“Bisakah kita merangkai aksara di bawah nabastala yang sama, menabung renjana di atas bentala yang berbeda?”
-Aksa untuk Aurora-
Di salah satu rumah sakit umum terbesar di kota, seorang gadis baru saja keluar melangkahkan kakinya dari rumah sakit itu. Bibirnya tertarik ke atas ketika melihat kekasihnya yang sudah bertengger di atas motor miliknya.
Dia, Aksa. Aksa Chakrawala. Pemuda bertubuh atletis dengan senyuman manis miliknya. Pemuda tampan milik seorang Nayanika yang selalu berusaha membuat Gadis itu selalu tersenyum. Ia menghampiri Aksa dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya.
“Aksa!”
Pemuda itu tersenyum sambil merentangkan tangannya membuat gadis itu masuk ke dalam dekapan hangatnya. “Udah selesai?”
Gadis yang di panggil Nayanika itu mengangguk sambil tersenyum. Nayanika Aurora, gadis penyuka senja dan mawar tapi benci pada hujan. Gadis cantik pemilik mata indah yang membuat Aksa tidak tahan untuk tidak selalu menatapnya. Nayanika divonis mempunyai penyakit jantung bawaan dari kecil. Hal itu mengharuskan gadis cantik itu kontrol ke rumah sakit setiap bulan.
“Kenapa gak bilang kalau mau kemari?”
Aksa tersenyum sambil mengusap kepala gadisnya, “Kejutan sayang.”
Tepukan kecil aksa dapatkan di dadanya. Nayanika, gadis itu merengut kesal mendengarnya. Namun sedetik kemudian sebuah senyuman terbit di wajahnya. Bagaimana tidak? Didepannya Aksa Tengah memegang sebuah buket mawar kesukaan Naya.
“Kamu selalu bisa buat aku senyum.”
“Karena Aksa tau tentang Auroranya,” Balas Aksa menjawil gemas hidung Nayanika. “Ayo naik, kamu gak boleh terlalu lama berdiri.” Titah Aksa selanjutnya,
“Nayanika Aksa! Bukan Aurora.” Nayanika Kesal mendengar Kasa memanggilnya dengan nama belakangnya.
“Naik Au, jangan ngomel mulu!” Titah Aksa tanpa menghiraukan tatapan kesal gadisnya.
Nayanika menurut. Gadis itu segera naik ke motor milik Aksa. Tangan yang satu memegang buket bunga, yang satunya lagi memeluk pinggang Aksa.
Motor Aksa pun melaju menyusuri jalanan ibukota yang sedikit ramai. Semilir angin menyapu wajah Nayanika membuat gadis itu tersenyum tipis.
“AKSAAA! AYO KE PANTAI! AKU MAU LIAT SENJA!”
Aksa mengangguk membuat Nayanika tersenyum lebar. Inilah yang paling disukai Nayanika. Aksa tidak suka senja, tapi demi dirinya Aksa berusaha menyukainya.
Belum sampai di tempat tujuan, awan hitam mulai menutupi jumantara seakan siap menumpahkan hujannya.
Di balik helmnya Aksa tersenyum tipis. Berbeda dengan Nayanika yang mulai panik takut kehujanan.
“Aksa..ayo minggir..bentar lagi hujan!”
Menuruti gadisnya, Aksa menepikan motornya di salah satu Halte yang bersebrangan dengan sebuah taman. Tepat saat mereka sampai, hujan mulai turun membasahi bumi.
“Ayo main hujan!” Ajak Aksa yang di tolak keras Nayanika.
“Aku gak suka hujan Aksa! Aku benci sama hujan!"
Aksa tersenyum, “Hujan gak seburuk yang kamu pikirin Au… Dia baik. Dia membawa ketenangan.”
“Nggak Aksa, Aku benci hujan. Dia buat kamu sakit!” Aksa terkekeh kecil. Ucapan Nayanika memang benar adanya. Setiap kali Aksa bermain hujan, pemuda itu akan demam sepanjang malam.
Tidak peduli dengan penolakan Nayanika, Aksa pergi meninggalkan gadis itu menuju taman di sebrangnya. Pemuda itu tampak berputar-putar sambil mendongakkan wajahnya ke atas menikmati rintihan hujan yang jatuh menimpa wajahnya.
Sementara di tempatnya, Nayanika menggeleng kecil. Beginilah Aksanya, Pemuda penyuka hujan tapi benci dengan senja. Namun Nayanika selalu menanyakan Mengapa aksa mau membawanya melihat senja, padahal ia benci? Maka aksa akan menjawab, Karena Auroraku menyukainya.
