Saat Tika duduk santai sambil membaca buku novel yang baru saja ia pinjam dari Tias diteras rumahnya, ia sedikit terusik dengan suara berisik yang datang dari depan rumahnya.
Karena penasaran ia pun menutup buku yang baru saja ia baca beberapa lembar lalu matanya mengamati beberapa orang yang sibuk menurunkan barang dari sebuah mobil truk.
"Ada yang pindahan rupanya" gumam Tika sambil terus memperhatikan seorang pria yang sedang membersihkan sepada motornya dari debu.
"Lumayan juga tuh cowo, tapi diliat dari tampangnya sepertinya dia sombong" ucap Tika entah pada siapa.
"Ya ampun Tik, mama cari kamu dari tadi ternyata kamu disini" ucap mama Rosa yang entah sejak kapan berdiri didepan pintu.
"Iya mah, dari tadi Tika disini kok lagi baca, ternyata ada yang pindahan ya Mah" jawab Tika
"Iya, coba deh kamu perhatiin cowo itu, kira-kira kamu kenal gak? ucap mama Rosa membuat Tika bingung.
"Mama ini aneh banget, ya mana mungkin Tika kenal mah dia aja baru pindah" jawab Tika dengan nada sedikit kesal.
"He..he kan mama cuma nanya aja Tik, kok kamu kaya sewot gitu sih nak" ucap Mama Rosa dengan wajah sedih.
"Maaf Mah,Tika cuma heran aja kok mama bisa ngomong gitu, Kan mama tau sendiri anak mama ini jarang keluar apalagi ngobrol sama cowok" tutur Tika panjang lebar.
"Iya mama tau kok, udah sore Tik, mandi sana nanti keburu ayah pulang"
tanpa membalas ucapan mamanya Tika pun langsung masuk kedalam rumah dan bersiap untuk mandi.
Setelah sholat magrib berjamaah Tika dan keluarganya pun makan malam bersama.
Beberapa hari berlalu sejak rumah depan berpenghuni, Tika merasa penasaran karena ia tidak pernah lagi melihat pria yang beberapa hari lalu ia lihat.
"Kamu lagi apa sih Tik kok dari tadi liatin rumah depan terus?" tanya mama Rosa
"Tika cuma penasaran aja kok mah sama orang depan kok gak pernah kelihatan ya"jawab Tika jujur.
"Oh itu, kalo kamu penasaran mending kesana aja buat kenalan" saaran sang mama.
"Dih gak lah, masa iya aku duluan mah, ada juga dia dong yang keliling memperkenalkan diri kan dia yang baru pindah" jawab Tika
Mama Rosa hanya menggelengkan kepala mendengar jawaban putrinya.
"Daripada kamu penasaran mending kesana aja sambil anterin ini sebagai tanda perkenalan" ucap mama Rosa sambil menyerahkan satu loyang kue bolu tape yang ia buat tadi siang.
"Gak ah mah, malu" tolak Tika
"Gak apa-apa, udah sana" ucap mama Rosa sambil mendorong Tika.
Dengan terpaksa Tikapun menuruti kemauan mamanya.
"assalamualaikum" ucap Tika memberi salam, tak lama kemudian ia mendengar suara jawaban dari dalam.
"Waalaikumsalam, mari masuk nak" ucap seorang wanita paruh baya sambil membuka pintu pagar.
"Maaf tante kenalkan saya Tika, tadi mama nyusurh saya buat kasih ini ke tante" ucap Tika sambil memberikan kue yang ia bawa.
"Wahhh sepertinya enak ini, ayo masuk dulu Tika" wanita itu pun menarik tangan Tika untuk diajak duduk diteras depan rumahnya.
"Itu rumah saya tante"ucap Tika sambil menunjuk kearah rumahnya.
"Ohh kamu anaknya Rosa ya" ucap wanita yang akhirnya ia tau bernama Dian.
"Iya tante Dian mama saya namanya Rosa" jawab Tika polos.
"Ya ampun Tika coba kamu liat wajah tante masa kamu lupa sih" ucap tante Dian membuat Tika semakin penasaran siapa sebenarnya tante Dian ini.
Beberapa saat Tika terdiam sambil memandang wajah tante Dian sekelebat ingatannya kembali pada saat ia tinggal disebuah kampung di pelosok kota Bandung.
"Assalamualaikum mah" sapa seorang pemuda membuyarkan ingatan Tika, sepontan ia pun langsung melihat kearah asal suara.
"Wah kebetulan banget kamu udah pulang, kenalin ini tetangga depan rumah kita namanya Tika" ucap tante Dian memperkenalkan aku pada putranya.
"Tika ini anak tante namanya Fian, kamu inget gak?" tanya Tante Dian membuat Tika semakin bingung.
Tika terpaksa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya bertanda ia tidak ingat.
