Melangkahkan kakinya yang terasa berat menuju kerumunan orang-orang yang tengah menyaksikan kecelakaan lalu lintas yang baru saja terjadi.Ia berusaha mengusir semua prasangka buruk dari kepalanya dan melihat korban kecelakaan itu.Seketika badannya kaku dan air matanya luruh begitu saja.Ia tidak mampu menopang tubuhya dan jatuh dihadapan tubuh bersimbah darah itu.Ia menatap wajah yang sudah membiru.Wajah yang baru 15 menit yang lalu ia tatap di layar ponselnya.Kiara.Gadis berkulit putih dan rambut setengah bahu yang masih berumur 20 an.Hari ini ia janjian dengan kekasihnya untuk bertemu di sebuah cafe.Kiara tidak meminta untuk dijemput karena jarak rumahnya dengan cafe itu cukup dekat jadi ia hanya perlu jalan kaki.Namun saat ia tiba di persimpangan,ia melihat kerumunan disana karena ada kecelakaan.Awalnya Kiara ingin bodo amat agar segera tiba di cafe.Namun tangannya gemetar ketika melihat sepeda motor dari korban kecelakaan itu.Motor yang amat ia kenali beberapa tahun terakhir. Kiara melangkahkan kakinya yang masih gemetar untuk memastikan apa benar itu Chiko kekasihnya. Kiara jatuh ke jalanan begitu melihat tubuh Chiko terbaring tak bernyawa di jalanan. Kiara tidak percaya.Tidak mungkin.Lelaki hebat yang ia kenal tidak mungkin pergi meninggalkannya sendirian. Kiara berteriak histeris saat orang-orang menahannya untuk memeluk tubuh Chiko karena belum diselidiki pihak berwajib.Kiara memberontak.Lalu ia terduduk lemah menatap tubuh yang kini membiru di hadapannya.
"Ko, ini cuma mimpi kan?"gumamnya sebelum kesadarannya hilang.
#Beberapa tahun sebelumnya#
Kiara, gadis manis yang disukai oleh banyak teman-temannya karena sikapnya yang begitu ceria dan suka menolong.Kiara merupakan anak tunggal dari keluarga yang sederhana. Saat ini Kiara tengah duduk di bangku SMA kelas XII. Kata orang banyak cerita-cerita seru di akhir kisah.Seperti apa yang Kiara rasakan kini.Beberapa hari terakhir ia selalu bertukar pandang dengan seorang laki-laki yang tinggi dan kumis tipis.Bukan cinta sebelah tangan . Seperti pagi itu, Kiara berangkat sekolah dijemput oleh laki-laki yang bernama Chiko.Laki- laki yang selalu meliriknya saat jam istirahat tiba dan selalu mengajaknya baca buku di perpustakaan saat jam kosong.Tidak seperti orang yang cinta sebelah tangan bukan? Namun mereka terjebak dalam sebuah lingkaran yang anak jaman sekarang sering sebut HTS( Hubungan Tanpa Status). Mereka terlalu gengsi untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain.Jadi mereka pendam dan menikmati apa yang mereka jalani kala itu.
"Pulangnya gak bisa aku antar Ra, aku ada kelas musik"
"Iya aku pulang naik taxi aja "
Satu sekolah juga menyadari kedekatan mereka berdua.Mereka sering dijadikan bahan olokan ketika jalan berdua.Bagaiamana tidak sementara mereka selalu pergi dan pulang sekolah bersama. Chiko selalu menunggu Kiara di depan kelas gadis itu. Keduanya saling menempel. Kiara tidak malu begitupun dengan Chiko karena mereka tidak menjalin hubungan asmara saat itu.
" Orang-orang aneh banget Ko, masa kita dikira pacaran"
"Biarin aja Ra, nanti juga pacaran beneran kok"
Kiara tersipu malu mendengar ucapan Chiko.Ini bukan pertama kalinya Chiko mengatakan hal-hal yang seperti itu.Namum Kiara selalu tersipu dibuatnya.Kiara mencubit pelan perut Chiko hingga lelaki itu meringis kesakitan. Mereka saling melambaikan tangan ketika harus berpisah menuju kelas masing-masing. Cinta di masa putih abu-abu itu sangat luar biasa. Karena kelak jika kalian mengenang masa muda kalian, pasti akan terselip potongan kisah itu entah menyenangkan ataupun menyakitkan. Banyak orang bilang cinta di masa SMA akan berakhir ketika SMA itu berakhir pula. Namun bagi Kiara itu berbeda. Karena ia bahkan belum memulai kisahnya bersama Chiko.
