Dia seorang lelaki yang sangat luar biasa. Hidupnya penuh penderitaan namun dia tetap kuat, sabar dan tak pernah sekalipun mengeluh didepan anak- anaknya. Kesulitan dalam melakoni dua peran tidak dia tunjukkan demi kebahagian anak- anaknya. Dia adalah ayahku tercinta.
Ketika ayahku hidup sepenuhnya menjadi seorang suami yang baik, bertanggungjawab dan menjadi ayah yang penuh cinta kasih pada saat itu jagalah dia merasakan penghianatan, penghinaan dan saksi dusta dari orang yang sangat dia cintai dan percayai selama ini,dialah ibuku.
Sebelum ibuku mengenal lelaki itu, dia adalah seotang ibu yang sangat baik dan setia pada suaminya.
Dulu hidup keluargaku begitu bahagia dan sempurna. Ayahku yang selalu mencintai istri dan anak-anaknya selalu semangat mengerjakan apapun demi kami supaya tidak kurang apapun. Ayah bekerja sebagai petani sawit, dan ibuku hanya sebagai IRT saja namun walaupun penghasilan dari bertani cukup-cukup untuk kebutuhan,kehidupan kami sangat bahagia. Sama-sama makan,bercanda dan saling sering bercerita tentang apapun itu bahkan ibuku sering mengajak kami ke kebun orang dimana kadang ayah bekerja untuk sama-sama makan.
"Cepat ganti bajunya,kita ke kebun dimana ayah bekerja,biar makan bareng" kata ibu
"Iye....hore" itulah pasti jawaban kami ketiga anak-anak ibu,karena sangat senang sekali saat ada ayah makan bersama kami.
Aku anak yang pertama,namaku Lela umurku 11 tahun, adikku Caca umurnya 9 tahun, dan yang paling kecil namanya Sela umur 7 tahun. Kami semua perempuan jadi ayahkulah yang paling tampan dirumah kami.
Kami semua berangkat ke kebun untuk makan siang bersama ayah. Semua tetangga salut melihat kekompakan kami.
"Ayah...ayah.." Kami berlari,memanggil-manggil ayah dengan suara kuat di kebun sawit.
"Iya nak,ayah disini tunggu biar ayah datang" sahut ayahku
"Wah...ngapain datang kesini banyak nyamuk" kata ayah
"Kami mau makan bareng sama ayah" jawab kami kompak
Ayahku senang sekali,dia mengambil bontot yang sudah ibu Bekali dari rumah lalu mengambil daun pisang untuk tempat nasi dan lauk. Ibu mengeluarkan dari keranjang bontot yang kami bawa dari rumah lalu disatukan di daun pisang. Kami makan bersama-sama dan sangat lahap sekali.
"Banyak makan ayah,biar kuat dan sehat" sahut ibu.
"Iya,Ibu juga harus banyak makan biar sama- sama sehat kita" sahut ayah.
Seiringnya waktu berjalan, ayah membeli 2 hektar kebun yang kosong,untuk menambah kebun kami. Cita- cita ayahku biar kelak saat kami nanti dewasa bisa sekolah setinggi-tingginya harus dipersiapkan dari kami kecil. Ayah fokus membuka kebun dengan biaya yang cukup besar hingga kadang kebutuhan dapur kami ala kadarnya. Ibuku saat itu masih selalu semangat bahkan selalu memberikan kekuatan pada ayah lewat kata-kata.
"Ayah jangan terlalu berfikir keras bagaimana kami makan,yang penting ada beras klo sayur adanya daun singkong,yang penting cita-cita kita demi hidup baik kedepan tercapai. Sakit-sakit dulu bersenang-senang kemudian seperti kata pepatah" kata ibuku.
"Trimaksih sayang" kata ayahku dengan senyuman.
Ayahku bekerja sepenuh hati,dan tak pernah sekalipun mengeluh dihadapan kami. Ibuku ingin membantu pendapatan keluarga,akhirnya ibuku bekerja dipasar disalah satu warung makan. Ibuku berangkat pagi,pulang sore setelah membereskan semua piring, gelas dan membersihkan warung itu.
Aku menjaga dan merawat adikku hingga ibu pulang.
Malam ini ayahku pulang kerumah. Kami semua sangat senang
"Maafkan aku sayang,jadi membuatmu harus bekerja" kata ayahku
"Tidak apa- apa-apa ayah,aku iklas lahir dan batin" jawab ibuku.
Besoknya ayah berangkat kembali ke kebun,dan ibuku kembali bekerja di warung makan.