Cukup lama Aksa bermain dengan hujan, bahkan sampai hujan mulai mereda. Pemuda itu berjalan menghampiri Nayanika dengan tubuh basah kuyupnya.
“Gak mau peluk aku Au? Aku kedinginan,”
Nayanika mendelik sinis, “Kamu nakal! Siapa suruh mandi hujan?! Kan jadi basah! Kalau kaya gini kita gak bakal jadi liat senja Aksa!”
Aksa tersenyum mendengarnya. Netranya tak berhenti menatap wajah Nayanika yang terlihat merah karena marah.
“Ayo liat senjamu itu Au.” Aksa menaiki motornya membuat Nayanika menatapnya dalam. Gadis itu menggeleng kecil membuat Aksa memaksanya.
“Kamu basah kuyup Aksa! Kamu bisa sakit! Ayo pulang!”
Aksa mengangguk kecil, Barulah Nayanika mau menuruti pemuda itu. Ia menaiki motor Aksa sambil menjaga tubuhnya agar tidak mengenai pakaian Aksa yang basah.
___________
“Aksa senjanya indah, Aku suka.”
“Lebih indah kamu Au,” Balas Aksa membuat Nayanika menoleh menatapnya.
Aksa tak sedetik pun melepaskan pandangannya dari wajah Aurora. “Kayanya aku mulai suka sama senja Au.”
Nayanika tersenyum tak menghiraukan itu. Iat ahu Aksa mengucapkan itu hanya untuk membuatnya tersenyum, “Seharusnya kita gak perlu kemari Aksa. Liat wajah kamu jadi pucat gini.”
“Apapun untuk Auroranya aksa.”
Nayanika menghela napas pelan. Dirinya merasa sangat beruntung memiliki seorang Aksa, “Kamu boleh pulang duluan Aksa, aku bisa pulang sendiri nanti.”
“Aku gak bakal pulang duluan, kalau gak sama kamu Au.” Aksa mengukir senyum di wajahnya yang tampak pucat.
Nayanika memeluk Aksa erat yang dibalas pelukan erat oleh gadis itu. “Tunggu aku ya Sa, Tunggu Auroranya kamu sembuh.”
“Aku selalu nunggu kamu Au, kapanpun itu."
Sekali lagi Nayanika memeluk Aksa seerat mungkin, “Aku mau hidup Sa, Aku mau hidup agar selalu sama kamu.”
“Jangan pernah nyerah Au, Kamu pasti bisa!”
“Terima kasih..terima kasih udah mencintai gadis gak sempurna kaya aku.”
“Kamu sempurna di mata Aku Au. Auroranya Aksa selalu sempurna.”
__________
“Mama serius?!” Nayanika menatap berbinar sang mama, Kirana Bestari.
“Iya sayang, udah ada pendonor untuk kamu,” Balas Kirana yang langsung mendapat pelukan dari sang putri.
“Siapa pendonornya ma?”
Kirana mennggeleng, “Mama gak tau sayang, tapi yang pasti dia orang yang sangat baik!”
Nayanika mengangguk kecil. Gadis itu kembali tersenyum lebar. Sebentar lagi, sebentar lagi ia akan hidup bebas tanpa harus takut kelehan atau meminum obat. Sebentar lagi.
“Kamu bisa operasi dua hari lagi sayang. Sekarang kamu istirahat ya..”
Nayanika mengangguk, kemudian pergi meninggalkan Kirana yang menatapnya rumit.
“Mama harap kamu selalu Bahagia Sayang..”
__________
“Tunggu aku pulang ya sa!”
Aksa mengangguk sambil tersenyum, “Pasti Au.”
“Aksa aku minta sesuatu boleh?”
“Apa heem?” Tanya Aksa sambil merapikan rambut gadisnya yang sedikit berantakan.
Kini keduanya sedang berada di bandara. Hari ini Aksa akan mengantar Auroranya pergi berjuang untuk hidupnya.
“Boleh aku minta sesuatu sama kamu?” Tanya Nayanika Ragu.
Aksa mengangguk kemudian tersenyum, “Boleh sayang.”
“Aku mau kamu jadi orang pertama yang aku peluk disaat aku bangun sa!”
Aksa tersenyum, “Oke, aku bakal jadi orang pertama yang bakal kamu peluk.”
“janji?”
“Janji!”
“Ada lagi hemm?” tanya Aksa melihat wajah Nayanika.
“Aku mau saat aku bangun, Kamar Aku dihiasi sama bunga mawar merah sa!” Pintanya lagi.
“Tentu, Di saat kamu bangun nanti. Kamar kamu akan dipenuhi mawar merah kesukaan kamu,” Balas Aksa.