......
Sudah 30 menit Kiara belum sadarkan diri. Orang tuanya menunggu dengan khawatir di samping gadis itu yang masih terlelap dalam ketakutan. Masalahnya Kiara sudah jatuh terlalu dalam.Ia kesulitan menarik dirinya keluar dari lingkaran yang ia ciptakan sendiri.Ia jatuh sejatuh-jatuhnya pada Chiko. Sementara itu, situasi rumah sakit semakin sibuk menangani korban yang selamat dari kecelakaan tersebut. Orang tua Chiko tidak bisa berkata-kata sama halnya seperti Kiara saat pertama kali melihat tubuh kaku Chiko. Hari makin malam dan situasi tidak akan berubah. Kepergian manusia atas nama Chiko Mahendra Sebastian tidak akan bisa dipungkiri lagi.Dan putri cantik kekasihnya belum sadarkan diri. Tubuh Chiko tidak langsung dimakamkan karena hari sudah larut selain itu mereka mempertimbangkan perasaan Kiara saat bangun dan Chiko sudah dimakamkan.
......
"CHIKO!! KITA LULUS KO!!!" Teriakan Kiara memenuhi satu lapangan membuat semua orang beralih menatapnya yang berlari ke arah Chiko yang sudah membuka kedua tangan selebar mungkin untuk memeluk gadis mungil itu.
" Iya Ra kita udah lulus, dan aku senang banget" Chiko mengeratkan pelukannya tidak peduli dengan banyak mata yang memandang mereka. Chiko menatap dalam mata Kiara yang sedikit berair karena terharu. Chiko meraih kedua tangan Kiara dan menggenggamnya hangat.
"Kita mulai dari sekarang ya Ra?"
Kiara tidak bisa mengedipkan matanya.Rasanya ia ingin memutar waktu untuk mendengar kembali ucapan Chiko barusan.Rasanya ia ingin mendengarnya ratusan bahkan ribuan kali.Chiko berlutut dan menyerahkan buket bunga yang entah dia dapat darimana,Kiara tidak tahu karena ia sibuk cengar-cengir memamerkan giginya. Satu sekolah sudah heboh melihat aksi kedua bocah nekat itu. Mereka memang sudah menyebar isu sana-sini tentang kedekatan keduanya. Namun baru kali ini mereka menyaksikan kisah yang seperti drama romansa kekinian.
"Caranya udah basi banget kan Ra? Tapi aku mau mencintai kamu dengan cara yang paling sederhana Ra"
Tidak ada satu orang pun yang bersuara kala Chiko mengutarakan isi hatinya. Mereka semua mendengar dengan perasaan deg-degan, takut-takut Chiko ditolak karena cuma dianggap sahabat.
"Gimana Ra?Kamu udah siap dicintai oleh Chiko Mahendra Sebastian ?"
Keadaan semakin tegang sementara Chiko sendiri sangat tenang.Jangan tanya perasaan Kiara.Saat ini rasanya ia ingin melompat keliling lapangan itu saking senangnya. Kiara mengangguk semangat saat Chiko bertanya dan menerima buket bunga yang diberikan lelaki itu.Chiko tersenyum penuh makna lalu bangkit dan mengusap puncuk kepala gadis itu membuat satu sekolah berteriak histeris.Chiko dan Kiara saling tatap lalu tertawa keras karena ternyata mereka telah menjadi bahan tontonan.Kiara menutup mukanya dengan buket lalu menarik Chiko berlari ke parkiran agar selamat dari siulan teman-teman yang akan mengolok mereka dan berteriak cie-cie yang sungguh akan membuat Kiara malu karena kini status mereka pacaran.
Dalam perjalanan pulang,hujan deras turun. Chiko kebingungan mencari tempat berteduh takut Kiara sakit sementara Kiara tersenyum dibawah hujan itu.