Ibuku diberikan sebuah HP oleh bosnya,dengan alasan agar mudah dihubungi. Disinilah awal kehancuran keluargaku. Ibu sering menjadi tempat curhat bosnya. Hingga komunikasi diantara mereka semakin akrab.
Apalah daya kami anak-anaknya yang tidak mengerti dan belum paham akan hal itu. Tiap malam sampe larut kadang ibu rela begadang hanya untuk menelepon.
Ayahku pulang dari kebun,seperti biasa ayah tidak pernah curiga sedikitpun,selalu percaya penuh pada ibuku.
"Ibu...sepertinya sangat lelah,tidak apa-apa jika ibu berhenti"kata ayah
"Tidak ayah,aku tidak lelah demi keluarga kita" jawab ibu.
"Trimakasih sayang" kata ayah.
Keesokan harinya ayah kembali ke kebun,seperti biasa kami tinggal,ibu kembali bekerja.
Pagi ini ibu sangat cantik tidak seperti biasanya. Dia berdandan rapi tak lupa memakai gincu bibir warna merah.
Sebagai anak-anak kami tidak paham apa yang terjadi dengan ibu.
Ayah yang hanya pulang 1 minggu sekali tidak memperhatikan ibu yang mulai berubah.
Sore ini ibu pulang dengan membawa beberapa baju baru,perlengkapan makeup dan juga pewangi. Ibu sepertinya sangat bahagia sekali,bahkan membawakan jajan banyak untuk kami.
Hari ini waktunya ayah pulang,namun ibu murung sekaan-akan tidak suka berjumpa dengan ayah. Tidak seperti biasanya yang menunjukkan kerinduan amat pada ayah.
"Bagaimana pekerjaanmu Bu?" Tanya ayah
"Biasalah" jawab ayah dengan nada cuek
Ayah merasakan sepertinya ibu kelelehan. Dia tidak memikirkan yang aneh- aneh pada ibu.
"Besok bagaimana klo kita ke kebun kita dulu,bareng-bareng makan disana,ayah kangen suasana itu. Sekalian melihat kebun kita, biar kita lihat Asep bagaimana mengurus kebun kita" kata ayah seolah-olah mengambil hati ibuku.
Asep adalah om ku,ayahku memintanya mengurus kebun kami yang sudah jadi. Tiap panen on Asep akan memberikan uang hasil panen ke ibu. Omku yang mengatur mengurus kebun sementara ayah mengurus kebun yang baru.
"Iyaa..iya..ayah" sahut kami bertiga kehilangan
"Aku gak bisa,aku kerja,klo mau bawa anak-anak saja" jawab ibu
Ayahku tetap sabar..
"Ya sudah,aku besok sama anak-anak sebelum berangkat sorenya ke kebun baru kita bu" kata ayah
"Iya" jawab ibuku.
Ayah,aku dan adik-adikku berangkat dengan hati yang sangat bahagia. Kenangan masa itu terulang kembali namun tanpa ibuku.
Setelah ayah dan om Asep selesai berbincang-bincang,kamipun kembali kerumah. Ayah menunggu ibu pulang namun hingga malam ibu tak kunjung pulang. Ayah masih setia menunggu ibu pulang,tiba-tiba terpengaruh suara motor lalu berhenti didepan rumah. Ibuku diantarkan seorang lelaki.
"Kok malam sekali Bu pulang?" Kata ayah
"Ia banyak pelanggan tadi" jawab ibu
"Bukannya ibu pernah bilang klo kerjanya hanya sampe sore" tanya ayah dengan lembut
"Aku capek yah,aku capek kok sepertinya ayah curiga" jawab ibu meledak-ledak
"Iya Bu,tenang Bu,ayah gak ada curiga kenapa-napa,maafkan ayah bu"kata ayah
Ibu diam seribu bahasa langsung masuk kamar dan menutupnya. Ayah memeluk kami dan minta maaf.
"Maafkan ayah y nak,ibu hanya kecapean" kata ayah..
Aku menangis karena baru pertama ini ibu bernada tinggi pada ayah.
Besoknya, ayah memasak sebelum ibu bangun untuk mengambil hati ibu,atau mungkin sebagai tanda maaf ayahku.
Ibu bangun langsung siap-siap tak memperdulikan kami yang menunggu ibu untuk serapan bersama.
"Makan saja duluan,aku belum lapar,nanti aku serapan disana saja" sahut ibuku.
"Maafkan aku ibu" kata ayah memeluk ibu.
Ibu hanya diam saja lalu pergi.