"Ya ampun Tik, kita dulu satu kampung,kamu itu sama Fian kecilnya bareng, main, sekolah selalu bersama masa udah lupa sih" ucap tante Dian membuatku terkejut begitu juga dengan Fian.
Tanpa aba-aba pria itu langsung menarik tangan Tika sambil membolak-baliknya seperti mencari sesuatu.
Tante Dian yang bingung langsung menepis tangan Fian " Fian kamu apa-apaan sih,gak sopan tau main pegang anak gadis orang sembarangan" tegur Tante Dian
"Maaf, kalau memang kamu temen Kecil aku coba aku liat mana tahi lalat yang ada ditangan kamu" ucap Fian masih tidak percaya.
Perlahan Tikapun mengulurkan tangan kanannya lalu memperlihatkan tahi lalat yang berada percis Deket lekukan sikunya.
"Oh iya ini bener kamu,wahh ternyata sekarang udah besar ya" ucap Fian sambil tersenyum lebar.
Tika pun langsung ingat dengan teman masa kecilnya yang bernama hampir sama dengan pria didepannya saat ini.
"Kalo memang kamu Fian temen aku waktu kecil coba liat tompel dikaki kamu, soalnya temen aku dulu ada tompelnya" ucap Tika polos.
"Ishh gak usah bawa tompel, itu kan rahasia kita Tik" jawab pria itu sambil mengangkat sedikit celana panjang yang ia kenakan dan memperlihatkan tanda lahir yang terdapat di kakinya itu.
Tante Dian hanya tersenyum melihat tingkah keduanya.
Akhirnya malam itu mereka berbincang-bincang hingga larut malam.
Hari terus berlalu hingga tanpa terasa satu tahun sudah Fian kembali menjadi tetangga Tika.
Dulu setiap kali bertemu Fian hati Tika selalu merasa bahagia, entah mungkin itu yang dinamakan cinta monyet atau bukan yang jelas hati-hati yang Tika lalui bersama Fian selalu bahagia, selalu ada cerita hingga suatu hari karena tugas orang tua Fian sudah selesai merekapun pindah.
Kini mereka sudah bersama kembali dengan keadaan yang berbeda, ternyata Fian sudah mempunyai kekasih dan mereka akan segera bertunangan.
Awalnya Tika berharap hubungan Fian dan kekasihnya segera putus namun ia sadar jika cinta Fian pada kekasihnya begitu dalam.
"Aku yakin aku bisa ngelupain dia" batin Tika saat melihat kedekatan Fian dan kekasihnya melalui jendela kamarmya yang berhadapan langsung dengan rumah Fian.
Setelah berpikir matang Tikapun memutuskan untuk menjauh dari Fian,ia selalu berusaha menghindar saat bertemu Fian.
Fian pun yang tadinya begitu dekat dengan Tika merasa begitu heran dengan tingkah Tika beberapa bulan belakangan ini.
Karena penasaran dengan perubahan Tika, Fian pun memaksa Tika untuk keluar bersamanya, ia bermaksud ingin memastikan apa alasannya Tika menghindarinya.
"Tik keluar yuk, temenin aku beli sesuatu" ajak Fian
"Sorry Ian, aku lagi males keluar" tolak Tika
"Ayo dong sebentar aja, ada yang mau aku omongin juga sama kamu" ucap Fian dengan memasang wajah memelas
"Ya udah tapi sebentar aja ya" jawab Tika dengan terpaksa.
Akhirnya mereka pun saat ini duduk disebuah taman yang lumayan sepi.
Entah kenapa tiba-tiba saja jantung Tika berdegup kencang saat Fian menggandeng tangannya.
"Duduk disini aja ya Tik" ucap Fian sambil membersihkan tempat duduk dekat tangannya.
"Iya, tadi katanya mau ngomong, ya udah ngomong aja"ucap Tika tidak sabaran.
Sejenak Fian terdiam, ia menatap dalam wajah sahabatnya
"Kenapa beberapa bulan belakangan ini kamu menjauh dari aku Tik, apa aku punya salah sama kamu?" akhirnya pertanyaan itu pun keluar dari mulut Fian
Tika diam beberapa saat, ia bingung haruskan ia berkata jujur.
Tika pun menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.
"Maaf Fian, aku gak bermaksud menjauh dari kamu, apa aku boleh berkata jujur?" tanya Tika dengan wajah sedih.
"Heii ada apa, justru aku mau kamu bicara jujur Fika, seandainya aku punya salah biar aku perbaiki" jawab Fian sambil menangkup wajah Tika yang kini mulai berkaca-kaca.
"Jangan menangis Tika, kamu tau kan kalau aku gak bisa lihat kamu menangis" kini Fian mendekap Tika erat.
"Bicaralah dengan jujur Tika ada apa?" ucap Fian.
