Pada awal COVID-19 aku duduk si bangku kelas enam SD. Waktu itu sekolah masih berjalan dengan normal. Namun setelah beberapa hari Aku mendapatkan kabar bahwa kegiatan sekolah ditutup selama dua minggu dan dilarang adanya aktifitas diluar rumah. Aku pun awalnya merasa senang karena bisa berada di rumah. Dirumah keseharian ku hanya bermain, belajar, bercengkrama bersama keluarga untuk mengisi hari libur. Setelah dua minggu berakhir Aku mendapatkan kabar bahwa hari libur diperpanjang dan Hari-hari Aku jalani dengan belajar di rumah karena akan menghadapi ujian kelulusan walaupun sedikit bermalas-malasan.
Hingga tiba saatnya waktu kelulusan Aku dan teman-temanku menjalani acara tersebut dengan sangat mematuhi protokol kesehatan pada saat itu. Aku mendapatkan nilai yang sangat jelek waktu itu tetapi pada waktu itu pendaftaran sekolah memakai usia bukan memakai nilai sehingga Aku bisa ke Terima di SMP yang bisa dibilang bagus. Di SMP Aku belajar di rumah pada saat kelas satu SMP dan kelas dua sudah mulai belajar di sekolah. Saat di SMP, Aku hanya memiliki satu teman yaitu teman yang satu bangku denganku.
Masa-masa SMP itu menurutku adalah masa-masa yang paling sulit dan Aku tidak ingin meningat-ingatnya kembali karena itu terlalu menyakitkan. Walaupun begitu Aku masih punya keluarga yang selalu mendukungki. Di satu sisi Aku juga merasa sangat down dan itu membuat nilaiku menjadi turun se anjlok-anjloknya.
Hingga waktu kelas tiga Aku mulai berusaha belajar lebih giat lagi, walaupun hasilnya nilaiku masih dibilang jelek, dan Aku hampir putus ada waktu itu. Di waktu itu Aku sering kali menangis sendirian didalam kamar tanpa seorangpun yang tau masalahku. Namun, sedikit demi sedikit aku berusaha menceritakan semua masalahku kepada Ibuku. Ibuku adalah orang yang selalu menemani dan mendengar semua keluh kesahku. Namun, suatu hari Aku tiba-tiba merasa sedih karena ibuku di kabarkan terkena COVID-19 dan waktu itu aku selalu mendoakan ibuku agar segera sembuh sembuh.
Setelah dua minggu berlalu ibuku pun mulai sembuh. Waktu pun terus berjalan ingga waktu ujian pun tiba, aku waktu itu mendapatkan hasil yang sangat tidak memuaskan. Aku di marahi oleh orang tuaku karena nilaiku yang jelek. Saat waktu kelulusan tiba Aku merasa senang karena bisa bebas dari lingkungan yang tidak aku sukai ini.
Setelah hari itu Aku minta keluarga ku untuk pergi liburan bersama dan ayahku mengiyakan karena beliau tau kalau Aku sedang banyak pikiran. Aku pergi liburan ke berbagai tempat wisata alam yang sangat menyenangkan dan penuh ketenangan. Saat itu Aku sangat merasa senang sekali. Hari-hari pun berlalu hingga dimana waktuku untuk mencari sekolah ke jenjang berikutnya. Aku sebenarnya sedikit berdebat dengan orang tua karena Aku ingin ke sekolah seni hari sedangkan orang tuaku memintaku untuk ke SMA saja. Aku pun akhirnya menerimanya saja karena Aku tau itu pasti pilihan terbaik buat Aku. Aku sempat was-was karena nilaiku yang cukup pas-pasan jadi hanya bisa berdoa agar bisa diterima di sekolah pilihan orang tuaku sebab sekolah itu cukup bagus dan memiliki banyak segudang prestasi. Nilaiku pun berada tepat nomor 5 dari ahir dan itu sempet membuat Aku dan ibuku deg-degkan hingga terus memantau bergerakn namaku. Pada akhirnya Aku di Terima di SMA pilihan orang tua ku itu. Dan Hari-hari pun Aku jalani dengan penuh kegembiraan.