“Sekarang boleh Aku minta satu hal sama kamu?” Tanya Aksa menatap dalam Auroranya.
“Boleh.”
“Jangan menyerah apapun yang terjadi Au. Kamu harus tetap hidup!”
__________
5 hari kemudian….
Operasi donor jantung yang dilaksanakan Nayanika dinyatakan berhasil. Kini Nayanika sudah berada di ruang rawat miliknya. Gadis itu dinyatakan koma selama 3 hari. Dan saat ini, untuk pertama kalinya Nayanika kembali membuka matanya setelah berjuang dalam hidupnya.
Kelopak indah itu terbuka sempurna.
Netranya menatap sekeliling ruangan bewarna putih tapi ada sedikit campuran warna merah. Nayanika mengedipkan matanya berulang kali berusaha menyesuaikan Cahaya lampu yang menusuk.
Senyum tipis terbit di wajahnya melihat ruangannya di penuhi bunga mawar merah. Tapi sedetik kemudian Nayanika mengerut bingung menatap Kirana yang tersenyum sambil menangis menatapnya.
“Kenapa nangis ma? Naya udah sembuh ma!”
Kirana mengangguk sambil mendekat dan memeluk putri sematawayangnya itu, “Mama nangis karena Bahagia sayang!”
Nayanika melepas pelukannya lalu melirik ke arah pintu. “Kamu dimana Aksa? Aku bakal benci kamu kalau kamu gak peluk Aku sekarang! Aku udah sembu Aksa!”
Kirana yang melihat itu hanya diam tak bersuara. “Nay, mama—”
“Aksa mana ma? Dia gak datang? Bukannya dia janji bakal datang? Kenap—”
“Ini dari Aksa buat kamu. Tapi mama mohon, Kontrol emosi kamu. Kamu harus tenang! Mama keluar dulu oke?”
Nayanika mengambil sebuah buket mawar dan sepucuk surat di atasnya. Dengan ragu Gadis itu membuka suratnya. Matanya bergulir membaca setiap kosa kata disana.
Deg..setetes Air mata mulai turun membasahi pipinya.
“Ka-kamu pembohong Aksa!”
__________
“Kenapa harus kamu sa? Kamu bilang kamu gak bakal pergi duluan? Tapi kenapa sekarang kamu yang duluan pergi ninggalin aku?!”
“Kenapa Cuma bunganya yang bisa aku peluk Sa?! Kamunya dimana?!”
“Harusnya waktu itu kamu gak janji sama aku! Kamu nyuruh aku berjuang, tapi kenapa kamu nyerah duluan demi aku?!Kalau aku tahu itu hujan terakhir buat kamu, Aku bakal ikut kamu main sama dia sa!”
“Lebih baik Aku terus penyakitan dari pada hidup dengan jantung kamu Aksa!”
Nayanika menatap tumpukan tanah di depannya dengan pandangan kosong. Tidak ada lagi senyuman indah yang selalu ia tunjukkan. Kini Aksanya telah pergi, pergi duluan meninggalkan jantungnya pada Nayanika.
“Kenapa harus kamu sa?” Lagi-lagi air mata membasahi pipi Nayanika.
“Ayo balik sa! Ayo balik!”
“Aku gak bakal minta kamu buat temenin aku liat senja lagi!”
“Balik sa..Aku bakal temenin kamu main hujan! Aku bakal peluk kamu, kalau kamu kedinginan! AYOO BALIK AKSAAA! AURORANYA KAMU MAU KAMU BALIK!”
Nayanika terisak deras di samping makam Aksa. Bahkan matanya sudah membengkak sangking seringnya menangisi Aksa-nya.
“Ayo balik sa, Aku kangen! Auroranya kamu kangen sa!”
__________
“Untukmu Auroraku, gadis cantik penyuka hujan.
Kamu udah peluk bunganya Au? Kalau kamu udah peluk bunganya, berarti aku udah gak ada Au. Anggap aja kamu meluk aku saat kamu meluk bunganya. Maaf karena aku bohong sama kamu Au. Tapi aku seneng, kamu hidup bersama jantung aku di dalamnya. Jaga titipan aku baik-baik ya Au..Aku gak pernah nyesal sama semuanya..
Nayanika Aurora, Aku Aksa Chakrawala pamit setelah menyelesaikan tugasku..
-END-
-Jangan salahkan aku jika atma ini menuntut sebuah asa akan kehadiranmu kembali seperti diriku yang selalu menanti hadirnya sandikala nan adiwarna-
_____
“Aksa Chakrawala, Auroramu merindukamu”