Malam itu, hujan turun dengan deras, membuat seluruh kota terasa beku dan lengang. Dina menatap rumah tua yang berdiri angker di ujung jalan. Surat terakhir yang diterimanya membawa langkahnya ke sini. Tak ada alamat pengirim, hanya sebuah kalimat singkat: *“Kebenaran tentang Reza ada di sini.”*
Reza, cinta pertama yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar setahun yang lalu. Semua yang mereka miliki lenyap begitu saja, meninggalkan Dina terjebak dalam kenangan dan pertanyaan yang tak berjawab.
Dina menggigil, bukan hanya karena udara malam yang dingin. Ia menguatkan diri dan mendorong pintu depan yang ternyata tak terkunci. Begitu masuk, aroma lembap dan debu menyeruak. Suara petir menggelegar, menerangi lorong panjang penuh lukisan-lukisan wajah yang menatapnya dengan pandangan kosong. Ia melangkah masuk, merasa seolah rumah ini hidup, bernafas dengan napasnya sendiri.
Di tengah lorong, lampu berkedip-kedip. Suara berderak terdengar dari lantai atas. Dina menelan ludah, menyadari bahwa rumah itu tak benar-benar kosong.
“Dina…” Suara lembut namun menyeramkan memanggil namanya dari arah tangga. Suara itu… suara Reza.
Dina membeku, pandangannya beralih ke bayangan di atas tangga. Di sana, sosok pria dengan wajah yang tak sepenuhnya terlihat berdiri memandangnya. Meski remang, Dina bisa merasakan tatapan itu, dingin dan tak lagi hangat seperti yang pernah ia kenal.
“Reza?” suaranya nyaris berbisik, tak percaya.
Pria itu tersenyum tipis, senyum yang membuat bulu kuduknya meremang. “Kau mencariku, Dina?”
Dina ingin melarikan diri, namun rasa penasaran menahannya. “Kenapa kau pergi begitu saja?” tanyanya dengan suara bergetar.
Reza tertawa pelan. Tawa itu berbeda—jauh dari tawa hangat yang dulu membuatnya jatuh cinta. “Kebenarannya tak sesederhana yang kau bayangkan.”
Dina berusaha mundur, tapi tiba-tiba pria itu berada tepat di hadapannya, mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat. Dingin. Terlalu dingin untuk makhluk hidup.
“Aku tidak pernah pergi, Dina,” bisiknya. “Aku… di sini, selalu bersamamu, bahkan lebih dekat dari yang kau tahu.”
Dalam satu kilatan, Dina menyadari kebenaran mengerikan itu. Reza tak lagi hidup, namun jiwanya tertinggal, terperangkap dalam keputusasaan dan dendam. Semua surat itu, semua pesan yang membawa Dina ke tempat ini, hanyalah permainan dari sisi gelap Reza yang tidak akan pernah membiarkannya pergi.
Dina terjerat dalam cengkeraman Reza, matanya dipenuhi air mata, ketakutan dan kesedihan bercampur menjadi satu. Ia menyadari, malam ini akan menjadi malam terakhirnya. Ia akan menjadi bagian dari rumah ini, dari bayangan-bayangan yang menghantui setiap sudutnya, selamanya.