Sore ini, dua anak remaja sedang memancing di pinggir pantai dengan asik bercerita diselimuti canda tawa,tak ada kecanggungan sedikitpun seakan mereka sudah bersama sejak kecil tapi itulah kenyataannya
Mereka adalah sepasang manusia yang sudah bersahabat sejak kecil suka duka sudah mereka lalui
Dua persahabatan itu terjalin Dekat tidak terpisahkan hingga mereka duduk di bangku SMA
Sinar matahari di sore hari pun tak mereka hiraukan
"Rik,besok hari kelulusan mu....
"Lalu"
Rik menatap Siska yang juga menatap kearahnya,cerita yang tadinya begitu seru berubah serius
Tatapan mata keduanya seakan menyiratkan perasaan yang tak bisa dijabarkan
"Kita akan berpisah"
Tatapan sedih itu menyiratkan banyak hal mulai ketakutan dan kehilangan
, riki merasakan hal yang sama namun ia bisa menahan nya
"Hmm, jangan sedih...
Ini tidak akan lama"
Kami berpelukan, Riki mengusap punggung ku mengurangi rasa kesedihan yang aku rasakan,melupakan pancingan yang mereka pegang tadi dibawah jauh oleh ikan ketengah laut
"Ayah menyuruhku Kuliah di Kota, aku tidak bisa menolaknya"
"Tidak apa-apa, nanti aku menyusul mu setelah Tamat SMA"
"Aku menunggumu"
Kami bercerita banyak hal mulai kenangan sewaktu kecil hingga sekarang, tanpa sadar air mataku jatuh sedangkan Riki berusaha menenangkan ku perpisahan kami hanya sementara hingga.....
Riki akhirnya menyatakan perasaan nya pada Siska, ia merasa lega sudah mengungkapkan rasa cinta nya pada Siska yang entah kapan tumbu Begitupun Siska ia menyukai Riki dari lama namun karena ia wanita Siska hanya bisa memendam nya
Beberapa menit kemudian......
"Rik Sudah mau Maghrib, lebih baik kita pulang"
"Yaudah ayo"
"Pancingan dimana?" Siska bertanya pada Riki pasalnya pancingan mereka tidak ada di pasir, ia merasa meletakkan didepan nya karena serius dengan pembicaraan nya
Bersama Riki
"Biarkan saja,mungkin dibawah ikan"
Ucap Riki yang tadi melihat pancingan dibawa ikan namun dia tidak peduli
"Ikan nya sudah cukup Lumayan buat kita bakar ini malam" lanjutnya
Kami beranjak dari tempat duduk membereskan peralatan yang kami bawa namun tiba-tiba Aku fokus pada langit yang mulai gelap, ia merasa Aneh dengan bentuk awan itu
Siska menyipitkan matanya seakan meneliti awan yang berbentuk seperti angin berputar namun tidak bergerak
"Rik, liatdeh awan nya" Siska menunjuk keatas, Riki awalnya fokus pada ikan hasil pancingan mereka lalu melihat arah yang ditunjuk siska
Riki juga merasa Aneh dengan bentuk nya
"Mungkin hanya awan biasa"
Riki berusaha berpikir positif karena bentuknya benar-benar aneh, tidak ingin buat siska ketakutan Riki mengajak nya
Pulang
"Ayo kita pulang" Riki menarik tangan Siska pulang setelah semua nya beres
Tidak sampai 10 menit kami sampai dirumah ku dengan jalan kaki, rumah yang tak begitu jauh dari pinggir pantai
Rumah kami tidak berjauhan hanya menyisakan 2 rumah yang membuat rumah kami berjarak
Dari depan rumah ku, aku bisa melihat rumah Riki yang menjulang tinggi dibandingkan rumah lainnya yang hanya beralaskan kayu dan sebagian rumah batu
"Lebih baik kita bakar ikan dirumah mu Rik" tanya Siska
"Aku terserah kamu saja" Riki tersenyum senyum menanggapi nya kami terkesan santai setelah menyatakan perasaan masing-masing
Mereka berpisah, Siska masuk kerumah
"Mahh...Mamaaa ....
