"Have fun ya Girls, sorry gua gak bisa ikutan senang-senang sama kalian," tulis Sandy di grup chat WhatsApp. Ia menatap layar ponselnya sejenak, lalu menekan tombol kirim. Sesaat setelah itu, ia meletakkan ponselnya di meja.
Sambil terduduk di sofa, Sandy menghela napas panjang, matanya menatap kosong pada langit-langit atap rumahnya. Saat ini ia merasa sunyi. Setiap kali ia membuka pesan di grup chat atau melihat status Instagram milik teman-temannya, Sandy merasa kalau dunia yang ada sekarang, seolah sedang menjauhinya.
Para teman-temannya selalu asyik memposting acara akhir pekan bersama keluarga mereka, foto-foto mereka di Instagram selalu terlihat bahagia penuh canda dan tawa. Sandy ingin sekali seperti mereka, ia ingin kembali merasakan keceriaan yang seperti itu. Akan tetapi, kebahagiaan yang pernah ia rasakan dulu, kini sudah hilang sepenuhnya.
Banyak hal yang berubah sejak dua setengah tahun terakhir. Suaminya, Rendy, dulunya penuh semangat, kebaikan, dan cinta. Namun kini berubah jadi sosok suami yang sangat berbeda. Rendy yang sekarang, sikapnya dingin, sering marah hanya karena kesalahan kecil, dan bahkan seringkali melontarkan kata-kata yang menyakiti hati Sandy.
Sandy dan Rendy sudah menikah selama 5 tahun, sayangnya selama menikah mereka belum dikaruniai seorang anakpun. Itu juga yang membuat Sandy merasa sedih dan kecil hati pada teman-teman sebayanya. Tapi hal itu bukan disebabkan oleh Sandy, dia bukan wanita mandul. Suaminya yang membuat dia tidak bisa hamil dan memiliki anak.
Masa Pandemi telah mengubah kehidupan pernikahan mereka. Rendy didiagnosa mengalami sakit mental yang cukup serius. Depresi berat, stress berkepanjangan disertai rasa cemas, dan ketidaKmampuan untuk menghadapi tekanan hidup.
Saat mengetahui kenyataan tentang suaminya ini, Sandy merasa seperti ada bongkahan batu besar yang jatuh menimpa tubuhnya. Dunia pun serasa berhenti berputar. Rendy yang selama ini menjadi tiang penyangga, yang selalu menjadi tempatnya dia bersandar, kini justru sedang terpuruk dan hancur.
Namun, Sandy tak mau menyerah pada keadaan. Meskipun hatinya telah hancur karena rasa kecewa. Setiap hari, Sandy tetap berusaha ceria di depan Rendy guna menutupi kesedihan.
Sandy sengaja mengasingkan diri dari keluarga dan teman-temannya. Hal itu ia lakukan agar Rendy tak marah, penyakit mental membuat Rendy selalu berpikiran negatif soal orang-orang sekitarnya.
Hal inilah yang membuat Sandy semakin stress dalam merawat suaminya, namun Sandy istri yang sabar, ia selalu siap mendengarkan ocehan Rendy yang sedang kumat. Awalnya ia jalani ini semua dengan penuh semangat dan harapan, namun lama kelamaan, semuanya malah jadi semakin berat untuk dia jalani.
Suatu pagi, saat jiwa Sandy sedang merasa terhimpit dan tenggelam dalam perasaan yang begitu rumit. Ia keluar dan berjalan pagi disekitaran komplek perumahan.
Angin yang sejuk dan dingin menyapu wajahnya, namun hal itu tak mampu meredakan kegelisahan yang sedang menggerogoti jiwanya. Saat tiba di sebuah taman kecil, ia duduk di kursi taman, lalu pandangannya terarah keatas, ia melihat burung-burung sedang terbang bebas di langit biru, burung-burung itu penuh semangat mengepak sayap, menyelusuri angkasa tanpa beban.
Sandy tersenyum menatap burung-burung yang sedang terbang kesana kemari. Sandy jadi teringat pada sebuah puisi yang pernah ia baca di dalam novel online, novel itu berjudul "Masih Adakah Cinta Untukku?" karangan penulis dengan nama pena Black Pen.
Waktu baca puisi itu, Sandy belum benar-benar menangkap makna dari puisi tersebut, namun hari ini, kata-kata itu terasa begitu dekat, seperti mencerminkan apa yang sedang ia rasakan.
"Kepakan sayapmu terdengar jelas saat kau akan lepas, Jika memang semua harus terlepas, lakukanlah dengan ikhlas dan terimalah dengan hati yang luas."
