“Bugh!” Seseorang menampar pipi seorang gadis berambut panjang sedikit bergelombang, dengan bibir semerah mawar. Darah menetes dari sudut bibir gadis itu.
"APA YANG BARU SAJA KAMU LAKUKAN PADA ADIKMU?" bentak seorang pria sambil menggendong anak berusia lima tahun yang lututnya terluka, wajahnya marah.
"M-maaf, Ayah... saya tidak tahu," jawab gadis itu dengan suara terbata-bata. Namanya Athena Rosella. Di tangannya tergenggam sebuah bunga mawar merah, warisan dari ibunya, yang ia lindungi dari adiknya. Sang adik memiliki kebiasaan merusak barang, dan Athena takut mawar kesayangannya akan menjadi korban.
Ayahnya menatapnya dengan tatapan penuh amarah sebelum pergi keluar rumah bersama adiknya, meninggalkan Athena sendirian di kamar. Gadis itu merasa hatinya hancur, tak hanya oleh tamparan tadi, tapi oleh rasa bersalah dan sedih yang dalam. Mawar merah di tangannya kini terasa lebih rapuh dari sebelumnya. Ia memeluk bunga itu dengan penuh kehati-hatian, air matanya mulai jatuh menetes ke kelopak mawar.
“Kenapa, Ibu... kenapa Ayah tak mengerti?” isaknya pelan.
Air mata Athena terus mengalir, membasahi kelopak mawar merah itu. Tiba-tiba, cahaya lembut berwarna merah muda memancar dari bunga tersebut. Athena tertegun, matanya melebar saat melihat sesuatu yang ajaib terjadi. Kelopak-kelopak mawar itu bergerak perlahan, mengeluarkan sosok kecil bercahaya. Di hadapannya kini berdiri peri mungil dengan sayap berkilauan dan rambut sehalus benang emas.
“Namaku Peri Mawar,” ujar sosok kecil itu dengan suara lembut, tersenyum pada Athena. “Aku lahir dari air matamu yang jatuh di atas mawar ini.”
Athena masih terpana. Ia bahkan lupa pada rasa sakit di pipinya. “Kau... kau peri?”
Peri itu mengangguk sambil mendekat, mengusap pipi Athena dengan lembut. “Aku di sini untuk menemanimu, Athena. Jangan bersedih. Setiap luka yang kamu rasakan, aku akan berusaha mengobatinya. Mawar ini adalah simbol cinta ibumu, dan kini aku di sini untuk melindungimu.”
Athena merasa hangat, seolah rasa sakit dan kesedihannya perlahan menghilang. Bersama Peri Mawar, Athena merasa tidak lagi sendirian. Setiap kali ia merasa terluka atau kesepian, Peri Mawar selalu muncul untuk menemaninya, mendengar semua keluh kesahnya, dan memberinya nasihat bijak.
Hari demi hari berlalu, Athena semakin kuat. Ia belajar memaafkan, baik pada dirinya sendiri maupun pada orang-orang di sekitarnya. Meski cobaan tak berhenti datang, ia merasa selalu memiliki kekuatan baru. Bersama Peri Mawar, Athena belajar tentang kasih sayang dan keberanian. Mawar merah yang dulu menjadi sumber pertengkaran, kini menjadi simbol persahabatan yang abadi antara dirinya dan Peri Mawar, mengajarinya bahwa dari air mata, tumbuhlah kekuatan yang indah.