Di sebuah desa yang tenang, hiduplah seorang nenek bernama Mbok Ade dan cucunya, Hasby. Hasby sudah diasuh oleh Mbok Ade sejak bayi, setelah kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Bagi Hasby, neneknya adalah segalanya – sosok ibu, ayah, sekaligus sahabat terbaiknya.
Setiap pagi, Mbok Ade selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan mengantar Hasby ke sekolah. Meskipun hidup mereka sederhana, Mbok Ade selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk cucunya. Ia mengajarkan Hasby banyak hal – mulai dari memasak, merawat tanaman, hingga nilai-nilai kesederhanaan dan kerja keras.
Hasby tumbuh menjadi anak yang ceria dan cerdas berkat kasih sayang Mbok Ade. Setiap pulang sekolah, Hasby selalu berlari menuju rumah, karena ia tahu bahwa neneknya pasti menunggunya dengan senyum hangat dan makanan kesukaannya. Di malam hari, sebelum tidur, Hasby sering mendengarkan cerita-cerita neneknya tentang masa mudanya, tentang orang tua Hasby, dan tentang harapan-harapan Mbok Ade agar Hasby bisa menjadi orang yang sukses dan berbakti.
Namun, waktu terus berjalan, dan Mbok Ade semakin menua. Beberapa tahun terakhir, kesehatannya mulai menurun, dan ia sering jatuh sakit. Meski begitu, ia selalu berusaha tersenyum dan tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya di hadapan Hasby. Ia tahu bahwa Hasby sangat mencintainya, dan ia tidak ingin membuat cucunya khawatir.
Ketika Hasby memasuki sekolah menengah, kondisi Mbok Ade semakin memburuk. Hasby, yang sudah mulai dewasa, akhirnya sadar bahwa neneknya menderita penyakit yang cukup serius. Ia sering menemani neneknya ke rumah sakit dan merawatnya dengan penuh perhatian. Mbok Ade merasa sangat bangga melihat cucunya tumbuh menjadi sosok yang pengertian dan penuh kasih sayang.
Suatu malam, ketika Hasby sedang duduk di samping tempat tidur Mbok Ade, neneknya menggenggam tangannya dan berkata dengan suara lemah, “Nak, nenek mungkin tak bisa selalu bersamamu. Tapi ingatlah, nenek selalu ada dalam hatimu. Jadilah orang yang baik, dan berbahagialah. Itu sudah cukup membuat nenek bangga.”
Kata-kata itu membuat Hasby menahan tangis, tetapi ia tahu bahwa ia harus kuat. Tak lama setelah itu, Mbok Ade menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang. Hasby menangis di samping tubuh neneknya, merasa kehilangan yang sangat mendalam. Kehidupannya berubah seketika, karena ia kehilangan satu-satunya keluarga yang ia miliki, orang yang paling mencintainya tanpa syarat.
Setelah kepergian neneknya, Hasby merasa hampa dan kesepian. Namun, ia ingat janji neneknya dan pesan yang selalu ia dengar: untuk menjadi orang baik dan berbahagia. Ia pun bertekad untuk mewujudkan harapan neneknya, melanjutkan pendidikan, dan menjalani hidup dengan penuh semangat.
Bertahun-tahun kemudian, Hasby berhasil menjadi seseorang yang sukses, tetapi ia tidak pernah melupakan neneknya. Di rumah kecil peninggalan Mbok Ade, Hasby sering duduk di teras, memandangi kebun yang dulu selalu dirawat oleh neneknya. Ia merasa, meski neneknya sudah tiada, kasih sayangnya masih ada, menemani langkah hidupnya.
Bagi Hasby, Mbok Ade akan selalu hidup di dalam hatinya. Dan setiap kali ia meraih kesuksesan, ia selalu berbisik dalam hati, “Terima kasih, Nek. Semua ini untukmu.”