sedang pergi ke luar kota untuk bekerja. Hal itu dimanfaatkan oleh Kallina untuk mencari tahu apa yang ada di dalam ruangan rahasia tersebut.
Cklek ...
Untungnya Kallina memiliki kunci pintu ruangan itu. Kallina mengambil napas sebelum memasuki ruangan.
Saat dibuka, di dalam ruangan sangatlah gelap sehingga tak terlihat apa pun. Ia pun menyalakan senter yang dipegangnya.
Di dalam ruangan tersebut, terlihat ruang kerja seperti pada umumnya. Tetapi jika memang ini hanyalah ruang kerja biasa, mengapa ibunya begitu demikian melarangnya untuk memasuki ruangan tersebut? Rekan kerjanya saja boleh masuk, mengapa dirinya yang putrinya tidak bisa?
Ada sebuah meja kerja dan kursi. Di atas meja ada beberapa berkas dan buku-buku yang tertata rapi. Di sisi kiri ruangan ada sebuah rak buku yang menutupi hampir seluruh dinding. Sekilas memang terlihat seperti ruang kerja. Tapi Kallina yakin ada sesuatu yang janggal dari ruangan ini.
Kallina berjalan mendekati rak buku dan menyorotkan senter pada rak buku tersebut dan menyentuhnya.
Terdengar suara yang aneh dari rak tersebut. Kallina memeriksanya. Terlihat ada celah di antara satu rak-rak tersebut.
“Mungkinkah ini ruangan rahasia?” pikir Kallina “Hah, aku sudah yakin ada yang disembunyikan ibu padaku,” ucapnya sambil mendorong rak tersebut.
Dan benar saja, rak itu pun terbuka seperti pintu.
Di dalamnya gelap. Namun sialnya, senter mati. Ternyata baterainya yang sudah habis. Tapi itu tak mengurangi rasa penasaran tentang ruangan rahasia ibunya.
Kallina tetap melangkahkan kakinya memasuki ruangan tersebut meski tak terlihat apa-apa. Kallina terus berjalan sampai ia merasa menginjak sesuatu.
“sial, tak terlihat apa-apa,” gumamnya dalam hati.
Tunggu! Sesuatu yang diinjak oleh Kallina terasa seperti ... Tangan manusia?
Kallina menepuk-nepukkan senter untuk mencoba menyalakannya. Dan ajaibnya, senter itu pun menyala.
Saat menyala, dengan cepat Kallina menyorotkan senternya ke bawah dan seperti yang diduga oleh Kallina. Ya, itu adalah tangan manusia. Hanya tangan.
Dan saat Kallina menyorotkan senter ke depan, tergeletak tubuh, ralat, mayat yang berlumuran darah.
Jantung Kallina. Seperti berhenti berdetak sesaat. Tak lama tercium bau busuk. Dari mayat tersebut.
“Apa ini?”
Kallina segera keluar dari ruangan tersebut, tapi sialnya, ia malah menjatuhkan senternya. Saat ia akan mengambil senter, terdengar suara mobil di luar.
Ibu kembali!
Kallina buru-buru keluar dari kamar dan menutupnya kembali. Seperti semula.
Saat keluar, ia melihat ibunya yang sudah memasuki rumah.
“Ibu? Kenapa ibu sudah pulang?” tanyanya pada sang ibu.Mencoba biasa saja seperti tak ada yang terjadi.
“Ada sesuatu yang tertinggal” jawab ibunya.
“Oh, baiklah kalau begitu aku mau pergi ke kamarku dulu.” Kalliana berjalan ke kamarnya.
“Ya, tentu saja.” Ibunya pergi ke arah ruang kerja tersebut.
Saat di kamar, Kallina masih tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Apa ibunya sudah membunuh seseorang? Dipikir lagi saat ia melihat rekan ibunya yang memasuki ruangan itu, ia tak pernah melihatnya kembali.
Saat Kallina sedang dalam pikirannya terdengar suara ketukan di pintu.
“Sayang, ini sentermu bukan?” ibunya memasuki kamar dan memberikan pada Kallina senter yang tadi dipakainya untuk menerangi ruangan.
“I-iya, ini punyaku.” Kallina mengambil senter itu.
Namun aneh, ibunya bersikap biasa saja seolah tak ada yang terjadi. Kallina bingung, menatap ibunya yang bersikap biasa saja. Dan tersenyum sebelum keluar dari kamar.
Sebelum ibunya benar-benar keluar dari kamar berkata, “Sayang, kau sudah tahu semuanya, bukan?”
Kallina merinding mendengar perkataan ibunya berkata ia hanya bisa diam membatu.
Pintu tertutup, di kamar hanya ada Kallina dengan segala perasaannya yang tercampur aduk. Rasa takut dan tak percaya. Ia berharap ini hanyalah mimpi saja. Kallina menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Perlahan Kallina menangis dan tersedu di dalam keheningan. Berharap ibunya tak mendengar tangisannya
Ia tak menyangka, ibunya yang selama ini ia pikir adalah orang yang baik tapi ternyata ada seorang pembunuh. Entah apa yang akan tejadi padanya nanti.
Benar, Kallina sudah mengetahui ruang rahasia ibunya, tidak mungkin ibunya akan membiarkannya seperti ini bukan?
Kallina pikir ia telah mengenal ibunya jauh dari pada orang lain. Tapi ternyata ia bahkan tidak mengetahui apa yang selama ini ibunya telah lakukan.
15 tahun sudah ia tinggal bersama ibunya, tapi bagaimana bisa ibunya menyimpan sebuah rahasia besar di ruangan kerjanya?
Kallina memegang senternya dengan erat, seolah takut bahwa itu akan hilang. Senter itu adalah pemberian ayahnya yang sudah meninggal.
Tunggu!
Kallina berhenti menangis, dan menatap lekat pada senter yang dipegangnya.
Ayahnya meninggal dua tahun yang lalu. Sampai saat ini, ia tak mengetahui alasan ayahnya meninggal. Saat menanyakan pada ibunya, ia hanya menangis dan tak mau menjawab, ia berkata kalau ia tak ingin membicarakan ayah. Maka dari itu, Kallina pun tak lagi menanyakan atau menginggung soal ayahnya karena khawatir akan membuat ibunya sedih.
Tapi bagaimana jika, ibu yang membunuh ayah?
Kallina langsung menepis semua pikiran tak masuk akal tentang ibunya. Ibunya tak mungkin akan membunuh ayahnya bukan?
Meski ibunya memang seorang pembunuh, ia tak akan setega itu untuk membunuh suaminya sendiri, kan?
Kepala Kallina terasa sakit memikirkan itu semua. Ia juga masih tak percaya, tidak, ia tak mau percaya pada apa yang baru saja dilihatnya.
Ia menyesal sudah memasuki ruangan rahasia ibunya. Ia menyesal mengapa dirinya sangat penasaran tentang ruangan rahasia.
Dan sekarang ia mengerti, ruangan rahasia yang sedari kecil ingin diketahuinya seharusnya selamanya saja menjadi ruangan rahasia yang tak diketahui apa isinya.
Memang, terkadang ketidaktahuan itu lebih baik daripada mengetahui segalanya. Itu yang dipikirkan oleh Kallina saat ini.