"Pemandangannya indah, ya.."
"Iya ya.. Tapi.. aku agak ngantuk.. Aku tidur sebentar, ya.."
———
"Hei.. kamu tidur dari tadi siang sampai sekarang. Udah malam loh, mau sampai kapan kamu tidur?"
•••
Amaryllis, marga dari cabang suatu keluarga besar yang ada sejak abad ke-19, yaitu Lily. Hingga sekarang, Lily masih tetap ada dan sudah terkenal di seluruh penjuru dunia. Bukan tanpa alasan, keluarga dengan lambang bunga lili ini telah menjajah bangsa-bangsa di dunia dan tidak pernah mengalami kekalahan. Ya, Lily ini terdiri dari banyak anggota keluarga dengan lambang bunga lili yang bermacam-macam jenis. Tujuan Lily menjajah bangsa-bangsa di dunia bukan untuk mengambil wilayahnya, namun untuk mengambil separuh kekayaan wilayah tersebut. Kadangkala Lily mengunjungi berbagai tempat
hanya untuk mencari seseorang yang akan mereka jadikan pasangan, dan menikahinya. Namun, seseorang itu tidak sembarangan. Ia harus memiliki penampilan fisik yang
sempurna, dengan wajah yang menawan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keturunan yang baik juga. Itu sebabnya, Lily terdiri dari anggota keluarga yang menawan, maupun laki-laki atau perempuan. Salah satunya adalah Lilyas Nesrin Amaryllis, gadis berambut panjang berwarna merah ini adalah gadis yang sangat cantik dan menawan blasteran Britania Raya-Mesir. Dari keluarga
Amaryllis.
Lilyas Nesrin Amaryllis, gadis kelas dua SMA yang akan memulai kehidupannya di sekolah barunya kali ini. Ya, Lilyas baru saja pindah dari sekolah lamanya karena terjadi suatu peristiwa yang mengenaskan. Jadi, dia memutuskan untuk pindah ke sekolah baru dan melupakannya di sana.
"Aku Lilyas Nesrin Amaryllis, mulai sekarang mohon bantuannya."
"Amaryllis itu.. apa dia dari keluarga Amaryllis sungguhan?"
"Entahlah, banyak orang bilang kalo keluarga asli Amaryllis itu berbahaya.. Jangan ketipu sama
penampilannya yang cantik dan polos itu.."
Seperti biasanya, dimana Lilyas baru saja memperkenalkan diri dan menyebutkan nama
panjangnya, orang-orang pasti akan membicarakannya diam-diam perihal marganya.
"Lilyas, silahkan duduk di bangku kosong sebelah sana.. Kita akan memulai pelajaran." kata
Pak Guru.
•••
Waktu istirahat tiba, di saat yang lainnya pergi ke kantin, Lilyas hanya duduk di bangkunya
sambil melihat ke luar jendela. Tiba-tiba, dua orang anak laki-laki datang dan menutup kedua
mata Lilyas oleh kedua tangannya, Remus dan Damon.
"Hei, nona.." panggil Damon.
"Siapa?!" Lilyas terkejut, namun berusaha untuk tetap tenang dengan tidak melakukan apa-apa.
"Boleh juga nih cewek.." kata Remus sambil menyentuh rambut Lilyas.
"Sial.." Lilyas melepaskan kedua tangan Damon dari kedua matanya dan menendangnya
hingga jatuh.
"Gila ni cewek, berani-beraninya!"
Saat dimana kedua laki-laki itu akan menyerang Lilyas, beruntung Nathan datang dan segera
menyingkirkan mereka berdua. Remus dan Damon sempat melawan, namun Nathan tidak
pernah kalah melawan mereka dan akhirnya mereka pergi.
"Kamu, gak apa-apa? Mereka tuh gangguan jiwa berat, emang.." kata Nathan, bertanya
dengan khawatir.
Lilyas menggelengkan kepalanya sambil tetap menunduk ketakutan.