"Ko, biarin aja kehujanan "
"Kenapa gitu Ra, nanti bisa sakit loh"
"Karena aku mau setiap kali hujan turun mengingatkan betapa besar aku mencintai kamu Ko, hujan akan jadi momen paling romantis dihidup aku"
Lagi-lagi Chiko hanya tersenyum mendengar ucapan Kiara.Ia mengabulkan keinginan gadis itu.Ia membiarkan Kiara menikmati hujan yang mengguyur bumi hari itu.Ia melihat Kiara tertawa lepas saat air hujan menetes di wajahnya.
.....
Sejak hari itu, mereka selalu habiskan waktu berdua. Chiko benar-benar memulai dari awal .Ia mulai belajar memahami Kiara sebagai kekasihnya. Ia mulai mempelajari semua hal yang Kiara suka dan semua yang Kiara tak suka.Begitupun sebaliknya. Tidak ada cinta yang lebih besar.Keduanya sama. Chiko mengajarkan pada Kiara bagaimana mencintai orang dengan tulus hingga Kiara mampu mencintai lelaki itu sedalam mungkin.
"Hari ini kau kemana tuan putri?" Hari minggu pagi Chiko sudah duduk rapi diatas motornya di depan rumah Kiara.Gadis yang baru keluar itu tertawa karena dipanggil tuan putri.
"Mau ke Gramedia"
"Let's go" Chiko bukan tipe orang yang suka bertanya kenapa harus mengunjungi tempat itu. Ia akan melaksanakan semua keinginan gadisnya selagi itu masih dalam batas wajar.Lantas jika tidak wajar apakah ia akan memarahi Kiara.No. Lebih ke menasehati.Chiko percaya satu hal kekerasan tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik but yang diperlukan hanya komunikasi. Bukan berarti hubungan mereka berjalan mulus tanpa ada masalah-masalah yang menghiasi perjalan kisah itu. Mereka sering pro kontra dengan hal sepele.Namun peraturannya hanya diperbolehkan marah selama 15 menit untuk mengatur emosi lalu mereka akan kembali berbicara normal dan saling minta maaf.Seindah itu Chiko mengajarkan tentang cinta pada Kiara.
"Kamu gak tanya Ko kenapa kita ke Gramedia?"
"Ini first time sih Ra, jadi kenapa kita kesini?"
"Jadi aku mau kita beli masing-masing satu buku lalu nantinya kita saling cerita isi bukunya, gimana?"
"Boleh dicoba Ra, aku milihin buat kamu ya nanti kamu milihin buat aku"
Keduanya mulai berpencar untuk mencari buku terbaik.Kiara berusaha mencari buku paling romantis agar ia mendengar bagaimana Chiko akan menceritakannya kelak.Sementara Chiko hanya asal mengambil buku bersampul biru muda di deretan buku romansa. Tidak berpikir panjang ia langsung mengambilnya mumpung biru muda adalah warna kesukaan Kiara.
Tidak hanya sampai disitu. Mereka masih melakukan kegiatan lainnya untuk mengisi hari-hari sebelum mereka masuk ke perguruan tinggi. Kiara dan Chiko memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di universitas yang sama.Bukan karena ingin berpacaran sepanjang hari tetapi mereka ingin menjaga apa yang sudah mereka bangun.Berkat hal itu mereka tidak mengalami masalah saat masuk dunia perkuliahan.Kiara anak yang cerdas apalagi Chiko. Chiko merupakan ketua osis saat mereka SMA. Itulah mengapa kanjeng ratu Kiara jatuh hati pada raden Chiko. Sejauh ini hidup mereka biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa. Mereka selalu ke kampus berdua, pulang berdua dan malamnya teleponan. Namun jangan salah, teleponan kedua sejoli ini bukan teleponan biasa melainkan mengupas tuntas semua kisi-kisi soal UAS ataupun UTS. Chiko selalu mengingatkan Kiara untuk belajar dan jangan terlena dengan kebebasan dunia luar yang belum tentu akan membantu saat mereka membutuhkan. Chiko tidak mengekang Kiara agar tidak bergaul dengan siapapun.Ia membiarkan Kiara mencari jati dirinya dan selalu kembali padanya.Begitupun sebaliknya. Chiko memiliki banyak teman diluar sana. Tapi mereka sepakat untuk membatasi pergaulan yang merugikan.
