"Kamu beneran udah menyudahi perasaanmu ke dia kan sebelum kamu memilih menikahiku?" Tanyaku dengan nada yang sedikit meninggi.
Jujur saja aku begitu terkejut mendengar cerita tentang kau yang menyukai seseorang namun belum sempat kau unggapkan.
Sebenarnya hatiku begitu pilu, karena alasanku menerima pernikahan kontrak ini karena aku menyukaimu. Harusnya aku bersikap biasa saja karena dasar dari hubungan pernikahan kita ini adalah kontrak.
Kau hanya terdiam dan menatap lekat kedua bola mataku. Seperti ada yang ingin kau katakan, namun kata-kata itu tertahan diujung lidahmu.
Aku hanya bisa menyembunyikan rasa sakit dihatiku dengan senyum samar yang berusaha ku perlihatkan padamu, "Tapi jika kamu memilih tetap mencintainya itu keputusanmu, namun aku harap kamu tetap memperlakukanku dengan baik. Melaksanakan tugas dan tanggungjawabmu sebagai suami. Karena pernikahan kita didasari atas dasar kontrak, aku tak bisa mengatur perkara hatimu. Tapi ku harap kita tetap berteman baik seperti biasa tanpa harus melibatkan rasa."
Meski inginku tiap perasaan yang kau tunjukkan didepan orang lain adalah nyata, tapi aku tidak bisa mengontrol perasaanmu untuk menyukaiku sedangkan hatimu telah dimiliki oleh orang lain selain diriku.
Jika aku bisa memutar waktu, bolehkah aku menolak pernikahan kontrak ini? Aku kira semua akan berjalan baik-baik saja meski hanya aku yang menyukaimu. Tapi nyatanya ini sangat menyakitkan setelah aku tahu bahwa kau memiliki seseorang dihatimu.
Akan lebih baik jika kau tak menyukai siapa-siapa, maka akan mudah bagiku untuk membuatmu jatuh kepadaku. Tapi sekarang aku merasa tak percaya diri karena bahkan sampai sekarang kau masih mencintainya setelah waktu berlalu begitu lama, sangat lama.