Aku dan adik-adikku kesekolah diantarkan oleh ayah lalu pergi ke kebun melanjutkan pekerjaannya..
"Baik-baik y nak,juga sama ibu. Ibu capek mungkin. Kakak anak pertama jaga adik-adikmu y nak" kata ayah
"Iya ayah" jawabku. Lalu kami memeluk ayah.
Tak terasa ibu sudah 6 bulan bekerja dilarang itu tanpa pernah ibu mengeluh sedikitpun atau cerita pada ayah apa yang dialami disana. Ibu semakin hari makin dingin pada kami anak-anaknya juga pada ayah. Semakin hari ibu semakin cantik dengan baju-baju baru juga produk-produk makeup yang sering di bawanya.
Ibuku makin berubah bahkan aku anaknya kadang sudah tak mengenal ibu. Sosok ibuku yang perhatian penuh pada anak-anaknya seakan-akan hilang begitu saja.
Pelajaran kamipun tak pernah ditanya lagi.
Hari ini ayah tiba-tiba pulang,mungkin karena ada rindu dihati ayah pada ibuku.
"Ayah..."Kami berlari memeluk ayah.
Ibuku tiba-tiba pulang cepat kerumah
"Ibu cantik sekali"canda ayah
Ibuku terkejut melihat ada ayah dirumah.
"Aku mau pergi lagi,melayat,bosku yang cewek meninggal"kata ibuku.
"Inailahiwainailahirojiun" kata ayahku.
"Uda lama sakit,itulah yang terbaik baginya"kata ibuku
"Astafirullah"kata ayahku
"Udah aku mau pergi ngeliat dulu,gak enak sama kawan yang lain lama-lama" kata ibuku.
"Ayah antar y?" Kata ayah
"Gak usah" kata ibuku.
Ayahku tetap sabar menghadapi sifat ibuku yang mulai berubah atau kasar.
Setelah seminggu peristiwa itu,ibuku kembali bekerja. Ibuku semakin hari semakin berubah,selalu melakukan perawatan dirumah. Luluran,maskeran semuanya tentang kecantikan bahkan rambutnya ibu tanpa sepengetahuan ayahku ibu potong seperti anak gadis pada umumnya.
"Ibu...Adek Sela sakit" kataku pada ibu
"Nah..belikan bodreksin sana"kata ibu
Aku membelinya ke warung dekat rumahku
"Ini bu" kataku
"Kasihkan z sama adekmu,banyak minum air putih kasih,jaga baik-baik itu artinya kamu anak pertama" kata ibuku.
"Ia bu" jawabku.
"Uda sana kasihkan,ibu mau teleponan,jangan ada yang masuk ke kamar" kata ibuku dengan nada tinggi.
Aku langsung pergi kekamar dimana adikku tidur lalu memberinya minum obat.
Aku sering melihat ibuku berfirman dengan lelaki itu,saat ayah tidak ada.
Ayahku hari ini pulang,aku bahagia menyambut kedatangan ayahku.
"Ayah...kemarin Sela sakit" kataku
"Adek sakit..sekarang uda gimana?" Kata ayahku dengan nada panik
"Uda kukasih minum obat panas,dan Uda sembuh. Dia main dirumah Juli sekarang" kataku
"Syukurlah nak..ibu dimana?
"Ibu belum pulang ayah,nanti malam baru pulang" jawabku.
Ayahku terdiam dan hanya senyum padaku.
Tiba-tiba mobil berhenti didepan rumahku,lalu ibuku turun. Ibu mengucapkan trimaksih dengan senyuman yang indah pada lelaki itu. Aku ingat senyuman itu dulu ada buat kami.
"Malam bu" sapa ayah
Ibu hanya melihat ayah lalu masuk kekamar.
"Ibu sudah makan?" Tanya ayah
"Sudah,aku capek" jawab ibu
"Ibu sepertinya makin berubah" kata ayah
Ibu langsung marah-marah menjawab ayah,dan membuat hatinya terluka mendengar omongan istri yang sangat dia sayangi
"Aku berubah!aku capek,kerja bahkan aku rela mencuci tiap piring orang yang datang kewarung itu,demi apa coba demi membantu kamu yang tidak mampu memberikan kebahagian bagiku" kata ibu dengan nada keras
"Aku bosan hidup seperti ini terus,aku capek" ibu langsung menutup kamar.
Ayah duduk dikursi menahan airmatanya menetes,duduk sambil menarik nafas hingga titik dia tenang,lalu datang pada kami anak-anaknya sambil memeluk kami tanpa kata-kata.
Paginya ibuku berangkat tanpa pamit dari ayah bahkan kami anak-anaknya tidak diperdulikannya.
