Setelah mengurus surat wasiat; Zoya langsung pergi ke Eropa untuk mengurus perusahaannya, tak peduli apa kata ayahnya; ia hanya mementingkan perusahaan di Eropa.
Tiga tahun berlalu, Zoya memutuskan untuk kembali ke Amerika; ia merasa setres karena desakan ayahnya yang selalu menyuruhnya kembali ke Amerika.
Sesampainya di rumah keluarga utama ia di sambut hangat oleh pelayan rumah dan kepala pelayan mulai mengarahkannya ke tempat makan keluarga.
"kemari nona biar saya arahkan" ucap kepala pelayan sambil mengarahkan tangannya ke arah yang seharusnya.
Zoya mengikuti kepala pelayan dari belakang sambil sedikit melirik-lirik ke arah foto-foto yang berada di dinding, tak lama ia sampai di ruang makan keluarga.
"silahkan duduk" ucap kepala pelayan sambil menarik kursi untuk Zoya.
Zoya duduk dengan anggun matanya perlahan lahan mulai melirik ke arah mata yang menatapnya.
"ada apa?" ucap Zoya acuh tak acuh
"Zoya aku tahu, kamu tak menyukaiku tapi.." Andini tak sempat meneruskan ucapannya karena sudah di sela oleh Zoya.
"aku gak peduli" ucap Zoya, ia menatap ke arah Andini dengan memiringkan sedikit kepalanya.
Doni selalu melihat situasi menegangkan dirumah; ia mulai setres karena itu, Doni menggebrak mejanya dengan keras karena ia kesal atas tingkah laku putrinya sendiri.
"saya menyuruhmu pulang bukan untuk berdebat dengan istri saya" ucap Doni sambil kembali tenang.
"apa ini kakak vikaa?" ucap seorang anak perempuan yang tiba tiba duduk di samping Zoya.
"oh, apa ini anak harammu?" ucap Zoya dengan melirik sedikit ke arah vika.
"aku tahu kamu tidak suka denganku, tapi aku mohon jangan sakitin anak kesayang mas Doni" ucap Andini dengan wajah manipulatifnya; seolah oleh ia sedang mengadu domba antara anak dan ayah.
Zoya hanya tersenyum tipis lalu berdiri dengan kasar dari duduknya, yang membuat kusinya terjatuh ke lantai.
"jaga sikapmu Zoya!" teriak Doni sambil ikut bangkit dari duduknya.
"saya menyesal menyuruhmu untuk pulang!" teriak Doni yang di sambung oleh teriakan Zoya.
"saya juga menyesal karena engkau adalah ayah saya!!" ucap Zoya lalu pergi meninggalkan ruangan.
Doni mencoba untuk menghampiri Zoya sambil melemparkan kata kata.
"ibumu sudah mati, jadi sebaiknya kamu ikhlaskan saja! Zoyaa!!" ucap Doni sambil memijat keningnya.
"ibu masih hidup jika kamu tak membawa wanita sialan itu masuk ke dalam keluarga!!" ucap Zoya sambil terus melangkah dengan cepat.
"apa yang kamu maksud?!" ucap Doni sambil mencoba untuk mendahului jalan Zoya.
Sesampainya di luar rumah Zoya berhenti dan melirik ke arah Doni dengan mata yang memerah.
"kamu akan tahu suatu saat nanti; aku akan terus membencimu ayah" ucap Zoya lalu masuk ke dalam mobil porch hitam miliknya dan ia melaju kencang ke jalanan.
Perkataan Zoya membuat kepalanya berputar-putar, ia tak mengerti apa yang Zoya maksud.
Lima tahun berlalu, hubungan antara Zoya dengan Doni kini belum juga membaik; Zoya semakin melupakan ayahnya karena kebencian, namun Doni tak bisa melupakan Zoya karena ia adalah putri kesayangannya.
Karena setres memikirkan Zoya anaknya; Doni menjadi tidak fokus untuk bekerja, perusahaannya mengalami banyak penurunan di tambah pengeluaran Andini dan Vika yang terus menerus menguras hartanya.
Pada malam hari saat Doni hendak tidur, ia memikirkan masa lalunya bersama mantan istrinya, masa masa saat mereka bahagia.
"sayang.. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk mu" ucap Felicia sambil mencium pipi Doni dengan lembut.
"ia sayang, kita sarapan bersama" ucap Doni lalu mereka berdua turun menuruni tangga untuk menuju ruang makan keluarga.
Saat mereka berdua duduk, tak lama sosok Zoya kecil yang manis berlari menuju mereka berdua dengan gaun putih yang cantik; di susul oleh bibi pendampingnya yang kelelahan dengan sikap tidak bisa diamnya Zoya.
"pagi Zoya kecill" ucap Doni dan Felicia sambil mengelus rambut Zoya dengan lembut.
"mamihh, Zoya mau duduk di pangkuan mamihh" ucap Zoya kecil di sambut oleh suara tawa lembut Felicia.
Di tengah-tengah Doni memikirkan masa-masa indahnya bersama keluarga lamanya, Doni teringat saat Andini masuk ke hidupannya.
Prankkkk!!
Suara piring yang di lempar oleh Felicia.
