*RIINGGGG!!!*
Begitu loceng yang menandakan bahwa waktu istirahat tiba, seluruh sekelasku bergembira riang setelah akhirnya melewati pembelajaran yang begitu membosankan. Miss Charlie yang sedang berdiri dengan papan tulis disamping yang berisi tulisan mengenai materi penjelasan yang baru saja selesai dijelaskan panjang lebar olehnya menghela nafas, namun tidak berhenti disitu,
"Baik Anak-anak, materi pembelajaran kita berakhir disini, Dan, buka halaman 68, itu akan menjadi pr kalian, lalu dikumpulkan pada hari Kamis!"
Teman sekelas yang hendak keluar kelas dan ada juga yang sudah berada di ujung pintu menggerutu kesal, menurutku sebagai seorang pelajar juga.... Itu memang membuatku kesal padahal aku baru saja ingin istirahat setelah menyaksikan penjelasan materi pembelajaran yang membosankan, tapi ini demi nilai ku sendiri juga.
Aku pun menyusun buku-buku materi pembelajaran tadi dan memasukkannya kembali ke dalam tasku dan mengambil buku untuk pembelajaran materi nantinya setelah selesai istirahat, barulah aku keluar ke kelas, dan akhirnya aku dapat pergi kekantin dan berbincang dengan puas bersama temanku!
Sesampainya di kantin, pemandangannya seperti biasa dihiasi oleh antrian siswa mengambil makanan, dan seperti biasa aku juga ikut mengantri, dari kejauhan aku terkadang bertanya-tanya dengan menu makanan kantin hari ini, pasti rasanya setidaknya hambar, sehingga jika ada sekalipun makanan yang ada bumbunya meski sedikit aku merasa seperti orang paling bahagia didunia karena akupun jarang makan makanan berbumbu karena makanan ditempat sekitar ku rata-rata rasanya begitu hambar.
Menu hari ini, hanya 1 sandwich panggang yang isinya hanya sayuran, daging tipis, keju dan telur sedikit dengan 2 buah anggur, begitu melihatnya saja, aku merasa begitu mual karena ku tebak bahwa rasanya pasti akan begitu hambar, setidaknya ada 2 buah anggur yang bisa kumakan dengan layak.. Jarang-jarang kantin menyediakan buah-buahan seperti hari ini.
Selesai mengambil menu makanan kantin dengan rasa yang sedikit bersyukur karena setidaknya menu menyediakan 2 buah anggur, aku menuju ke meja dimana teman dekat ku berbeda meskipun aku hanyalah selalu dekat atau mengandalkan teman sekelasku sendiri, aku tidak paham dengan apa yang dibicarakan dengan orang kelas lain, yang akhirnya aku hanya dapat bergabung dengan teman sekelasku yang kebetulan aku juga dekat dengannya,
"Hey, James, apa kau dengar! Nanti akan ada murid baru yang akan dikelas kita besok! Terus, katanya murid pindahan itu berasal dari.... Sekolah Malgrote kalau aku ingat lagi?" ujar salah satu temanku yang duduk disebelahku, Arthur, dia memang orang yang santai saat berbicara
"Woah, bukankah sekolah Malgrote itu terkenal elite dan bergengsi karena katanya prestasi muridnya menumpuk? Bahkan ambis tak kenal waktu, kalau aku disekolah sana, aku pasti murid terbodoh disana! Tak kenal ampun!"
Tiba saja, Ethan muncul sekejap dan duduk disamping kiriku, suaranya cukup kencang untuk mengejutkan ku dari lamunanku sejenak, Ethan memang begitu sih... Kecil-kecil mulutnya bagai Bebek.