"Gak apa-apa, aku gak bakalan nyakitin kamu kok.. Aku Nathan. Nathan Lysander.."
"A-aku Lilyas.. Lilyas Nesrin Amaryllis."
"Tau kok, kita kan sekelas. Tadi kamu baru aja kenalin diri di depan kelas. Kamu juga duduknya
di sebelah aku."
"Eh.. serius?" tanya Lilyas, kaget.
Nathan tertawa kecil melihat wajah kaget Lilyas yang terlihat imut. "Kamu gak nyadar ya?"
"Maaf.." ucap Lilyas.
"Apaan, jangan minta maaf. Kamu gak salah.. Lain kali jangan lupa perhatiin lingkungan sekitar
kamu juga ya.."
Lilyas mengangguk pelan.
"Kamu nggak ke kantin? Apa bawa bekal makanan dari rumah?" tanya Nathan.
Lilyas menggelengkan kepalanya sambil menatap wajah Nathan.
"Tunggu di sini bentar, yah! Aku bakalan balik lagi kok, secepatnya!" Nathan pergi
meninggalkan Lilyas sendiri di kelas.
Namun, tak butuh waktu lama, beberapa menit kemudian Nathan kembali dan menyodorkan
sepotong roti lapis dengan air minum pada Lilyas.
"Nih makan! Nanti kamu gak bakalan bisa konsentrasi loh di jam pelajaran kalo perut kamu
belum diisi apa-apa.." kata Nathan.
"Gak apa-apa?"
"Iya.." ucap Nathan sambil mengangguk.
"Makasih.." ucap Lilyas.
Di dalam kelas, di mana orang-orang sedang berada di kantin, Nathan dan Lilyas duduk
berdua berhadapan sambil memakan sepotong roti lapis.
"Nathan.." panggil Lilyas, pelan.
"Hmm?"
"Makasih ya udah ditolong sama dikasih ini.."
"Iya, santai aja kenapa sih.." ucap Nathan sambil tersenyum.
"Kamu kok mau nolongin aku?"
"Lah kamu dalam masalah, masa aku biarin aja?"
Lilyas kaget dan langsung memalingkan wajahnya yang mulai merah merona sambil tersenyum
kecil.
"Kamu senyum??" tanya Nathan, kaget dan tidak percaya. "Cantik banget.. aaah.. Nggak
senyum aja udah cantik, eh ini ditambah senyum, double kill ini.."
Lilyas kaget dan terus menatap wajah Nathan. "Dia.. nggak lagi bohong.." batin Lilyas.
Lilyas mempunyai lensa mata dengan warna yang berbeda. Lensa mata sebelah kanannya
berwarna hitam, sementara itu lensa mata sebelah kirinya berwarna hijau zamrud. Dia dapat melihat
seseorang berbohong lewat mata sebelah kirinya itu.
Karena itu, Lilyas tidak pernah mempunyai teman sebelumnya. Karena setiap ada orang yang
mendekati Lilyas dan mengaku ingin berteman dengannya, itu hanya untuk memanfaatkan
kekayaan Lilyas saja. Sejak saat itu, Lilyas tidak pernah mendekati siapapun lagi, ditambah
tidak pandai bersosialisasi.
"Kenapa kamu gak bohong?" tanya Lilyas.
"Kenapa aku harus bohong?" tanya balik Nathan.
Mereka sempat hening sejenak, sebelum Lilyas berbicara, "Makasih, Nathan.." ucap Lilyas sambil tersenyum.
Nathan tidak tahu Lilyas berterimakasih karena apa, namun Nathan senang melihat Lilyas
tersenyum. Oleh karena itu, Nathan kembali tersenyum pada Lilyas.
•••
Sudah tiga hari sejak Lilyas pindah dari sekolah lamanya, Lilyas selalu menghabiskan
hari-harinya bersama Nathan. Namun hari ini Nathan tidak berangkat sekolah, dengan alasan
akan menghadiri acara keluarga.
