𝕁𝕒𝕕𝕚 𝕚𝕟𝕚 𝕒𝕜𝕦 𝕓𝕦𝕒𝕥 𝕔𝕖𝕣𝕡𝕖𝕟 𝕥𝕖𝕟𝕥𝕒𝕟𝕘 𝕥𝕖𝕞𝕖𝕟 𝕜𝕦 𝕤𝕒𝕞𝕒 𝕤𝕒𝕝𝕒𝕙 𝕤𝕒𝕥𝕦 𝕔𝕠𝕨𝕠 𝕕𝕚 𝕜𝕝𝕤😁😁😁😁
𝕁𝕕𝕚 𝕒𝕜𝕦 𝕖𝕞𝕘 𝕤𝕖𝕟𝕘𝕒𝕛𝕒 𝕞𝕒𝕦 𝕟𝕘𝕖𝕛𝕠𝕞𝕓𝕝𝕟𝕘𝕚𝕟 𝕞𝕖𝕣𝕖𝕜𝕒 𝕒𝕨𝕠𝕜𝕒𝕨𝕠𝕝𝕒𝕨𝕠𝕜, 𝕜𝕒𝕝𝕠 𝕞𝕒𝕦 𝕓𝕒𝕔𝕒 𝕪𝕒 𝕥𝕖𝕣𝕤𝕖𝕣𝕒𝕙 𝕜𝕒𝕝𝕚𝕒𝕟 𝕤𝕚𝕙𝕙, 𝕤𝕠𝕒𝕝𝕟𝕪𝕒 𝕚𝕟𝕚 𝕒𝕜𝕦 𝕓𝕦𝕒𝕥 𝕔𝕦𝕞𝕒 𝕚𝕤𝕖𝕟𝕘 𝕙𝕒𝕙𝕒𝕙 😅😅.
Hujan deras mengguyur halaman sekolah. Baim berteduh di bawah atap teras, memperhatikan Riani yang berlari sendirian, rambutnya basah kuyup, seragamnya melekat di tubuhnya. Ia tahu, Riani selalu terlihat pendiam, sering membaca buku di perpustakaan, tapi sebenarnya memiliki hati yang hangat. Sejak kelas tujuh, Baim menyimpan rasa pada Riani, gadis bermata cokelat itu yang selalu menolong teman-temannya yang kesulitan. Namun, gengsinya yang tinggi membuatnya hanya berani menatap dari kejauhan. Ia bahkan seringkali bersikap menyebalkan, melempar kertas, atau menjulurkan lidah, pura-pura tidak menyukainya.
Riani, di sisi lain, juga menyimpan rasa pada Baim. Kemampuan Baim dalam menggambar yang luar biasa, karyanya selalu terpilih untuk dipajang di mading sekolah, dan kebaikan hatinya yang tersembunyi di balik sikap cueknya, membuat Riani jatuh hati. Tapi ia terlalu takut ditolak. Ia membalas sikap dingin Baim dengan sikap yang lebih dingin lagi, menghindari tatapan mata Baim, bahkan pura-pura tidak melihatnya.
Suatu sore, setelah latihan pramuka, Baim melihat Riani sedang membantu seorang anak kecil yang tersesat di sekitar sekolah. Ia mendekat dengan ragu, hatinya berdebar-debar.
"Riani?" suara Baim terdengar gemetar.
Riani menoleh, mengulurkan tangannya membantu anak kecil itu. "Tidak apa-apa," bisiknya, sambil tersenyum lembut ke anak kecil itu.
Tapi Baim tahu, Riani terlihat lelah. Ia duduk di samping Riani, diam sejenak. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Di dalamnya, terdapat sebuah sketsa gambar Riani yang sedang tersenyum, dibuat dengan pensil warna.
"Ini untukmu," kata Baim, suaranya hampir tidak terdengar. "Maafkan aku, aku selalu bersikap bodoh padamu."
Riani menatap sketsa itu, kemudian menatap Baim. Air matanya kembali menetes. "Aku... aku juga suka padamu, Baim," ucapnya, suaranya terisak.
-
Matahari terbenam di ufuk barat, mewarnai langit dengan gradasi warna jingga dan ungu. Riani memeluk Baim erat-erat, tangisnya pecah. Baim membalas pelukan itu, merasakan kehangatan yang selama ini ia rindukan. Di tengah rintik hujan yang masih turun, mereka saling berbagi cerita, mengungkapkan rasa yang selama ini terpendam. Mereka duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah, hanya berdua, dikelilingi keheningan yang hanya diiringi suara jangkrik.
-
Riani: (menangis) "Aku takut kamu tidak menyukaiku, Baim. Aku selalu merasa kamu membenciku."
Baim: (memeluk Riani) "Bodoh sekali aku. Aku terlalu takut untuk mengungkapkan perasaanku. Aku menyukaimu sejak kelas tujuh, Riani."
Riani: "Aku juga menyukaimu, Baim. Aku selalu memperhatikanmu, meskipun aku pura-pura tidak peduli."
Baim: "Sekarang, aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian lagi."