Ayahku begitu sabar menghadapi sifat ibuku yang semakin berubah. Saat dia bersama laki-laki itu dia selalu tersenyum indah. Tapi pada saat ayah dirumah wajahnya yang cantik dan senyum indahnya berubah seperti batu yang tak ada rasa apapun.
Aku melihat ibu menuliskan surat di kamar. Lalu meletakkannya di lemari baju kami. Ternyata itu adalah surat buat ayahku,dimana isi suratnya
"Mas,aku tidak bisa lagi hidup bersamamu. Karena aku tidak pernah merasakan bahagia bersamamu selama ini. Aku capek hidup miskin. Aku capek makan hanya dengan sayur. Tidak pernah merasakan salon,skincare makan di restoran,aku menderita batin bersamamu. Aku gak ada bawa anak-anak,uruslah mereka sendiri. Aku tidak menuntut apapun darimu,dan sejak mas baca surat ini kita sudah berpisah,tolong jangan cari aku karena aku pergi bersama pujaan hatiku yang sesuai dengan keinginanku".
Hari ini ayah pulang,betapa menderita ya ayahku saat membaca isi surat itu. Dia terluka dalam dan sangat terpukul karena wanita yang selama ini dia cintai dan percayai menghianatinya.
Satu tahun berlalu,ayahku mulai kembali seperti dulu semangat bekerja demi kami bertiga. Kami bertumbuh dalam kebahagian tanpa seorang ibu.
Tak terasa 6 tahun berlalu begitu cepat,aku tumbuh menjadi gadis dewasa,begitu adik-adikku yang beranjak remaja. Ayah selalu berjuang buat kami bertiga.
"Lela..berjuanglah nak demi masa depanmu,kamu harus kuliah biar nanti adikku mengikuti jejakmu" kata ayah
"Iya ayah" jawabku
Aku rajin belajar demi ingin membuat ayahku bahagia. Dan ibuku sudah tidak ada lagi dalam hati dan pikiranku.
Akhirnya aku lulus di salah satu Universitas ternama. Ayahku bahagia sekali,dia rela menjual kebun demi biaya awalku masuk kuliah.
Aku kuliah sambil bekerja di kota,tak ada gengsi melakukan apapun agar ayahku sedikit terbantu.
Karena berkat doa ayahku,aku mendapatkan beasiswa. Aku ambil jurusan Sastra Inggris. Aku belajar dari youtube,banyak mendengar bahkan lewat lagu-lagu aku belajar. Yang membantuku cepat paham dan menguasai bahasa Inggris.
Aku mengajar sambil kuliah,sehingga ayahku tidak berbeban.
Tahun ini adikku juga akan lulus dari bangku SMA,ayahpun tetap menyuruhnya untuk kuliah.
Adikku mengambil jurusan Dokter sikolog,yang membutuhkan banyak biaya.
Setelah tes,ternyata adikku lulus.
"Aku tak usah ambil y kak,takut jadi beban buat ayah" katanya
Tiba-tiba ayahku menekan
"Apakah adikmu lulus nak?" Tanya ayah
Aku dan adik sepakat ingin berbohong namun aku tidak tega membohonginya.
"Lulus ayah,tapi biarlah dulu karena itu membutuhkan biaya yang sangat banyak"
"Tidak..harus diambil,ayah sudah menyediakan uangnya" jawab ayah
Aku dan adikku terkejut darimana ayah mendapatkan uang sebanyak itu.
"Ayah sudah menjual kebun kita 1 hektar,dan uangnya akan bapak transfer pada kalian,apapun akan ayah lakukan demi kalian bisa sekolah agar tidak seperti ayah"kata ayah dengan suara tersedu-sedu karena bahagia putri keduanya lulus.
Aku dan adikku berpelukan dan menangis melihat kasih sayang ayah kami. Yang membuat kami semakin gigih untuk berhasil.
Aku dan adikku sama-sama kerja paroh waktu demi meringankan beban ayah.
Tak terasa akupun akan wisuda, Aku bahagia sekali karena bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu.
Aku sudah menabung sejak lama untuk membeli tiket ayahku untuk momenku paling indah ini. Aku menelepon ayah,dan memberitahukan aku akan wisuda dengan gelar mahasiswa terbaik.
"Ayah...aku akan wisuda dengan nilai yang baik. Aku sebagai mahasiswa terbaik dengan IPk tertinggi ayah"kataku di telepon dengan penuh kebahagian.
"Selamat putriku sayang" jawab ayahku seakan-akan membayangkan betapa waktu cepat berlalu.
