Sore hari yang indah, terlihat matahari yang akan tenggelam disusul oleh siluet kapal dari dermaga yang akan datang berlatih. Aku yang selalu berada di depan dermaga menunggu kekasihku yang akan pulang, sudah 9 tahun aku menunggu kepulangannya untuk melamarku. Aku berfikir ssampai kapan ia akan di sana. Yang lebih tepatnya berada di London, Inggris. Sedangkan aku yang masih berada di Belanda menunggu kepulangannya tanpa ada kepastian dari dirinya.
Malam pun tiba, angin yang dingin ditambah dengan suara ombak yang beradu dan lalu lalang orang yang turrun dari kapal. Aku dengan setia teetap berada di sana dan menunggu kepulangannya. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku disaat aku mulai putus asa melihat semua penumpang kapal tersebut sudah mulai keluar semua. Akupun membalikan Badan ku dan melihat siapa yang menepuk pundakku. Ternyata ia adalah kakak laki-laki ku yang bernama Albert.
Aku pun langsung memeluknya dan menumpahkan seluruh air mataku dan seakan membuatnya seakan ia pun membalas pelukanku lalu membelai rambutku seakan berbicara "semua akan baik-baik saja." Kira-kira seperti itulah akupun mengeratkan pelukanku seakan masih tak ingin pergi dari dermaga.
"Ayo pulang Bella, kembalilah esok hari. Ayah dan kakek sedang menunggumu pulang." Ucap kakakku dengan nada lembut dan masih memelukku. Aku dengan pelan mengangguk dan masih terisak dalam tangis yang tak kunjung selesai. Kakakku lalu menarikku masuk ke dalam mobil. Aku menatap kearah dermaga dan melihat kapal yang sedang berlatih menuju samudra.
Aku Arabella gadis yang sudah dewasa tetapi belum menikah dan memiliki keluarga yang tak utuh lagi, ibuku meninggal pasca melahirkanku lalu nenekku juga meninggal saat melahirkan adik ibuku yang sayangnya bayi tersebut juga meninggal beberapa hari setelah lahir di dunia.
Saat sampai di rumah ayah dan kakekku menungguku dengan ekspresi cemas, setelah melihatku merekapun bernafas lega aku berfikir apakah mereka mengira aku akan bunuh diri di dermaga.
"Ya ampun Bella, mengapa kau lama sekali nak?" Tanya ayahku dengan nada khawatir.
"Ayah tadi aku pulang lama karena aku menunggu Lucas, aku selalu mengingat janjinya." Ucapku dengan nada sedih.
"Bella, lupakan saja kekasihmu yang sekarang entah dimana itu. Sudah 9 tahun kamu menunggunya, ia juga tak pernah mengirim kabar ataupun surat untukmu." Ucap ayahku dengan nada sedikit marah. Kemudian aku menunduk.
"Benar apa yang dikatakan oleh ayahku Bella. Lupakan saja Lucas dan carilah laki-laki yang lain, yang mau menerima dirimu." Ucap kakek dengan nada lembut. Akupun terdiam sejenak lalu menatap ayah dan kakekku.
"Ayah, kakek. Aku tidak bisa melakukan itu Lucas sudah berjanji bahwa ia akan melamarku." Ucapku percaya akan janjinya. Ayah dan kakekku yang sudah pasrah dengan diriku dan kegigihanku.
Keesokan harinya
Pagi hari yang cerah dan burung-burung berkicau menyambut paginya hari. Akupun terbangun dari mimpiku, mimpi yang begitu indah namun juga menyedihkan. Hariini adalah hari dimana genap 10 tahun keperggiannya dan genap juga umurku ke 27 tahun. Aku membuka tirai jendela dan melihat kearah luar seepprti ada tukang pos yang sedang menuju rumah untuk mengantarkan secarik kertas.
Akupun bergegas turun kebawah ternyata sudah ada kakak iparku yang mengambil surat tersebut lalu memberikannya padaku dengan senyuman khasnya.
"Sepertinya itu surat dari kekasihmu." Ucap kakak iparku lalu memberikan surat tersebut dan pergi. Akupun membuka surat tersebut dengan antusias.
'Hai, apa kabar Arabella? Kau pasti baik-baik saja. Apakah kau merindukan ku? Kalau aku sudah pasti merindukanmu.'
Itulah bait pertama dalam surat yang membuat ku tersenyum tak karuan.
'Maaf aku baru memberitahumu tentang ini. Mungkin saat kau menerima surat ini aku sudah tiada. Aku memiliki penyakit langka yang sulit di sembuhkan.'
Bait ke2 yang membuat kaki ku lemas dan aku pun jatuh terduduk.
'Aku harap saat kau menerima surat ini kau sudah menikah dan hidup bahagia. Dan aku punya hadiah untukmu. Salam maaf Lucas ♡ Arabella.'
Bait terakhir yang membuat tangisanku pecah dan para se isi rumah datang untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ayahku langsung mengambil surat yang berada di tanganku laku membacanya bersama kakek dan kakakku. Sedangkan kakak iparku memelukku untuk menenangkanku.
Aku membuka bingkisan terlihat ada sebuah kotak yang berisi sebuah kotak musik dan kotak cincin yang di dalamnya ada cincin yang terukir nama ku dan namanya.
1 bulan kemudian
Hamparan daun yang sedang bergugura dengan secangkir teh hangat yang menemani. Aku sudah bisa melupakan kepergian Lucas namun belum sepenuhnya. Aku memutuskan untuk tidak manikah dan mengadopsi anak laki-laki yang ku beri nama Lucas, ku harap ia akan tumbuh besar seperti lucas.
Laki-laki yang memiliki rambut pirang ikal dengan kacamata bulatnya memiliki tinggi hampir 2 meter dengan senyuman khasnya. Ya, itulah Lucas cinta pertama ku dan cinta terakhirku.