....
Waktu terlalu cepat berlalu bagi keduanya.Perasaan baru kemarin mereka menjadi mahasiswa baru kini mereka sudah menjadi mahasiswa semester akhir yang sibuk mengurus skripsi.Meski begitu mereka tetap melakukannya berdua.Chiko membantu Kiara dan Kiara membantu Chiko.Tidak ada waktu yang terpotong agar mereka tidak bisa bertemu. Chiko memperlakukan Kiara dengan baik.Hari itu hari minggu. Seperti biasa hari minggu mereka jadikan hari untuk mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah mereka datangi. Kiara sudah siap untuk berangkat, namun cuaca tidak mendukung mereka. Hujan turun pagi itu. Kali ini Chiko tidak mengizinkan Kiara bermain hujan.Jadilah mereka hanya duduk di ruang tamu sambil menatap ke luar jendela melihat tiap tetes air yang membasahi bumi.Ibu Kiara membawakan teh jahe hangat dan kue kering untuk keduanya karena beliau sudah menganggap Chiko seperti anak sendiri. Chiko mengucapkan terimakasih lalu kembali menatap Kiara yang tatapan nya tidak berpaling dari hujan .
"Aku cemburu Ra, kamu liatin hujan segitunya "
Kiara tertawa lalu menoleh pada kekasihnya itu.Ia mencubit kedua pipi Chiko lalu berbalik.Ia tidak lagi menatap hujan.
"Aku mau ceritain buku yang kita beli Ko, aku udah selesai baca "
"Aku siap dengarin kamu" Chiko memperbaiki posisi duduknya dan menghadap Kiara yang juga menghadap ke arahnya. Kiara mulai bercerita. Suara Kiara terasa sangat merdu di telinga Chiko apalagi ditemani gemerisik hujan yang menambah keharmonisan suasana itu.Ia tidak berkedip menatap gadis di hadapannya. Beruntung ia bertemu Kiara dahulu. Hampir 30 menitan Kiara menceritakan semuanya dan Chiko tidak bosan sama sekali ia semakin tertarik untuk mendengar akhir cerita itu.
"Pada akhirnya si cewe di lamar Ko, dia sampe terharu banget. Gak nyangka setelah semua yang ia lewati ternyata dia di lamar di sebuah cafe "
"Serius Ra, padahal kan sikap cowo nya jutek"
"Itu semua boongan Ko, biar acara lamarannya jadi suprise banget buat si cewe" Mereka terus berbincang sampai tidak sadar hujan sudah berhenti dari tadi dan teh mereka sudah habis.
...
Satu minggu setelah itu, Chiko mengajak Kiara untuk pergi ke sebuah cafe. Ia ingin menceritakan buku yang ia baca karena sekarang gilirannya menceritakan. Kiara dengan senang hati menyetujuinya dan bilang tak usah dijemput. Jarak cafe yang Chiko maksud sangat dekat dari rumahnya jadi ia hanya perlu berjalan kaki sebentar. Chiko mengiyakan namun tetap meminta Kiara untuk berhati-hati.Di persimpangan jalan ia menyaksikan kecelakaan dua sepeda motor yang amat mengerikan.
"TIDAK!!!!!!" teriak Kiara saat terbangun dengan napas ngos-ngosan
Ia melihat sekelilingnya ia berharap itu semua hanya mimpi .Namun jantungnya serasa mau copot saat menyadari ia tengah berada di rumah sakit. Orang tuanya membawa Kiara ke ruang jenazah untuk melihat Chiko terakhir kalinya. Polisi yang melihat kehadiran Kiara memanggilnya dan menyerahkan sebuah buku dan kotak kecil.
DEG!
Chiko ingin melamar Kiara seperti di buku yang ia baca sekaligus menceritakan bukunya. Tanpa menunggu lama ia langsung membuka halaman terakhir dari buku itu.Ternyata sosok laki-laki di buku itu meninggal karena kecelakaan. Kiara menangis histeris.Harusnya ia tidak memberi buku itu pada Chiko.Ia menangis memeluk Chiko.Ia tidak mungkin kehilangan Chiko secepat itu.
"Ko, bangun please"