"Tiket ayah,sudah kubeli,jadi ayah akan naik pesawat" kataku
"Iya nak"kata ayahku.
Hari ini ayahku terbang bersama adikku yang paling kecil Sela. Aku dan adikku Caca ke bandara menjemput mereka.
"Ayah..."Kami berdua berlari memeluk lelaki hebat kami itu.
Kami berpelukan. Semua mata tertuju pada kami mungkin karena ayahku dilihat memiliki 3 putri yang cantik-cantik.
Saatnya tiba,hari ini aku wisuda..
Aku memakaikan jubah wisudaku pada ayah,juga medali yang kudapat. Ayahku menangis memelukku dengan erat,baru pertama inilah lelaki hebat ini menangis tepat dihadapanku juga dipelukanku.
"Aku sayang ayah"bisikku
"Ayah juga nak" kata ayah.
Tidak menunggu lama,aku diterima disalah satu perusahaan.
Dan tepat tahun ini juga adikku Sela tamat dari Sekolah SMA.
Aku sudah berjanji aku yang akan bertanggung jawab penuh padanya.
Adikku Sela sangat menyukai dunia kecantikan,jadi dia memilih untuk di sekolahkan di kecantikan. Dia memilih Les disebuah Salon ternama di Jakarta.
Aku bertanggungjawab penuh pada adikku. Aku hidup sehemat mungkin,demi memastikan adikku sekolah dengan baik.
Satu tahun berlalu,adikku Cacapun menyelesaikan studinya. Dia wisuda dan membuat ayahku semakin bahagia.
"Ayah...ini tuk mu" kata adikku
Ayahku kembali menangis dengan bahagia akhirnya anak gadis yang kedua bisa tamat dengan baik.
Aku, adikku Caca giat bekerja dan selalu mengirim pada ayah kami tercinta.
"Nak..tak usah pikirkan ayah,pikirkanlah masa depan kalian. Kalian sehat sudah buat ayah bahagia" kata ayahku.
"Kebahagian kami adalah ayah" jawabku.
Setelah 3 tahun berlalu,aku dan Caca semakin sukses,hingga kami berencana pulang,untuk membalikkan ayah kebun karena kami masih ingat ayah menjual kebun demi menyekolahkan kami.
Sebelumnya aku sudah menghubungi om Asep untuk mencari kebun yang hendak dijual,dan om Aseppun menemukannya, yang kebetulan kebun itu sangat bagus dan jalan sangat bagus. Kamipun tertarik.
Tanpa sepengetahuan ayah kami pulang kampung.
"Ayah...ayah.." panggil kami.
Ayahku berlari
"Anak-anak gadisku" sambil berpelukan
Setelah melepas rindu. Kami langsung mengajak ayah ke rumah yang menjual tanah.
Ayahku sempat menolak dengan alasan
"Kalian tak perlu pikirkan ayah,pikirkanlah kalian kedepan"
"Tidak..bahagia kami adalah ayah" jawab kami kompak.
Ayah kembali memeluk kami bertiga.
Akhirnya,kebun itu sah milik ayahku.
Kami selalu perhatian penuh pada ayah kami tercinta. Dan begitu juga adikku Sela yang lulus dari kecantikan.
Sela memilih pulang kampung untuk membuka Salon disana demi ingin merawat,menemani ayah kami. Kami kakaknya sangat setuju sekali,dan mendukung adik kami sepenuhnya. Kami berdua kakaknya,bekerjasama untuk membantu dia dari segala materi yang diperlukan dalam dunia Salon.
Akhirnya impian adikku Sela tercapai membuka Salon di kampung kami hingga bisa menjaga dan merawat ayah kami.
Aku menikah dengan pria yang sangat baik,seorang pengacara. Adikku Caca juga menikah dengan Dokter Spesialis. Yang mendukung Caca untuk ambil S2nya. Kami bahagia sekali. Sementara adikku Sela belum mau menikah karena masih fokus tuk berkarir.
Ibuku yang meninggalkan kami demi lelaki lain menyesali perbuatannya,karena lelaki itu meninggalkannya begitu saja dengan anak dari hubungannya bersama laki-laki itu. Tapi nasi sudah menjadi bubur tidak mungkin lagi kembali bersama ayah. Ayah sudah terlanjur kecewa dan sakit hati. Ayah memaafkan ibuku tapi tidak untuk kembali bersama. Aku,dan kedua adikku bahagia sekali memiliki ayah yang sangat luar biasa..perjuanganya begitu berharga bagi kami anak-anaknya.