naya tumbuh sebagai anak perempuan pertama di keluarganya. Sebagai anak sulung, ia sering merasa harus menjadi sosok yang kuat dan mandiri bagi adik perempuannya tapi dalam dirinya dia tidak sekuat itu didepan orang-orang banyak dia keliatan kuat tapi dalam dirinya dia rapuh. Namun, jauh di dalam hati, naya selalu berharap memiliki seorang kakak laki-laki—seseorang yang bisa ia andalkan, melindunginya, dan menyayanginya seperti yang sering ia lihat di keluarga lain.
Namun, harapan itu tampak mustahil. Ia terlahir sebagai anak pertama, dan itu berarti ia harus menerima kenyataan bahwa tidak ada sosok kakak laki-laki dalam hidupnya.
Hingga suatu hari, semua berubah ketika ia mengetahui sebuah fakta mengejutkan: ia sebenarnya memiliki kakak laki-laki tiri bernama Geo, anak dari hubungan ayahnya sebelum menikah dengan ibunya naya. Geo tinggal bersama ibunya, memiliki kehidupannya sendiri, dan tidak pernah mengenal naya sebelumnya.
Kabar ini membawa harapan baru sekaligus kebingungan dalam hati naya. Ia merasa menemukan sesuatu yang selama ini hilang, tetapi ia juga sadar bahwa Geo bukan hanya "kakaknya." Geo memiliki keluarga sendiri, termasuk adik perempuan kecil dan adik laki-laki yang selama ini tumbuh bersamanya. naya tahu bahwa ia tidak boleh egois. Hubungan ini adalah sesuatu yang harus ia bangun dengan penuh hati-hati, tanpa mengganggu kehidupan Geo.
Rasa penasarannya mendorong naya untuk mencari Geo secara diam-diam melalui media sosial. Ketika akhirnya ia berhasil menemukan Geo dan mengirim pesan, percakapan pertama mereka terasa canggung. Geo, yang tidak pernah tahu tentang keberadaan naya, terkejut sekaligus penasaran.
“naya? Kamu siapa, ya?” tulis Geo di pesan pertama.
naya menjelaskan siapa dirinya. Butuh waktu bagi Geo untuk mencerna kenyataan itu, tetapi perlahan-lahan mereka mulai berbicara lebih sering. Geo mendapati bahwa adik tirinya ternyata seorang gadis yang cerdas, ramah, dan sangat cantik—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“Adikku cantik juga, ya,” tulis Geo suatu hari dengan nada bercanda.
naya hanya bisa tertawa kecil membaca pesan itu. Namun, jauh di dalam hatinya, ia merasa sedikit lega. Akhirnya, ia memiliki sosok kakak yang selalu ia impikan. Walaupun mereka belum pernah bertemu, Geo mulai menjadi bagian penting dalam hidup naya.
Namun, naya juga sadar bahwa hubungan ini harus dijaga dengan bijak. Ia tidak pernah memberitahu ibunya bahwa ia sudah berkenalan dengan Geo. Baginya, ini adalah rahasia yang harus ia ungkapkan di waktu yang tepat, tanpa menimbulkan masalah.
Hingga suatu hari, Geo mengirim pesan yang menggetarkan hati naya.
“dek,kakak ada tugas ke kotamu bulan depan. Gimana kalau kita ketemu?”
Jantung naya berdebar. Ia merasa gugup sekaligus bersemangat. Bagaimana pertemuan ini akan berjalan? Akankah semua berjalan lancar, atau malah canggung?
“Boleh,” balas naya akhirnya. “Tapi kita harus hati-hati. Jangan bilang siapa-siapa dulu.”
Geo menyetujui rencana itu. Bagi naya, pertemuan ini adalah kesempatan untuk melihat langsung sosok kakak laki-laki yang selalu ia inginkan, tetapi ia juga tahu bahwa ini bukan hanya tentang dirinya. Ia harus menerima kenyataan bahwa Geo memiliki kehidupan dan keluarga lain yang juga penting baginya.
Pertemuan itu mungkin menjadi awal dari hubungan baru—bukan sekadar saudara tiri, tetapi keluarga yang saling memahami dan menghormati batas masing-masing.
Hari yang dinanti akhirnya tiba.naya merasa campur aduk—antara kegembiraan, kecemasan, dan rasa rindu yang tak bisa dijelaskan. Ia tidak pernah bertemu dengan Geo sebelumnya, meskipun mereka sudah saling berkomunikasi dalam waktu yang cukup lama. Baginya, ini adalah momen penting, bukan hanya karena Geo adalah kakak tirinya, tetapi juga karena ia merasa seperti menemukan bagian dari dirinya yang selama ini hilang.
Namun, meskipun ada perasaan itu,naya tetap tahu bahwa hidupnya kini berbeda. Ia bukan lagi anak perempuan pertama yang selalu merasa kesepian,karena sekarang ia juga memiliki adik laki-laki dan adik perempuan yang sangat ia sayangi. Keluarganya sudah lengkap—dengan cinta dan ikatan yang berbeda-beda, yang semuanya penting baginya.