"Setidaknya cobalah hilangkan kebiasaan muncul secara tiba-tiba itu Ethan"
"Jika dia berasal dari sekolah elite kenapa dia pindah kesini? " ujarku heran, yah itu memang tidak wajar jika seorang murid yang berasal dari sekolah yang katanya 'elite' tiba saja pindah kesekolah kami yang biasa saja seperti sekolah umumnya dengan fasilitas biasa saja, bukankah seharusnya murid itu betah dengan sekolah elite nya yang fasilitas nya seharusnya lebih mencukupi?
"Jika masalah itu mana saya tahu!"
"Itu menjengkelkan, ngomong-ngomong siapa namanya? Apakah dia perempuan atau laki-laki? Kalau laki-laki ku tebak dia akan menjadi rebutan para perempuan, tapi itu jika dia tampan sih, apalagi pintar"
"Yah, katanya namanya sih Theodore Vince Elomord, katanya dia juga tampan banget loh, bahkan dari keluarga bangsawan! Dia akan mendapatkan untung banyak dengan banyak wanita cantik disekolah kita tetapi hati mereka sok semahal emas"
"Aku tak terima itu! Awas saja kalau dia lebih tampan dariku!" Ethan mulai berdiri dari mejanya dengan remahan sandwich panggang masih didalam mulutnya, tidak menerima fakta murid baru akan lebih tampan darinya bahkan dari keluarga bangsawan.
***
Keesokan harinya, aku datang seperti biasa, sesuatu hal berubah drastis di aula sekolah dengan para perempuan sekelasku yang bersemangat dengan kabarnya kedatangan murid baru hari ini, mau di aula dan kelasku, tampaknya memang para perempuan disekolah ini hanya memusatkan perhatian mereka pada murid baru 'tampan' dan dari keluarga'bangsawan' yang seperti nya
hanya arangan-arangan tidak jelas.
Aku sementara hanya menunggu bel masuk berbunyi sambil berbicara dengan Ethan, dan Arthur yang soalnya berbeda kelas dengan ku.
Akhirnya, seperti nya sudah 15 menit berlalu dan lonceng bel masuk berbunyi, aku sebenarnya tidak menginginkan masuk kedalam kelas dan mendengarkan, melakukan tugas sekolah yang tampak begitu membosankan itu, tapi aku juga bosan menunggu lonceng bel masuk dan istirahat, setidaknya aku tidak merasa bosan dengan hanya mendengar penjelasan guru yang sambil marah-marah tak jelas.
Saat kami mulai memasuki kelas masing-masing, Miss Charlie memulai dengan memperkenalkan murid baru dari cerita karangan abal-abal itu, jika aku ingat lagi dia tidak terlihat sama sekali di aula sekolah, mungkin kah ia sengaja terlambat karena malu? Setidaknya, aku terkejut karena dia lebih tepatnya terlihat cantik.
"Baik, anak-anak, perkenalkan nama murid baru ini adalah Theodore Vince Elomord. Bertemanlah baik dengannya"
"Theo, kamu bisa duduk disebelah sana."
Miss Charlie menunjukkan bangku kosong yang terletak dipojok sebelah kanan jendela. Aku pas duduk disebelah kiri bangku kosong itu, jadi artinya... Aku sebangku dengannya? Benar-benar sialan.
"James, berhentilah melamun dan mulailah membuat teman baik dengan Theo!"
Tanpa kusadari aku telah begitu terpaku pada Theo sampai aku terlihat seperti sedang melamun, entah mengapa aku merasa kecantikannya lebih menyegarkan mata dari pada kebanyakan perempuan disekolah ini.
Teman sekelasku mulai tertawa sebentar padaku, sementara aku hanya menggaruk kepala dengan malu dan menjawab,
"Ya, miss"
Theo menggantung tasnya dibelakang kursi dan mengeluarkan buku pelajaran, Miss Charlie mulia membahas latihan yang akan dikerjakan. Aku mencatat status persatu materi.
Saat miss Charlie membahas soal latihan. Diam-diam aku mengalihkan pandanganku pada Theo yang duduk disampingku, yang sedang mengerjakan latihannya.
