Di sebuah kota kecil, terdapat sebuah asrama tua yang sudah berdiri sejak zaman kolonial. Asrama itu menjadi tempat tinggal para siswa yang berasal dari luar kota. Bangunannya besar, berdinding bata merah yang mulai berlumut, dan atapnya sering bocor saat hujan. Konon, asrama itu menyimpan kisah-kisah menyeramkan yang sering membuat bulu kuduk berdiri.
Malam itu, sekelompok siswa penghuni asrama sedang berkumpul di kamar salah satu teman mereka. Mereka berbicara tentang legenda yang beredar di kalangan penghuni asrama: cerita tentang seorang penjaga malam yang tewas tertimpa balok kayu di aula utama bertahun-tahun lalu. Banyak yang mengatakan bahwa arwahnya masih gentayangan, terutama di lorong lantai dua.
Salah satu siswa, Fikri, dengan berani menantang cerita itu. "Ah, itu cuma omong kosong. Hantu itu nggak ada," katanya sambil tertawa. Namun teman-temannya menantangnya untuk membuktikan keberanian dengan berjalan di lorong lantai dua seorang diri saat tengah malam.
Pukul 12 tepat, Fikri mengambil senter dan mulai melangkah di lorong itu. Udara terasa dingin, dan setiap langkahnya memantul di dinding yang sunyi. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya cerita kosong.
Namun, saat ia sampai di ujung lorong, tiba-tiba senter di tangannya mati. Lorong itu kini gelap gulita. Suasana makin mencekam. Tiba-tiba, Fikri mendengar suara langkah kaki di belakangnya. "Siapa itu?" tanyanya, namun tak ada jawaban.
Ia berbalik, dan dalam remang-remang cahaya bulan yang masuk lewat jendela, ia melihat bayangan seorang pria berdiri di ujung lorong, menatapnya dengan tajam. Pria itu mengenakan pakaian penjaga malam yang lusuh, dengan wajah penuh luka dan tatapan kosong.
Fikri panik. Ia berlari sekencang mungkin, namun bayangan itu seolah semakin mendekat. Nafasnya memburu, kakinya terasa berat, hingga akhirnya ia terjatuh tepat di depan pintu kamarnya. Teman-temannya yang mendengar teriakannya segera membuka pintu dan membantunya masuk.
Dengan wajah pucat, Fikri menceritakan apa yang ia alami. Sejak malam itu, ia tidak pernah lagi berani berbicara sembarangan tentang kisah di asrama tersebut. Bahkan, ia memilih untuk pindah dari asrama dan tinggal di rumah kos sederhana.
Hingga kini, lorong lantai dua asrama itu tetap sunyi. Banyak penghuni yang mengaku mendengar suara langkah kaki atau melihat bayangan samar di ujung lorong. Legenda penjaga malam itu masih hidup, menjadi pengingat bagi siapa saja yang mencoba meremehkan kisah-kisah seram di tempat itu.