Saat Geo tiba di kota,naya menunggunya di sebuah kafe kecil yang sudah mereka pilih sebagai tempat pertemuan pertama. Geo mengirim pesan untuk memberitahukan bahwa ia sudah sampai. Hati naya berdebar semakin cepat, tak bisa menahan rasa antusiasme yang sudah ia pendam.
Tak lama kemudian, Geo muncul di pintu kafe.naya mengenali wajahnya yang tampan, meskipun tak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Di layar ponsel, Geo terlihat lebih serius, namun saat bertemu langsung, ia terlihat jauh lebih santai dan ramah. Mereka saling memandang, canggung pada awalnya, tetapi kemudian Geo tersenyum lebar dan melangkah mendekat.
"naya," Geo berkata dengan lembut, "akhirnya kita bertemu juga."
naya tersenyum malu-malu, merasakan kebanggaan yang aneh di hatinya. "Iya, Kak Geo. Rasanya aneh, ya?"
Mereka duduk bersama, berbicara tentang banyak hal—tentang keluarga mereka, hidup masing-masing, dan harapan-harapan yang masih terpendam. Geo menceritakan banyak hal tentang adik-adiknya, bagaimana ia sangat melindungi mereka, dan bagaimana keluarganya juga merasa lengkap meskipun berbeda.naya mendengarkan dengan seksama, merasakan kehangatan yang selama ini ia cari. Geo bukan hanya sosok kakak laki-laki yang ia impikan, tetapi juga seseorang yang memiliki keluarganya sendiri yang penuh dengan cinta.
Namun, di hati naya,ada juga kenyataan yang harus ia terima. Meski ia sangat ingin memiliki Geo di sampingnya,ia tahu bahwa Geo memiliki kehidupan lain yang juga penting. Ia memiliki adik-adik yang perlu ia jaga, dan meskipun ia merasa sangat dekat dengan Geo,naya harus belajar untuk tidak egois.
Saat pertemuan itu berakhir, Geo mengantarkan naya pulang. Mereka berbicara sedikit lebih lama di mobil, tentang rencana masa depan dan keinginan untuk tetap menjaga hubungan mereka meskipun terpisah oleh jarak. Geo terlihat sangat perhatian, seperti seorang kakak yang selalu ingin melindungi adik-adiknya.
Namun, meskipun Geo sangat baik dan perhatian, ada perasaan ragu yang muncul di hati naya. Ia tak bisa menahan diri untuk berpikir apakah Geo benar-benar menerima dirinya dengan sepenuh hati. Kanaya tahu bahwa ada sejarah di balik hubungan keluarga mereka—sejarah yang melibatkan ayahnya dan ibu Geo. Mungkin, di dalam hati Geo, ada rasa kesal atau bahkan sedikit kebencian karena masa lalu itu.
Geo memandangnya dengan senyuman hangat, tetapi naya tak bisa menghindari keraguan yang menggigit di dalam dirinya. Apakah semua ini benar-benar tulus? Apakah Geo memeluknya hanya karena kewajiban sebagai saudara tiri, ataukah ada perasaan lain yang tersimpan?
Namun, Geo tampaknya menyadari keraguan itu. Ia tiba-tiba berhenti sejenak, menatap Kanaya dengan tatapan penuh pengertian.
"naya," kata Geo dengan lembut, seolah bisa membaca pikirannya, "Aku tahu kita tidak mudah memiliki hubungan seperti ini. Ada banyak hal di masa lalu yang mungkin membuat kita merasa tidak nyaman. Tapi aku ingin kamu tahu, aku tidak pernah membencimu. Semua ini... hanya tentang waktu dan kesempatan yang tepat."
naya terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Geo. Pelukan yang tadi ia terima kini terasa lebih dalam maknanya. Mungkin, Geo memang bisa menerima dirinya. Mungkin, ia tidak perlu lagi meragukan ikatan yang terjalin di antara mereka.
Geo mengulurkan tangannya, menghapus keraguan yang masih tersisa di hati naya. "Aku sudah lama menunggu kesempatan untuk mengenalmu lebih dekat, naya. Jangan pernah ragu, kita adalah keluarga. Keluarga selalu menerima, bukan membenci."
naya merasa lega, meskipun hatinya masih dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan, ia tahu bahwa ia tidak sendirian lagi. Geo, dengan segala keraguan yang sempat ada, benar-benar menerima dirinya sebagai bagian dari keluarga.
Dengan penuh kehangatan,naya membalas senyumannya. "Terima kasih, Kak. Aku juga ingin kita selalu dekat, seperti keluarga seharusnya."
Pelukan mereka kembali terjalin, kali ini lebih kuat, tanpa keraguan, tanpa beban masa lalu.
"Terkadang, kita mencari sosok yang kita anggap hilang, padahal hidup sudah memberi kita lebih dari yang kita bayangkan. Keluarga bukan hanya tentang siapa yang ada di masa lalu, tetapi juga siapa yang datang untuk memberi makna baru pada setiap hari kita. Dan meskipun aku sudah punya saudara baru, hatiku tetap penuh cinta untuk mereka yang selalu ada."
"Keluarga bukan hanya soal darah, tetapi tentang siapa yang mau menerima dan melengkapi."