Ibu Siska kebetulan ada didapur kaget dengan suara besar anaknya 'kebiasaan'
"Ada apa nak, jangan teriak-teriak" ucap ibu Riska dengan suara lembut, berbeda dengan siska yang kadang lembut terkadang bar2
"Hehehe"
"Ma liat hasil mancing siska sama Riki lumayan banyak" dengan semangat aku berjalan ke arah ibu dan menunjukan hasil ikan yang aku dapat bersama Riki hari ini
Mama siska melihat hasil pancingan anak nya tersenyum lantas berkata
"kamu siapin kayu buat bakar biar mama yang kerjain ikan nya" ucap mama Siska
"Gak usah Ma, aku ingin bakar ikan dirumah Riki aja, kita acara disana," ucapku dengan nada sedih
" Yaudah kamu mandi sana, sudah bau ikan" ucap mama Siska sambil menutup hidung nya ia hanya berniat bercanda untuk mengurangi kesedihan anak nya
"Ihh Siska gak bau loh ma, nihh" ia berusaha mencium kan baju nya pada mamah ,ia kesal karena tidak suka dikatai bau ikan
'Hahah iya iya mama hanya bercanda, sana mandi" ucap mamanya dengan tertawa
"Biar mama kerja ikan nya dlu baru kita kerumah Riki" lanjut mama siska
setelah itu Siska masuk dikamar, aku melamun memikirkan kejadian romantis dipantai saat riki menyatakan perasaan nya tanpa sadar aku tersenyum
Tapi seketika senyum ku hilang mengingat bentuk aneh awan tadi entah mengapa firasat ku tak enak saat melihat awan itu
Aku berjalan ke arah jendela melihat apakah awan nya masih ada
Hari sudah malam dan terlihat langit begitu gelap dengan awan putih yang masih menunjukkan bentuk yang sama dengan awan yang tadi aku lihat
'apa perasaan ku saja!'
Dari pada pusing memikirkan hal tidak jelas
Siska berjalan keluar kamar menuju kamar mandi yang ada dalam rumah kebetulan hanya ada satu kamar mandi
Di desa nya memang masing-masing dari mereka hanya satu kamar mandi itupun dalam rumah Kecuali Riki dan pejabat di desa nya
Orangtua Riki tinggal diperkotaan memiliki rumah sendiri di kota dengan penghasilan ayahnya yang cukup tinggi
Riki sendiri memiliki rumah berlantai 2
Termasuk mewah di desa tersebut, dimana rumah nya dulu beralaskan kayu tapi semenjak ayahnya bekerja dikota rumah itu direnovasi oleh ayahnya
"Ma....Siska sudah selesai"
Ia sudah siap dengan style simple anak remaja ia berjalan keluar
"Bantu mama, kamu bawa ikan nya"
Kami berjalan keluar menuju rumah Riki
"Mba Laras Siska, kalian sudah datang ayo masuk"
Sambut mama Riki
Aku dan mama masuk dengan membawa ikan hasil pancing ditangan ku
"Bibi ini ikan hasil mancing aku sama Riki"ujar ku memberikan ikan nya
"Wahh banyak sekali syg" ucap mama Riki
"Siska kamu bantu Riki dibelakang lagi ngumpulin kayu buat bakar ikan" lanjut mama riki
"Baik bibi" Siska beranjak, setelah Siska pergi ke dua orang tua diatas 40 tahun itu berbincang-bincang
"Mba gimana kalau Siska Lulu SMA kita jodohin aja sama Riki" ucap mama Riki
Ibu Siska yang mendengarnya hanya tertawa, sudah beberapa kali mereka membahas tentang 2 sejoli itu mereka bagaikan lem yang tidak bisa dilepaskan
Tapi sebentar lagi mereka akan terpisah karena Riki keluar kota melanjutkan pendidikan
"Kalau anak-anak setuju aku gak masalah"
Ucap mba Laras tersenyum, mereka selalu semangat membahas ke dua anaknya mereka berbincang hangat sembari menyiapkan keperluan makan malam bersama
Ditempat lain, setelah mereka mengumpulkan kayu bersama, aku melihat Riki menyalakan kayu yang kami kumpulkan
terlihat api membara, Riki mengipas agar kayu nya cepat habis dan jadi bara sedangkan aku hanya menatap tidak tau harus melakukan apa
Beberapa menit,
Aku fokus pada Riki Melihat buliran keringan di dahi nya aku langsung berlari masuk keruang tamu, Riki menatap Aneh Siska yang berlari masuk dengan cepat
" Dari mana?"