"mas!! Kamu kenapa begitu tegaa?!!" ucap Felicia dengan wajahnya yang indah di banjiri oleh air mata.
"aku sudah terlanjur membuatnya hamil, Felicia!! Tolong mengerti!!" ucap Doni sambil memegang kuat tangan Andini.
Kejadian itu di lihat jelas oleh Zoya Kecil.
Sampai beberapa bulan berlalu, dan Felicia di temukan meninggal dengan keadaan mulutnya berbusah di samping itu terdapat Zoya yang sudah mulai menjadi pendiam dan murung.
Sampai sekarang Zoya menjadi pribadi yang keras kepala dan selalu membenci mereka semua.
Doni mengerti apa yang membuat Zoya menjadi seperti itu, ia tak mau Zoya menjadi seperti itu terus menerus.
Di tengah malam, Doni melihat ke arah istrinya yang sudah tertidur lelap; ia menelepon sekertarisnya dan meminta informasi tentang kejadian beberapa tahun lalu dan meminta rekaman cctv tersebut.
Malam itu membuat Doni tak tertidur lelap; ia terus memimpikan sosok Felicia yang menggendong Zoya kecil di tangannya.
Pagi hari telah tiba, suasana rumah sangat sepi seperti biasanya; Doni duduk di ruang tv dengan sekertarisnya yang mulai memberikan bukti bukti beberapa tahun lalu.
Di dalam rekaman tersebut terdapat Andini yang menyuruh pelayan rumah untuk memasukan obat ke dalam minuman Felicia namun aksinya di lihat oleh Zoya.
Zoya berusaha untuk menghentikan pelayan itu namun ia sangatlah kecil dan tak bisa melawan.
Dari situ lah Zoya sangat membenci ayahnya karena tak memercayai ucapan Zoya kecil dan malah percaya kepada ucapan Andini.
Doni sangat merasa terpukul atas apa yang ia lihat tampa pikir panjang ia menyuruh sekertarisnya untuk memanggil Andini menghadap ke arahnya.
"apa yang kamu lakukan?!" ucap Doni sambil menampar wajah Andini.
"jangan percaya perkataan Zoya mas!! Dia tidak menyukaiku..." ucap Andini sambil menangis.
"jangan ngeles kamu" ucap Doni; lalu ia pergi dan tak butuh lama ia kembali sambil menarik seorang pelayan wanita dengan menarik rambutnya.
"jelaskan padaku sekarang, atau keluargamu akan mati?!!" teriak Doni
"saya hanya di suruh oleh nyonya Andini tuan, ia mengancam akan menjual anak saya.. Saya mohon ampuni sayaa" ucap pelayan itu sambil berlutut lesu
"dia bohong mas.. Aku tak mungkin se tega itu mass" ucap Andini mencoba untuk mengeles.
"saya akan kirim kamu ke afrika!" ucap Doni dengan tegas
"apa?!! Gamau mass!! Kumohon" ucap Andini sambil berdujud
"belajar di sana dengan giat, tumbuhkan tumbuhan kapas di sana!!" ucap Doni lalu pergi sambil menarik pelayan itu keluar rumah dan menendangnya keluar.
"kamu juga harus pergi ke Afrika dan temukan ikan lele listrik di sana, jika ketemu kamu boleh kembali ke Amerika" ucap Doni lalu pergi dari sana.
Setelah kejadian itu rumah menjadi semakin sepi, Vika juga di pindahkan ke Ausi untuk belajar; Doni terus menghubungi Zoya namun Zoya tak mengangkat panggilannya.
Sampai satu tahun berlalu, akhirnya Zoya kembali ke Amerika ia melirik ke ruangan yang terlihat; tampak aneh.
"kemana perginya para sialan itu?" tanya Zoya kepada kepala pelayan.
"Andini di kirim ke Afrika untuk menumbuhkan pohon kapas, sementara Vika di suruh ke Ausi untuk belajar, pelayan yang membunuh Nyonya Felicia juga telah di pindahkan ke Afrika untuk mencari lele listrik" ucap kepala pelayan yang membuat Zoya terkejut begitu juga senang.
Tak lama Doni keluar dan melihat Zoya di hadapannya.
"selamat datang Zoya kecil" ucap Doni sambil kergetar, ia merasa senang anak kehadiaran anak tercintanya.
"ada apa? Aku belum memaafkanmu" ucap Zoya dengan berpura pura cuek.
Doni yang masih mengingat Zoya begitu menyukai coklat yang berbentuk seperti telur; apa lagi sekarang adalah malam natal.
"ayah sudah menyiapkan coklat kesukaan mu" ucap Doni sambil memegang lembut tangan Zoya.
"aku tak percaya jika aku tak melihatnyaa" ucap Zoya yang kemudian Doni menuntunnya ke perapian. Dan menunjuka satu kota penuh dengan coklat telur.
"setiap natal ayah selalu menunggumu sayang" ucap Doni dengan lembut.
Tak lama Zoya memeluk Doni dengan erat, harumnya sama persis dengan Felicia. Rambut putih dan mata biru gelapnya yang persis seperti punya Felicia membuatnya tenang dan nyaman.
"aku harap keluarga kita akan selalu hangat, dan mamih akan tersenyum tenang di surga" ucap Zoya membuat Harapab di malam natal.