"Lilyas, selamat pagi!" ucap Shinobu yang tiba-tiba menghampiri Lilyas.
"Iya, pagi.."
Shinobu Sasayuri, adalah senior Lilyas di sekolahnya.
"Ya ampun.. Hari ini kamu cantik seperti biasanya.. Aku sangat menyukaimu.."
"Bohong." batin Lilyas.
"Eh, yah.. Kamu tau ya kalo aku bohong? Ah.. iya deh, aku ngaku, aku bohong.. Aku lupa, kan
kamu bisa liat kebohongan orang lewat mata kiri kamu yang hijau zamrud itu.."
"Eh? Darimana kamu bisa tau?? Setau aku, cuman anggota keluarga besar Lily yang tau
tentang mata hijau ini."
"Oh, aku lupa kenalin diri. Kenalin ya, namaku Shinobu Sasayuri. Senang bertemu kamu.."
"Sasayuri..?"
Sasayuri, marga keluarga dari cabang keluarga besar Lily yang berasal dari Jepang.
Satu-satunya cabang keluarga besar Lily yang memisahkan diri dari cabang keluarga besar Lily
lainnya dan tidak pernah menjajah bangsa manapun.
"Lilyas, aku saranin kamu buat jauhin semua orang. Aku mohon, bukan tanpa alasan.. Tapi
kamu ini Lycoris Radiata.. Kamu bisa ngebahayain semua orang yang ada di dekat kamu!
Kamu juga tau itu, kan..?"
"Aku tau itu.." seketika wajah Lilyas berubah menjadi datar.
Lycoris Radiata, belum diketahui kenapa anggota keluarga Amaryllis yang punya julukan
sebagai Lycoris Radiata harus menjauhi orang-orang di sekitarnya.
Pada dasarnya, Lycoris Radiata adalah nama bunga yang mempunyai bentuk menyerupai
laba-laba. Lycoris Radiata juga memiliki umbi yang beracun, dengan racun yang berbahaya.
"Mohon bantuannya.." ucap Shinobu sambil membungkukkan badannya, dan pergi, kembali ke
kelasnya.
•••
Sebulan penuh sudah Lilyas lewati dengan baik di sekolahnya. Temannya pun mulai bertambah
sedikit demi sedikit.
"Lilyaaas! Selamat pagiii!!" ucap Nesha sambil melambai-lambaikan tangannya.
Nesha Namika, teman dekat Lilyas meskipun berbeda kelas.
"Nesha, selamat pagi.."
"Lilyas, mau ngobrol berdua??"
"Boleh, ayo aja.."
Di atas gedung sekolah, dengan cuaca yang cerah, Lilyas dan Nesha duduk berdua di bangku,
sambil melihat pemandangan yang ada.
"Lilyas, aku liat.. kamu suka barengan sama Nathan terus ya?" kata Nesha.
Lilyas mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Irinya.. Kamu tau kan kalo Nathan itu murid terpintar dan terganteng di sekolah kita?" tanya Nesha.
"Eh? Beneran?" tanya balik Lilyas tak percaya.
"Eh? Gak tau?"
Lilyas menggelengkan kepalanya sambil menatap Nesha dengan polosnya.
"Nathan itu cowok impian cewek-cewek di sini.. Jadi beruntung banget kalo bisa deket sama
Nathan sampe apa-apa suka barengan gitu.." jelas Nesha.
Lilyas terdiam sejenak sambil menatap Nesha, memikirkan sesuatu. Hingga akhirnya, dia memecah keheningan, "Nesha.. Kamu suka sama Nathan?"
"Eh? Kamu kok nanya itu tiba-tiba??" wajah Nesha menjadi merah merona.
"Jawab aja.. Suka, kan?"
Nesha mengangguk, "Sebenarnya yah, aku ini suka banget sama Nathan. Dari pertama kali liat
dia.."
"Udah lama, ya.."