Tanya Riki melihat Siska membawa sekotak tisu yang sudah terbuka
"Dari dalam ambil tisu" jawab ku
Tanpa ia duga Siska melap keringat di dahinya, Riki terdiam setelah kejadian sore tadi ternyata membawa perubahan dari sikap siska
Awalnya murni bersahabat tapi sekarang status berbeda, ternyata benar tidak ada persahabatan murni antara pria dan wanita jika bukan salah satunya mencintai maka keduanya
"Nahh sudah" Riki hanya tersenyum lalu ia melihat api sudah berubah jadi bara
"Siska panggil mama didalam, apinya sudah jadi abu"
"MAH......MAMA IKANNYA MANA"
Teriak Siska,
riki yang melihat itu hanya menggeleng kan kepala sudah terbiasa melihat Siska yang terkadang bar2 namun di satu sisi terkadang lembut
Aneh tapi unik itu yang ia sukai dari Siska membuat ia merasa nyaman didekatnya walaupun mereka memiliki banyak teman di desa ini tapi mereka bagaikan lem
Ayahnya dan alm ayah Siska bersahabat hingga membuat mereka semakin dekat
"IYAA TUNGGU....." Teriak Laras dari dalam
Beberapa menit kemudian hidangan sudah tertata di atas meja, mereka sudah duduk masing-masing di tempat duduk "nak Riki, kapan berangkat ke kota" tanya mama Siska
Aku yang mendengar pertanyaan ibuku menjadi sedih "Besok lusa bibi soalnya besok aku pelulusan" jawab Riki" aku menatap nya dengan sedih begitupun sebaliknya
Tidak ada pembahasan, kami makan dengan tenang, aku merasa tidak mood makan setelah mengingat ia dan Riki 2 hari lagi akan berpisah dengan waktu yang lama
"Siska kenapa makan nya sedikit" tanya mama Riki, ia bisa merasakan kesedihan sahabat anak nya itu namun ia tidak bisa berbuat banyak karena keputusan mereka pindah hal mutlak dari suaminya demi kebaikan anak nya juga
"Aku sudah kenyang bibi" Aku berjalan keruang tamu "Ma Riki susul Siska dulu" ucap Riki, mama Riki hanya mengangguk
Diruang tamu, aku berbalik ke jendela melihat gelap nya langit seakan menggambar bagaimana perasaan ku
2 Hari berlalu, aku hanya bisa menatap kepergian Riki dan ibunya ke kota aku berusaha tidak menumpahkan air mata, disini ada ibuku yang berusaha menenangkan ku"nak jangan sedih, kalian pasti akan bertemu lagi" ucap mama Laras
Aku berlari masuk, akhirnya tidak bisa ditahan lagi, aku menumpahkan tangisan yang sejak tadi aku tahan dunia seakan jahat memisahkan mereka begitu banyak kenangan yang mereka lalui
Didalam Mobil Riki sejak tadi hanya diam, mamanya merasakan kesedihan itu tapi tidak bisa berbuat apa-apa hanya kata semangat yang ia keluarkan buat anaknya
Keesokan hari, aku lagi menyapu depan rumah semenjak kepergian Riki ke kota, aku tidak banyak bicara mamaku bisa merasakan kesedihan ku
Aku terdiam memandang bangunan tinggi tanpa penghuni rumah itu memiliki sejuta kenangan, tiba-tiba aku melihat ke arah laut yang terlihat pasang surut
"PERHATIAN PERHATIAN DI HARAPKAN BUAT SELURUH ORANG-ORANG KAMPUNG AGAR MENINGGALKAN KAMPUNG INI SECEPATNYA,SEBENTAR LAGI AIR LAUT AKAN NAIK.........
