"Apa yang kamu lakukan?!, lepaskan aku. " Ucap pria itu dengan tatapan tajam.
"Tapi kamu tidak memikirkan anakmu di perutku?. " Teriak gadis bernama dinda itu, tangannya memeluk perut buncitnya yang sudah mengandung dua bulan, tatapannya kembali melembut saat tangannya mengelus perutnya.
"Jangan banyak berakting, mas melihat dirimu tertawa dan tersenyum dengan wanita lain." Ucap pria itu, tangannya dengan kasar mendorong dinda sampai terjatuh dari dalam mobil, untungnya mobil sudah terparkir jika tidak, dinda akan terjatuh ke aspal.
"Sekarang pergi!. " Ucap pria itu melemparkan sekantong uang dengan koper milik Dinda.
Dinda dengan enggan berdiri, matanya menatap suaminya dengan perasaan sakit.
"Apakah aku memang ditakdirkan menderita seperti ini?". Tanya dinda di dalam hatinya, hatinya samakin sakit.
"Jika memang dunia ini kejam untukku dan anak di perutku, kenapa tidak cabut saja nyawaku ya Tuhan. " Teriak dinda dengan putih asa, hatinya sangat sakit, langit menjadi gelap, tidak lama hujan turun membasahi gaun lusuh yang dipakai oleh dinda.
"Kenapa dunia selalu kejam untuk diriku yang bahkan tidak memiliki keluarga lagi, ayah ibuku tidak ada, suamiku membuangku, dan hanya tersisa bayi di rahimku yang akupun tidak tau bagaimana mengurusnya dan menghidupinya, tetapi akhirnya dinda berjalan membawa kopernya tidak tau arah bahkan dia tidak tau dimana sekarang dia berada.
Matanya menyapu sekeliling taman kosong itu tubuhnya yang lemah karena kehamilannya duduk diatas kursi taman menangis tersedu-sedu merasakan pahitnya hidup.
"Jika dunia ini kejam, lebih baik aku mati saja." Kata dinda lembut seolah menyalahkan takdir yang sedang dia alami ini tangannya mengambil pecahan kaca yang ada di dekatnya, menutup matanya perlahan tangannya dengan keras menusuk ke lehernya, tetapi sayangnya tangannya ditahan oleh seseorang.
Seseorang pria muncul enntah darimana menahan tangannya.
"Mbak, jangan melakukan hal gila seperti ini, melakukan hal ini hanya membuat anda sengsara, kamu akan merasakan sakit, tidak kah kamu memikirkan anak di perutmu?. " Tanya pria itu, tangannya memukul tangan dinda sampai beling itu terlepas dari tangannya, tangannya penuh darah, dinda menangis keras, sama derasnya seperti hujan yang terus jatuh membasahi tubuhnya, pria itu menutupi tubuh dinda dnegan jaketnya, tangannya dengan lembut membuka payung untuk menutupi tubuh dinda yang basah kuyup terkena hujan.
"Ayo pergi bersamaku, aku akan merawatmu." Ucap pria itu dengan nada lembut, tangannya masih megenggam tangan dinda, dinda mengangguk, dia masuk ke mobil pria itu, pria itu membantu dinda mengeringkan tubuhnya, tangannya dengan lembut mengelus perut besar dinda, dinda kembali menangis dia tidak pernah diperlakukan sebaik ini oleh siapapun kecuali orang tuanya pria itu tersenyum, mengelus wajah dinda dengan lembut dan membawanya kembali ke rumahnya.
Dari kejadian ini kita belajar, hidup memang tidak adil, tetapi pasti suatu saat akan ada orang yang peduli pada kita sekecil apapun itu, karena hidup tidak pernah mulus, manusia pasti pernah menderita saat melalui sesuatu jadi jika belum menderita pasti dia belum jadi orang orang besar yang pernah kita lihat sekarang.
"Jika ingin mendapatkan sesuatu atau memperoleh sesuatu, pasti akan menderita terlebih dahulu itulah hidup, karena itulah kita ada sekarang untuk menerima segala cobaan itu dengan lapang dada".
Mohon maaf jika gaje haha author gabut soalnya (人•͈ᴗ•͈)