Disudut kota paling terdalam ada beberapa bagian perkampungan,dusun atau desa entahlah apa namanya.
Dimana ada perbukitan disitu pasti ada lembah,lembah selalu identik dengan perkampungan sementara bukit biasanya dijadikan ladang atau perkebunan.
Namun ada yang berbeda dengan lembah yang satu ini,lembah disini memiliki aura mistik yang kental.
Banyak dari penduduknya menganut ilmu sesat,hanya beberapa warga yang masih menganut kepercayaan kepada sang khaliq.
Terlihat dua orang laki-laki sedang berdzikir dipendoponya,laki-laki tua itu selalu dipanggil Simbah Buyut karena memang usianya yang sudah sepuh.
Laki-laki yang satunya berusia sekitar 30an dan sering dipanggil Kang Mitro.
"Lembah ini masih dilindungi sama sang Khaliq karena masih ada warga yang rajin memgaji dan beristigfar."kata Simbah Buyut.
"Iya Mbah,yang jadi masalah adalah bagaimana cara mereka tetap bertahan dibawah tekanan orang jahat."jawab Mitro.
"Satu-satunya yo cuma pasrah maring Gusti Allah Le."kata Simbah.
Kang Mitro hanya mengangguk-anggukkan kepala meski sebenarnya perasaannya juga takut,takut diintimidasi warga yang sudah menganut aliran sesat.
Ingin rasanya pergi dari tempat ini dan memulai kehidupan baru ditempat lain.
Bagi Kang Mitro lembah ini sekarang sudah sangat gelap,warga yang tinggal disana sudah tidak berani keluar malam,setelah sholat Isya diLanggar mereka langsung pulang kerumah masing-masing.
Kang Mitro mengajak anak laki-lakinya yang berusia sepuluh tahun kerumah Simbah Buyut karena mau mengantar jagung rebus yang tadi siang dipanen diladangnya.
"Cepat keburu malam Pras."kata Kang Mitro.
"Bentar to Pak'e aku ambil jaket."jawab Prastio.
"Pak ngati-ati yo jangan lupa bawa obor karena lampu senternya mati."kata Istri Mitro.
"Iyo,Bu'e.Aku sama Pras pergi dulu yo."kata Mitro.
Istri Mitro buru-buru menutup pintu setelah ditinggal suami dan anaknya,didalam rumah Istri Mitro hanya bisa berdzikir dan memohon kepada Gusti Allah agar malam ini tidak kejadian apa-apa,suami dan anaknya kembali kerumah dengan selamat.
Saat dijalan Mitro terus menggandeng tangan anaknya dengan kencang,takut anaknya tersesat karena memang jalanan yang gelap.
"Pras tetap Bapak pegang tanganmu yo Le."kata Mitro.
"Iyo Pak'e,sebenarnya aku takut karena jalanan gelap."jawab Pras.
"Makanya jangan lepasin gandeng tangan Bapak terus."kata Mitro.
Dari jauh sudah terlihat lentera yang terpasang disudut rumah Simbah.
Namun entah mengapa rasanya perjalanan begitu jauh dan mutar-mutar.
"Duh Gusti lindungi kami dari makhluk-makhluk jahat."doa Mitro.
Akhirnya setelah merasa berjalan jauh dan berputar-putar,Mitro dan Pras sampai dirumah Simbah.
"Assalamualaikum,Simbah ini saya Mitro."kata Mitro.
"Waalaikumussalam."jawab Simbah.
Simbah membuka pintu dan menyuruh kedua tamunya masuk.
"Ada apa to Le kok malam begini?"tanya Simbah.
"Ibune Pras merebus jagung buat Simbah."jawab Mitro.
"Oalah besok lagi juga bisa kok malam-malam begini keluar rumah."kata Simbah.
"Ndak papa Mbah,mumpung masih anget."kata Mitro.
"Yo wis terimakasih."jawab Simbah.
Simbah menerima bungkusan yang berisi jagung rebus hasil panennya diladang.
Mitro pamit pulang karena istrinya sendiri dirumah.
"Mbah saya pamit pulang ya."kata Mitro.
"Tunggu Le biar Simbah antar sampai rumah."kata Simbah.
Simbah Buyut memejamkan matanya dan menghentakkan tongkat yang selalu menemaninya selama tiga kali.
Terlihat tidak jauh rumahnya sangat bercahaya dan terang.
"Ini apa Simbah?"tanya Mitro.
Simbah tidak menjawab hanya manggut-manggut menyuruh Mitro segera pulang dan mengunci pintu.
"Cepat masuk kerumahmu dan jangan lupa tetap berdzikir selama dalam perjalannya karena dijalan bisa jadi ada godaan."kata Simbah.
"Iya Mbah."jawab Mitro.
Mitro dan Pras berjalan menuju rumahnya yang bercahaya,benar kata Simbah jika kita terlena kita akan mudah tergoda.
Diketuk pintu rumahnya dan dilihat istrinya masih memakai mukena.
"Assalamualaikum Sri,ini suami sama anakmu."kata Mitro.
"Waalaikumussalam,ya Allah.Kang kamu sepertinya tersesat malam ini."jawab Sri penuh haru.