---
Bab 1: Awal Pertemuan
Rina adalah gadis periang yang kehilangan ibunya saat kecil. Bersama ayahnya, Herman, dia tumbuh dengan semangat tinggi meski hidup sederhana. Suatu hari, di lingkungan tempat tinggal mereka, datanglah dua anak laki-laki yang akan menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya. Dan kedua anak tersebut yaitu Sunjay dan Jawon
Sunjay, tetangga baru mereka, juga tumbuh tanpa seorang ibu ketika dia berusia 5 thn, dia pendiam dan suka memendam perasaan. Sementara itu, Jawon adalah anak yang ditinggalkan oleh ibunya di depan pintu rumah Herman ketika dia berusia 5 thn. Karena belas kasih, Herman merawatnya seperti anaknya sendiri.
Ketika mereka bertiga bermain bersama di halaman belakang.
"Jawon! Ayo kejar aku kalau bisa!" seru Rina sambil berlari kecil mengitari halaman.
"Rina, kau terlalu cepat!" Jawon mengejar sambil tertawa.
Sunjay, yang duduk di dekat ayunan, hanya mengamati keduanya. Senyum tipis tersungging di bibirnya.
"Kalau kalian terus seperti ini, jangan salahkan aku kalau kalian terjatuh," ucap Sunjay tenang.
"Kak Sunjay, mengapa kau selalu tenang? Ayo ikut main!" Ucap Rina.
Sunjay hanya menggeleng, namun akhirnya berdiri dan berjalan mendekati mereka.
Bab 2: Ikatan yang Terbentuk
Waktu berlalu, ketiganya menjadi makin dekat. Meski bukan keluarga kandung, mereka memperlakukan satu sama lain seperti saudara. Herman dan ayah Sunjay, yaitu Ryan, bekerja keras untuk memastikan anak-anak mereka hidup bahagia meski penuh dengan tantangan.
Di suatu malam, ketiganya duduk di ruang tamu, berbagi cerita tentang sekolah. Rina, yang terkenal ceria, tak pernah kehabisan bahan cerita.
"Kalian tahu tidak, di sekolah hari ini aku berhasil memenangkan lomba menggambar!" kata Rina bangga, sambil memperlihatkan kertas gambar yang dia bawa pulang.
"Wah, hebat! Sepertinya bakat senimu benar-benar luar biasa." Ujar Jawon sambil bertepuk tangan.
"Hati-hati saja, nanti kau disuruh menggambar mural di sekolah," ujar Sunjay sambil tersenyum kecil.
"Biar saja! Aku suka menggambar! Lagi pula, kalian berdua pasti akan mendukungku, kan?" tanya Rina sambil menatap mereka dengan senyum lebar.
"Tentu saja," jawab Sunjay dan Jawon bersamaan.
Namun, di balik kebahagiaan tersebut, ada luka yang tersembunyi. Sunjay dan Jawon sama-sama merindukan Ibu mereka, meski mereka enggan mengungkapkannya secara langsung. Sunjay sering termenung di kamarnya, sementara Jawon tak jarang terbangun di malam hari memikirkan ibunya.
Suatu malam, Sunjay berbicara dengan Rina.
"Rina, apakah kau pernah merindukan ibumu?" tanya Sunjay perlahan.
"Tentu saja. Tetapi aku tahu dia selalu ada di hatiku. Aku punya ayah, kau, dan Jawon. Itu cukup bagiku." Jawab Rina dengan bangga.
Sunjay tersenyum samar, merasa sedikit lega. Meskipun dia sering merasa kesepian, kehadiran Rina dan Jawon membuatnya merasa bahwa dia tidak sepenuhnya sendirian.
Bab 3: Ujian Keluarga
Seiring waktu, ketiganya tumbuh dewasa. Sunjay dan Jawon dihadapkan pada kenyataan pahit ketika ibu mereka kembali. Sunjay harus menghadapi ibunya yang ingin menebus kesalahan masa lalu, sementara Jawon bertemu dengan ibunya yang dahulu meninggalkannya tanpa penjelasan.
Suatu hari, setelah bertemu dengan ibunya, Sunjay pulang dengan perasaan berat. Rina yang peka segera menyadari ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Kak Sunjay, ada apa? Kau kelihatan tidak seperti biasanya," tanya Rina lembut.
Sunjay terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang.
"Aku bertemu ibuku tadi. Dia bilang ingin memperbaiki hubungan kami. Tetapi aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkannya." Ujar Sunjay dengan murung.
Rina menggenggam tangannya, memberikan dukungan tanpa kata-kata.
"Kau tidak perlu terburu-buru, kak Sunjay. Kami ada di sini untukmu, selalu." Ujar Rina dengan tersenyum lebar.
Sementara itu, Jawon juga menghadapi dilema yang sama. Ibunya kembali dan memintanya untuk tinggal bersamanya. Namun, dia merasa terikat dengan keluarga Rina, yang selama ini merawatnya dengan penuh kasih.
"Apa yang harus kulakukan, Ayah?" tanya Jawon pada Herma, ayahnya Rina yang dia anggap sebagai ayah. "Aku tidak tahu apakah aku harus pergi bersamanya atau tetap di sini."
Pak Herman tersenyum dan menepuk bahunya.
"Jawon, keputusan ada di tanganmu. Tetapi ingat, rumah ini akan selalu menjadi tempatmu kembali, apa pun yang terjadi." Ujar pak Herman kepadanya.
Bab 4: Keluarga yang Sesungguhnya
Pada akhirnya, Sunjay dan Jawon memutuskan untuk tetap bersama keluarga yang telah menerima mereka tanpa syarat. Mereka menyadari bahwa keluarga tidak selalu tentang hubungan darah, tetapi tentang siapa yang selalu ada untukmu.
Di malam yang tenang, ketiganya duduk di balkon, menikmati malam bersama.
"Kalian tahu, aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kalian berdua. Kalian adalah saudara-saudara terbaik yang pernah kumiliki." Ujar Rina sambil memeluk mereka berdua.
"Begitu juga dengan kami, Rina," jawab Sunjay, tatapannya tenang namun penuh makna.
"Aku bersyukur menemukan kalian sebagai keluargaku," ucap Jawon sambil tersenyum hangat.
Ketiganya tersenyum, saling memahami tanpa perlu banyak kata. Mereka tahu bahwa ikatan yang mereka miliki lebih kuat daripada apa pun yang bisa memisahkan mereka. Meski jalan hidup tidak selalu mudah, mereka akan selalu memiliki satu sama lain, selamanya.
TAMAT
Terima ksih sudah membaca(◠‿◕)
---