Pada tahun 2015.
Pada tahun 2015 aku belum punya WhatsApp dan hp canggih. Hanya punya hp batangan yang kipetnya sudah hilang, pada saat itu ada pesan nyasar dari nomer yang tidak dikenal.
Halo??? " Pesan yang seseorang kirimkan.
Aku berdehem siapa nomer yang mengirim pesan. Aku gak kenal, aku mencoba menghubungi balik. Takut dia salah satu keluarga ku dari kota, kebetulan aku orang pelosok desa yang jauh dari mana mana.
Aku berasal dari Jawa Barat. Aku asli orang Sunda, tapi tidak bisa sebutkan daerah lengkapnya.
Ini hanya cerita versi fiksinya.
Ketika aku menghubungi balik seorang itu. Dia membalas, dia pura pura tidak menghubungi ku.
Halo, kamu siapa? " Tanyaku padanya.
Kamu siapa? " Tanya baliknya.
Lah, kamu yang mengirim pesan terhadap ku. Kamu siapa? " Tanyaku lagi.
Aku heran kenapa dia bisa tahu nomer punselku. Kenapa dia bisa nyasar ke no handphone ku, emang sih, nomer handphone ku tertera di Facebook sampe sekarang.
Saya, Abra. Kamu siapa? " Dia bertanya kembali.
Oh, Abra! Dapat nomer handphone ku dari siapa, ya? " Aku masih panasaran dengan dia. Dari mana dia punya nomer handphone ku, aneh sekali tiba tiba menghubungi ku.
Mungkin dari Ale Ale! " Dia menjawab ngasal. Membuat aku tertawa.
Kamu kenapa tertawa? " Dia terlihat aneh saat mendengar ku tertawa.
Kebetulan aku tidak mengirim pesan. Tetapi aku berbicara langsung lewat telpon, tidak lewat pesan.
Gak apa apa! Kamu lucu saja, Abra! Masa ada nomer di Ale Ale. Sekarang tahun 2015 bukan tahun 2008 lagi, Sudah gak ada Ale Ale yang coba lagi.
Oh, iyakah! " jawabnya.
Kamu berdua akhirnya tertawa terbahak bahak.
Aku sampe lupa menjawab pertanyaan kamu! " Ucapku lembut.
Pertanyaan apa? " Tanyanya. Mungkin dia lupa, bahwa tadi dia bertanya namaku.
Kamu tadi nanya nama saya, Abra! " Jawabku singkat.
Oh, iyakah? Aku lupa! " Jawabnya pelan.
Tuh,kan. Abra lupa! Yasudah aku ingatkan saja. " Ucapku padanya.
Abra, pun tertawa terbahak bahak lagi.
Kenapa tertawa lagi? " Aku heran Abra jadi terus tertawa. Apa Abra sudah gila, takut aku jika berkenalan dengan Abra.
Abra! " Teriakku padanya.
Kenapa? " Dia bertanya heran karna mendengar aku berteriak.
Gak apa apa! Oh, kenalkan namaku. Amelia, tapi bisa dipanggil Amel, atau lia. " Ucapnya datar.
Baik, terimakasih sudah mau berkenan dengan saya. Saya tutup dulu telponnya, ya. Abra mau tidur dulu. " Dia pamit untuk tidur siang.
Setelah selama berapa Minggu ini saling memberi kabar, perhatian. Lama kelamaan Abra dan amel saling nyaman, dia tidak memikirkan hal lain, selain dirinya dan Abra saling mencintai.
Pada akhirnya aku dan dia kenalan. Aku berkenalan dengan dia, lama kelamaan kita nyaman. Aku dan Abra berpacaran lewat telpon, tanpa bertemu.
Ketika suatu hari aku dan dia menjalani kisah asmara berapa bulan, aku dan ujian nasional. Kebetulan aku dan Abra beda sekolah dia sekolah di kota C dan aku bersekolah di desa c desanya masih pelosok.
Ketika itu Abra memutuskan aku secara sepihak. Tanpa ada alasan yang tepat, dia beralasan mau fokus untuk ujian nasional.
Tapi ternyata Abra bohong. Ternyata keluarganya tidak setuju dia dekat dengan aku, karna aku dan berbeda.
Kita sama punya Tuhan, hanya cara berdoanya kita berbeda. Aku tahu sebelum Abra dan aku menjalani kisah, tapi waktu itu aku tidak berpikir lebih. Aku pikir itu hanya cinta sesaat, ternyata aku benar benar mencintai Abra.
Tapi akhirnya aku dan Abra sadar juga. Kita lebih mencintai Tuhan, dari pada mencintai kepada manusia.
Selama 3 tahun aku selalu ada disaat Abra sakit hati. Pada akhirnya aku nyerah, aku hanya dibutuhkan disaat Abra kesepian.
Akhirnya aku memilih menikah dengan yang seagamanya denganku. Sekarang aku sudah menikah dan telah hidup bahagia, dan memiliki anak
Ternyata tidak ada peran utama dalam kisah ini.
Selamat menikmati dunia halu!!!!!