Sinar matahari begitu mengkilap menembus jendela, menyinari rambut coklat manis Theo dengan sinar terangnya. Dibalik poni berantakannya, tersembunyi mata madu manis mencolok, bulu mata lentik yang tampak akan begitu menggelitik dan menganggu pemandangan.
Mata cantik yang hanya terfokus pada berganti-ganti pandangan pada papan tulis dan buku tebalnya, tangan kurus lumayan panjang itu.. Memegang pena dengan hati-hati dan menulis lumayan cepat...
... Apakah memang ini pertama kalinya aku merasa pria ini lebih cantik dibandingkan perempuan disekolah ini..?
Tung!
Saat aku hendak untuk mengalihkan pandangan ku pada papan tulis, segenggam penghapus papan tulis melayang didahiku, memberi rasa benturan sakit.
Miss Charlie memarah aku, berkata untuk aku berhenti menghayal dan hanya terfokus pada Theo dibandingkan papan tulis.
Teman sekelasku sempat melihat kebelakang untuk melihatku, sementara aku hanya menggaruk-garuk kepala malu.
Kucoba untuk sedikit melirik pada Theo disebelahku, dia hanya....Tertawa.
Saat bunyi lonceng istirahat berbunyi, aku berniat untuk mencoba mendekati Theo dikantin
Aku sempat memberi penilaian negatif padanya karena rumor-rumor berlebihan nya.. Tapi rupanya dia orang yang menyenangkan untuk diajak berbicara.
Suaranya agak lembut saat pertama kali aku berbicara dengannya dikantin, pada saat itu Theo masih duduk sendirian karena masih beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
Dan kami akhirnya mulai mengenal satu sama lain, pergi ke perpustakaan untuk belajar bersama, terkadang berjalan-jalan saat akhir pekan.
Theo rupanya jarang dekat dengan orang tuanya dirumahnya karena orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga Theo tinggal sendirian dengan mandiri dirumahnya.
Aku merasa sedikit kasihan dengannya, jadi.. Jika aku mempunyai waktu luang, biasanya aku bermain kerumah Theo.
Hari terasa berjalan begitu mulus tanpa gangguan setelah aku berteman dengan Theo, rasanya berteman dengan Theo seperti berendam dilaut.
Hingga celah besar yang disebabkan oleh tikus liar, memberikan dampak pertemananku dengan Theo berakhir pada saat itu.
Theo dan aku pada saat itu berencana untuk berkeliling hutan-hutan yang letaknya dibelakang halaman sekolah kami.
Kami berkeliaran dengan angin sejuk pepohonan menemani, memetik sebagian bunga liat cantik dan buah beri.
Saat aku berbalik untuk menunjukkan hasil petikan buah beriku pada Theo, Tetapi Theo tersandung oleh dedaunan karena melangkah terlalu cepat, Theo pun jatuh didepanku.
Aku tidak pernah sekalipun menyangkal bahwa ciuman pertama terasa begitu manis lembut bagai marshmallow.
Namun tikus liar membuatku jijik untuk mengingat momen itu sekali lagi.
Saat aku kembali kerumah dengan wajah kemerahan karena malu, tapi, kemerahan itu segera memudar saat melihat ekspresi cemas, marah, jijik bercampur diwajah orang tuaku, yang saat itu akhirnya melarangku untuk berteman dengan Theo lagi semenjak ciuman pertama itu.
Aku tidak tahu siapa yang melihat dan melaporkan hal itu, tapi yang pasti kuanggap mereka tikus liar.
Semenjak itu, aku tidak pernah lagi melihat Theo dikelas.
Sampai 10 tahun berlalu, aku bekerja sebagai pelayan restoran.
Aku merasa mual jika mengingat momen aku berteman dengan Theo pada saat itu, tetapi meskipun jijik, aku merasa bahwa sifat Theo yang menyenangkan ku begitu melekat pada ingatanku, sakit untuk diingat.