Lewat hidung, kuambil nafas dalam. Lalu ku keluarkan perlahan melalui mulut. Ada yang mengganggu pikiranku, tanpa aku tahu apa itu. Aku hanya merasa resah tanpa sebab. Apa yang sebenarnya membuatku resah kali ini.
Yang aku ingat adalah, aku bangun pagi dan membuka mata. Yang aku lihat pertama kali adalah notif NT yang ada diponselku. Aku mendengus kesal. Dulu, setiap kali aku bangun pagi, ada ratusan notif like muncul. Tapi sekarang, jangankan ratusan. Separuh nya saja bahkan tak sampai. Dan semakin hari semakin menurun.
Aku masih mencoba berpikir positif. Mungkin saja ada golongan silent readers di karyaku ini. Aku pun menunggu hingga jam tujuh pagi, dimana di jam itu semua akan terlihat jelas.
Semoga benar dugaanku. Silen readers, pembaca yang hanya membaca tanpa meninggalkan jejak. Terlihat like sedikit, tetapi jumlah pembaca tetap banyak.
Dengan hati berdebar, ku klik tulisan statistik. Hatiku patah, yang kuharap tak terjadi. Memang benar, pembaca telah mulai meninggalkan ku. Hatiku sedih. Aku kecewa. Susah payah merangkai kata demi kata hingga terkumpul ribuan, tetapi hasilnya sama sekali tak memuaskan. Aku seperti merasa melakukan sesuatu yang sia-sia.
Ku tutup kembali ponselku seiring hembusan lelah yang terasa berat. Kuingat masa yang telah lewat. Bukankah sebelumnya aku tak pernah peduli tentang hal seperti ini? Sebelumnya ada lima like masuk saja hatiku sudah berbunga-bunga. Ada satu pembaca komen saja sudah girang bukan kepalang.
Lalu sejak kapan aku aku mulai sering sensi seperti ini. Aku mencoba menoleh ke belakang. Mungkin karena aku pernah dapat reward, dan kemudian sekarang tidak lagi. Mungkin juga karena sekarang aku paham apa itu retensi, dan itu membuatku jadi baperan.
Ada boom like baper, ada lompat katak baper, ada yg numpuk bab baper. Ada yg kemarin like, dan sekarang gak balik lagi lebih baper. Dan ternyata itu menjadi penyakit untuk diriku sendiri.
Aku menjadi terjangkit penyakit malas. Aku mulai berpikir, apa gunanya capek capek menulis, jika tak dihargai. Tanpa aku sadari, kalau sebenarnya penyakit malasku ini adalah musuh terbesarku. Aku malas menulis, lalu berakibat aku tidak bisa up. Sedangkan hal paling keusial dari seorang penulis adalah menulis.
Lalu kuingat juga, kapan pembacaku mulai kabur. Itu adalah saat tiga hari berturut-turut aku tidak up. Sehari up, lalu esoknya tidak up lagi. Ya Tuhan, jika seperti itu, bagaimana pembaca mau bertahan.
Tidak, aku tidak boleh seperti ini. Aku tanya lagi pada hatiku, apa tujuan awal aku menjadi seorang penulis. Selain hobi, juga karena aku ingin mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Kalo tidak ada tulisan yang aku setorkan, apa yang bisa aku hasilkan?
Aku mengangguk memberi semangat pada diriku sendiri. Ayo mulai dari awal. Semangat, bangkit, jangan dulu pikirkan retensi. Menulus saja dulu. Rutinkan up, supaya pembaca tidak kabur. Menulis dengan hati, meski di dalamnya terselip ambisi. Tetap yakin, dimana ada usaha, disitu akan ada hasil.
Aku tersenyum, akhirnya aku menemukan kembali semangatku yang kemarin luntur.