Puisi itu terasa begitu relevan dengan keadaan Sandy yang sekarang. Saat ini Sandy sedang berada di titik di mana ia harus melepaskan sesuatu, entah itu harapannya, impian, atau bahkan rasa sakit yang sedang ia hadapi sendirian. Tetapi apa yang harus ia lepaskan? Rendy?
Kini Sandy tahu, agar bisa terus bertahan, ia harus bisa menerima kenyataan hidupnya yang sekarang dengan perasaan ikhlas. Ia tahu pasti kalau dirinya takkan bisa mengubah keadaan buruk. Namun ia paham, kalau dirinya tetap bisa memilih untuk menerima dan menjalani kehidupan sekarang dengan hati yang lebih luas, meskipun terasa begitu berat.
Rendy masih membutuhkan waktu dan ruang untuk sembuh, Sandy tahu bahwa ia harus siap dengan resiko apapun yang akan ia hadapi dimasa yang akan datang.
Dengan tekad yang baru, Sandy mulai mengubah cara pandangnya lagi. Ia memutuskan untuk tidak lagi membiarkan kesedihannya membelenggu hari-hari nya yang sepi.
Setiap pagi, saat Sandy baru bangun tidur, Sandy berdoa dalam hati, ia mengucap syukur kepada sang pencipta. Ia mulai berupaya mencintai dirinya lagi, Sandy menciptakan ruang untuk menghibur dirinya, ia menonton video lucu dan membaca cerita yang ia sukai.
Sandy tidak lagi memandang hidupnya penuh kemalang. Ia belajar untuk memberikan ruang bagi dirinya untuk bernapas, memberi kesempatan pada dirinya agar bisa tetap berkembang meskipun dunia sekitarnya tampak gelap.
Sandy tahu, dalam proses ini, ia harus melepaskan harapan-harapan yang tidak pasti dan tidak realistis.
Penyakit mental membuat Rendy tidak dapat mengontrol emosi dan ucapannya, Sandy juga tahu ia tidak bisa mengontrol suaminya, ia tidak bisa mengubah apapun yang sudah terjadi di hidupnya sekarang. Sandy memutuskan akan lebih fokus pada apa yang bisa ia lakukan sekarang daripada memikirkan apa yang tidak bisa ia lakukan.
Tidak ada obat bagi penderita penyakit mental, namun itu bisa dibantu dengan obat dokter dan mengikut terapi secara giat. Meskipun masih ada hari-hari yang harus Sandy lalui dengan buruk, namun ia tidak lagi mau terjebak dalam kegelapan.
Suatu malam, setelah sesi terapi yang panjang, Rendy duduk di meja makan bersama Sandy. Tiba-tiba ia menggenggam tangan istrinya lalu berkata, "Maaf ya, gara-gara keadaanku, kamu jadi menderita begini." ucap Rendy lirih.
Kata-kata singkat namun itu cukup membuat hati Sandy terenyuh, "Kita berdua sama-sama berjuang. Kita pasti bisa melewati ini semua bersama-sama." ucap Sandy, berupaya tetap tersenyum, meski hatinya sedang menangis.
Hidup memang tidak selalu sesuai dengan keinginan dan harapan kita. Namun dari keadaan terpuruk ini, Sandy belajar untuk menerima kenyataan pahit di hidupnya, Sandy belajar melepaskan beban yang tidak diperlukan, Sandy belajar menjalani kehidupan yang sulit ini dengan hati yang lapang.
Kepakan sayapnya yang dulu terasa begitu berat, kini mulai terasa ringan. Sandy tahu, bahwa terkadang untuk bisa terbang lebih tinggi, ia harus melepaskan segala yang mengikat, termasuk rasa takut, rasa sakit, dan harapan-harapan yang tidak lagi realistis untuk bisa digapai.
Dengan hati yang lapang dan penuh ikhlas, Sandy siap untuk melangkah lebih maju, meskipun langkah itu tidaklah selalu mudah.
Sekian Terimakasih, cerpen yang mengandung bawang ini. 🤧🙏
Terimakasih sudah membaca cerpen ini, cerita cerpen ini saya dedikasikan pada GC Cheatsheet Literasi.
Tiba-tiba Onel minta member buat cerpen motivasi, awalnya saya bingung mau buat cerita kayak apa, tapi setelah merenung saya berterima kasih sama teman Author saya dengan nama pena Black_Pen. kemarin malam dia kasih saya puisi sederhana namun penuh makna. Saya rasa puisinya sangat cocok dijadikan motivasi hidup.
Gimana menurut kalian, apakah cerpen ini bisa memotivasi kalian?