"Sebenernya sejak kecil aku sudah suka sama kamu Fian, aku tidak pernah melupakanmu, hingga akhirnya kita bertemu kembali aku begitu bahagia, namun saat aku tau kalau kamu sudah punya kekasih dan akan segera bertunangan hati aku begitu sakit Fian, aku mencoba berdamai dengan hatiku sendiri, tapi itu sulit, aku mencoba menjauh dengan harapan bisa melupakan rasa sayanku padamu" ucap Tika jujur walaupun terasa sakit dihatinya.
Fian hanya diam mendengarkan apa yang Tika ucapakan, sebenarnya jauh dilubuk hatinya ia pun mempunyai perasaan yang sama namun saat ia kehilangan Tika beberapa tahun lalu ia berusaha melupakan gadis itu hingga akhirnya ia berkenalan dengan Nirmala gadis yang kini menjadi kekasihnya.
"Maafkan aku Tika, walaupun kita tidak bisa bersama sebagai pasangan apa kamu bisa menerima aku sebagai abangmu?" ucap Fian ragu.
"Aku tidak tau, mungkin suatu saat nanti bisa namun untuk saat ini aku tidak bisa, rasanya begitu sakit Fian" ucap Tika dengan air mata yang mulai mengalir dipipinya.
Setelah hening beberapa saat akhirnya Tika meminta Fian untuk mengantarkannya pulang.
"Mah, Tika boleh gak tinggal dirumah nenek sementara" ucap Tika
Mama Rosa menatap sebentar putrinya, ia tau apa yang dirasakan Tika, waktu itu ketika membersihkan kamar Tika secara tidak sengaja ia menemukan buku harian Tika, karena penasaran ia pun membacanya.
"Boleh, mau berapa lama kamu disana Tik" jawab mama Rosa dengan perasaan berat.
"Gak tau mah, mungkin sampai perasaan Tika kembali baik" jawab Tika sambil memasukkan beberapa potong pakaian kedalam kopernya.
Rencananya besok sore ia akan berangkat ke Bandung untuk tinggal disana,Ia pun meminta pada mama Rosa agar tidak memberitahukan kepada Fian ataupun tante Dian soal kepergiannya.
Siang itu sebelum pergi Tika menulis surat untuk Fian dan meminta pada mama Rosa untuk menyampaikannya pada saat ia telah pergi nanti.
Sorepun tiba akhirnya Tikapun pergi, dengan diantar mama Rosa hingga terminal.
Entah kenapa tiba-tiba saja perasaan mama Rosa menjadi cemas saat melihat bus yang membawa Tika perlahan menjauh.
Dengan perasaan lemas ia pun kembali kerumah, ditatapnya teras yang kini sepi perlahan air matanya mengalir "kasian sekali kamu nak, baru merasakan jatuh cinta namun harus merasakan sakitnya patah hati juga" ucap mama Rosa sambil menatap foto Tika yang tergantung didinding ruang tamu.
Berapa jam berlalu perasaan cemas semakin menjadi-jadi saat nomor telepon Tika tidak dapat dihubungi.
Ia pun langsung menyetel televisi dan kebetulan sekali ia melihat sebuah berita ada sebuah bus yang mengalami kecelakaan di tol sore ini.
Seketika itu juga mama Rosa langsung menangis histeris.
Tante Dian yang kebetulan sedang berada diluar langsung nerobos masuk begitu mendengar suara jeritan sahabatnya.
"Ada apa Ros?" tanya Tante Dian sambil memapah sahabatnya untuk duduk dikursi.
Mama Rosapun menceritakan jika bus yang membawa Tika menuju Bandung mengalami kecelakaan.
Dengan diantar oleh Fian akhirnya merekapun segera menuju rumah sakit yang di infokan oleh PO bus yang bersangkutan.
Sepanjang perjalanan Fian merasa bersalah, ia yakin Tika pergi kerena tidak sanggup menyaksikan pertunangannya yang akan dilangsungkan Minggu ini.
Mama Rosa langsung jatuh pingsan ketika tau jika Tika adalah salah satu korban meninggal dunia saat kecelakaan terjadi.
Keesokan harinya setelah pemakaman mama Rosa memberikan surat yang dititipkan Tika untuk Fian.
"Toek Fian
Haii cinta pertamaku
Selamat ya akhirnya kamu menemukan rumah ternyamanmu walaupun itu bukan aku
Terimakasih buat hati-hati indah yang sudah tercipta, aku bahagia telah mengenal dan jatuh cinta padamu.
Aku tau mencintai itu tidak harus memiliki, untuk itu aku pamit
Semoga kamu selalu bahagia
Yang mencintaimu dengan tulus
Tika 💔"
Fian terduduk lemas sambil meremas surat terakhir dari Fika.
Andai waktu bisa diputar kembali ia ingin menyampaikan pada Fika jika ia pun mencintai Fika sejak dulu.
Kini ia merasa begitu menyesal, kini cinta pertamanya telah pergi untuk selamanya yang hanya menyisakan kenangan yang tidak mungkin terlupakan.