"Iya, tapi.. Nathan masih belum tau perasaan aku sampe sekarang.. Karena itu, Lilyas! Aku mau
minta bantuan ke kamu biar aku bisa ungkapin perasaan aku ke Nathan! Biar gak ditolak!
Aku mohon.."
"Bisa dibilang, kamu ini primadona kelas, loh.. Mustahil kamu ditolak sama Nathan.. Gak
apa-apa, Nesha.. Kamu pasti bisa!"
Pagi itu, kebetulan Nathan datang ke tempat di mana Lilyas dan Nesha sedang mengobrol.
"Lilyas!" panggil Nathan.
"Nathan.. Kamu juga disini? Ngapain?" tanya Lilyas.
"Aku.. cariin kamu dari tadi.."
"Nathan, ada aku juga loh di sini.." kata Nesha.
"Eh, iya Nesha.." Nathan tersenyum.
"Lilyas, mau ke kelas bareng?"
"Iya, ayo.. Nesha, aku ke kelas duluan, ya!" kata Lilyas.
Di saat Nathan dan Lilyas membalikkan badannya, tiba-tiba Nesha memegang tangan Nathan.
"Nathan.. aku.. aku suka kamu!!" ucap Nesha.
Mulai terasa dingin di atas, karena angin mulai berhembus kencang.
"Makasih.." ucap Nathan sambil tersenyum dan pergi.
Lilyas yang melihatnya, kaget. Hal itu juga membuatnya terdiam tanpa sepatah katapun. Nesha
yang kecewa berlari, pergi meninggalkan mereka berdua.
"Nathan, apa ini?? Ini yang harus kamu bilang ke Nesha yang udah diam-diam suka sama
kamu dari awal dia tau kamu??"
"Lilyas, bukannya udah benar ya, aku bilang makasih karena Nesha udah suka sama aku.."
"Tapi Nathan! Nesha udah suka sama kamu selama itu!!"
"Lilyas! Orang yang aku suka itu bukan Nesha.. Tapi kamu.."
"Aku juga suka kamu.. tapi sebagai teman.."
"Jahatnya.."
"Kamu juga jahat ke Nesha!"
"Ya.. Ya udahlah, kita ke kelas sekarang!" Nathan menarik tangan Lilyas.
•••
"Ah.. berdarah lagi.." Nathan mengusap bagian-bagian wajahnya yang berdarah.
Mimisan, batuk berdarah, Keluar darah dari mata.
"Udah seminggu sejak lu kayak gitu.. Itu karena apa ya?" tanya Leon.
Leonidas Ludo, teman dekat Nathan.
"Mana gua tau.."
"Bahaya gak sih?"
"Banyak nanya lu, Leo.."
"Ya gua khawatir, Nathan.."
•••
"Lilyas, hari ini gimana kalo kita ngehabisin waktu berdua aja di bawah pohon itu?" tanya
Nathan.
Lilyas mengangguk. Mereka duduk di bawah pohon di belakang sekolahnya.
"Aku agak pusing.. mau tidur.." kata Nathan.
"Kamu boleh tidur di atas paha aku!"
"Makasih, Lilyas.."
"Nanti sore harus bangun, ya!"
Nathan mengangguk.
"Pemandangannya indah, ya.." kata Lilyas, tiba-tiba.
"Iya ya.. Tapi.. aku agak ngantuk.. Aku tidur sebentar, ya.. Aku suka sama kamu, tapi bukan
sebagai teman.." kata Nathan sebelum memejamkan matanya.
———
"Hei.. kamu tidur dari tadi siang sampai sekarang. Udah malam loh, mau sampai kapan kamu
tidur?"
Malam yang sunyi, hanya mereka berdua. Hanya diterangi oleh cahaya bulan di malam itu.
"Nathan, bangun! Kita harus pulang!"
Tidak peduli berapa kali Lilyas memanggil Nathan, membangunkannya, namun Nathan tak
kunjung membuka matanya dan tak bergerak sedikitpun.
"Nathan.."
