Dinda Pusvita Sari, anak pertama dari Bapak Nizar dan Ibu Yuningsih...
Dinda harus menerima kenyataan pahit dari umur Delapan bulan, Papah dan mamah nya harus berpisah karna sang Papah memiliki wanita lain. Semua usaha toko baju jam tangan diambil kembali dari Mamah oleh sang Papah
Semenjak kejadian itu Dinda di berikan pada Ayah sang Mamah, karna Mamahnya tak ingin melihat Dinda karna dia selalu menjadi bayang-bayang mantan suaminya
Ayah sang ibu pun menerima Cucu pertama dan cucu satu-satunya karna Dinda sangat di sayang oleh sang Kakek hari terus berganti Dinda semakin Dewasa dan Kakeknya selalu mengutamakan Dinda Apa pun yang Dinda inginkan pasti diutamakan
"Pak.. Dinda besok Lulus SD bapak cepat sembuh, kalau ngga bapak yang nemenin Dinda siapa Pak? Mamah sama Papah pasti ngga bisa apa lagi mereka udah punya kehidupan baru" ucap lirih Dinda. Dinda bersedih melihat sang kakek sedang terbaring di rumah sakit
"Neng ditemenin Emak Mimi aja ya... Maafin bapak yang ngga bisa nemanin neng sama dewasa, bapak harap Neng bisa meneruskan kebun karet kita? Dan jangan pernah menangis ikhlaskan bapak ya neng" ucap Kakek Dinda
"Hiks... Bapak jangan ngomong gitu? Bapak pasti sembuh Dinda sama siapa kalau bapak ninggalin Dinda Pak" ucap Dinda sambil menangis
Bukan niat hati ingin meninggalkan sang cucu tapi Pak Uci sudah ikhlas dengan Penyakit nya apa lagi luka di kaki nya makin besar beliau tak mau sang cucu semakin lama mengurus dia selama dua tahun Dinda selalu mengurus sang kakek
Tanpa rasa lelah walau ada suster pribadi untuk sang kakek Dinda selalu merawat juga membersihkan luka kakek Uci, itulah yang membuat kakek Uci terpukul Anak-anaknya Sudah dewasa dan istrinya sudah tak pernah pulang karna memilik hubungan dengan cinta pertama nya di kota bandung dan kakek Uci pun tak pernah memaksa agar sang istri kembali pada nya
Selama ini kakek Uci tinggal dengan Dinda dan beberapa pembantu dirumahnya. Beliau lebih mengurus Dinda dan perkebunan karet dari pada mengurus Istri dan anak-anaknya
Tapi saat kakek Uci sekarat istri dan anak-anaknya datang mereka datang Bukan untuk melihat kondisi kakek Uci tapi mereka meributkan Harta miris itu lah yang Dinda rasakan Kakeknya sedang di ambang hidup dan mati tapi
Nenek Bibi dan Paman nya malah meributkan harta kakeknya sedangkan sang Mamah tak datang, itu lah yang membuat Dinda menangis di pelukan sang kakek
"Dinda ikut bapak ya.. Ngga ada yang sayang sama Dinda pak hiks..." ucap lirih Dinda
"Ngga, Neng masih muda dan masih panjang kehidupan berharga yang harus Neng jalankan... Setelah bapak pergi neng keluar dari rumah itu dan pergi lah dengan emak Mimi juga mang Harun, tinggal lah di depan Kebun karet disana sudah ada rumah yang bapak siapkan dan masuk lah kekamar bapak buka lemarinya bapak sudah siapkan juga untuk biaya Pendidikan Neng dan kebun akan di urus Harun selama neng sekolah kejarlah cita-cita jangan lihat kebelakang lagi" ucap lirih kakek Uci
Dan Setelah mengatakan itu beliau menutup mata sebelum menutup mata beliau menghapus air mata sang cucu dia tersenyum pada Dinda
"Hiks... Hiks.. Bapak bangun Dinda ingin ikut bapap
BERSAMBUNG
Kalau suka like dan komen dan kalau ingin lanjutkan jangan lupa dukung 😉