Lilyas memeriksa detak jantung Nathan. Dan benar saja, jantung Nathan tak berdetak sama
sekali. Hal itu membuat Lilyas ingat, bahwa dirinya adalah Lycoris Radiata, yang dimana ada
orang yang dekat dengannya dan bersentuhan langsung dalam waktu yang cukup lama, orang itu akan terkena racun
yang membuatnya mengeluarkan darah dari bagian-bagian wajahnya. Dan akan meninggal
beberapa jam kemudian.
Lilyas menangis, tak percaya dan merasa sangat bersalah. "Gimana ini? Apa gak ada cara
lain?" tanya Lilyas sambil menangis.
"Sialaaan!! Kenapa selalu sial!! Kenapa selalu kayak gini!! Dulu teman dekatku satu-satunya di
sekolah bunuh diri karena terkena racun yang gak bisa sembuh!! Sekarang, Nathan udah
meninggaaal!!" teriak Lilyas, di tengah malam yang hening.
"Hei, mata hijau! Kamu bisa dengar aku, kan?!! Aku tau itu!! Karena kamu itu umbi dari
bunga Lycoris Radiata! Kamu yang bikin Nathan terkena racunnya sampai meninggal!! Jadi aku
mohon, biarin aku menebus kesalahanku ini..!! Aku mohon!!" Lilyas berteriak sambil menangis,
berbicara pada mata kirinya itu.
"Kamu yakin? Jika aku melakukannya, kamu akan menghilang. Karena tubuh kamu akan menjadi
akar yang memeluk tubuh Nathan dan tidak akan merasakan apapun lagi." tanya seekor kucing
berwarna hitam yang tiba-tiba muncul di hadapan Lilyas.
"Aku gak peduli! Lakuin aja apapun asal aku bisa menebus kesalahan aku dan agar aku bisa ada
di dekat Nathan selamanya!!"
Tiba-tiba kucing berwarna hitam itu menghilang, mata kiri Lilyas bercahaya, dan tumbuh akar
yang menjalar menutupi tubuh Nathan. Hal itu menyebabkan tubuh Lilyas perlahan-lahan
menghilang tanpa meninggalkan jejak.
Shinobu dan Nesha yang sudah mengetahui jalan ceritanya dari awal, tengah melihatnya dari kejauhan.
"Sudah berakhir, ya.." kata Shinobu dengan rasa tenang.
"Rencana Kak Shinobu selalu berhasil." ujar Nesha.
"Nathan, kembali!" perintah Shinobu.
Nathan datang ke tempat dimana Shinobu dan Nesha berada. Meninggalkan tubuh lamanya di dalam akar
Lilyas, dan memakai tubuh baru dengan wajah yang berbeda dari yang sebelumnya.
"Kerja bagus, Nathan. Dengan ini, Lycoris Radiata berkurang satu. Tapi, anggota keluarga
Amaryllis masih banyak. Dengan artian, Lycoris Radiata masih banyak tersebar juga." jelas
Shinobu.
"Terkadang mendengarkan pendapat orang lain itu perlu. Dan menjauhi orang terdekat juga
perlu, apabila orang itu akan membahayakan diri, entah itu karena kata-kata yang selalu ia keluarkan dari mulutnya, ataupun hal-hal negatif lainnya yang ia punya." kata Nathan.
"Kak Shinobu, selanjutnya dimana?" tanya Nesha.
"Kita ke kantor pembunuh Lycoris Radiata dulu. Nathan, kasih laporan ke pimpinan.
Nesha akan melacak keberadaan Lycoris Radiata lainnya. Aku beres-beres dulu di sekolah ini,
sekalian berterimakasih ke orang-orang yang udah bekerjasama."
Serentak Nathan dan Nesha menjawab, "Baik, kak!"
"Aku Nathan, Nathan Lysander Sasayuri"
"Aku Nesha! Nesha Namika Sasayuri"
Shinobu, Nathan, Nesha, dan pembunuh Lycoris Radiata lainnya kembali melakukan aksinya.