Aku yang mendengar itu berlari ketakutan dengan tubuh gemetar, aku masuk memanggil ibu yang saat ini membereskan beberapa keperluan penting buat mengungsi
"MAMA TIDAK PERLU BAWA APA-APA, KITA GAK ADA WAKTU AYO LARII........" Laras yang mendengar Ucapan anaknya langsung bergegas keluar dengan beberapa barang penting yang tidak berat , mungkin bisa mereka pakai buat mengungsi
Penghuni desa berlari ketakutan, mereka berhamburan keluar dari rumah, aku hanya bisa berdoa semoga kami semua selamat dari terjangan air laut
Sinyal yang minim di desa membuat mereka kesulitan mengetahui bahwa ada alarm bahaya besar yang akan menimpa tempat tinggal mereka
Ia mengingat beberapa hari lalu saat ia memancing bersama Riki awan itu sudah menjadi pertanda bahaya
"Ayo lariii semuaaa.....kita mengungsi......." Teriakan bersahutan dari orang-orang desa, mereka berusaha mencari tumpangan buat mengungsi ditempat aman jika tidak maka mereka bisa kehilangan nyawa
"Mahh bagaimana ini, mobil sudah penuh semua" tanyaku dengan mata memerah Manahan tangis sambil berlari tanpa lelah, mamaku hanya diam terus berusaha mencari jalan
Setelah berlari jauh aku dan mama mendapat tumpangan tapi....
Ditempat lain, tiba-tiba pintu kamar nya dibuka sang mama "nak di kampung terjadi tsunami besar" ucap Sinta mama Riki dengan wajah cemas
Riki yang mendengar itu terkejut, ia langsung merasa kaki nya lemas, tidak banyak berkata ia langsung berlari keluar rumah tapi tiba-tiba dihalangi sama sang ayah
"Mau kemana Riki" ucap papa Riki
"Pahh, Siska dan mamanya dalam bahaya Riki harus kesana" ia tidak bisa tenang
"Disana lagi Darurat Zona merah bagaimana kamu bisa kesana, HAH!" Ucapan papa Riki membentak "yang ada nyawa kamu ikut melayang" lanjut papa Riki
Riki yang mendengar itu meluruhkan badannya, tidak pernah terbayangkan, baru sampai di kota ia dihadapkan dengan kabar mengejutkan
Ia tidak membayangkan bagaimana Siska dan ibunya berlari ketakutan, Riki hanya bisa terisak dalam diam, orang tuanya menatap dengan sedih Sinta juga meneteskan air mata membayangkan ketakutan gadis kecil yang sudah dia anggap anak sendiri berlari bersama sang mama
'apakah mereka selamat?' ucapan itu terus berputar di kepala mereka
Satu tahun kemudian
"Riki kamu mau kemana?" Tanya mama Sinta,
"Aku mau keluar mah" Sinta merasa anaknya menjadi pendiam semenjak berita tsunami yang menimpa desa mereka
Keadaan berubah drastis tempat masa kecil 2 remaja yang dulunya menghabiskan waktu bersama didesa itu dengan bangunan hancur tanpa tersisa
Satu tahun berlalu Tidak ada kabar dari Siska dan ibunya,
Riki pergi menggunakan mobil nya keliling kota menghilang kan penat dihari libur sembari membayangkan kenangan nya dengan Siska semasa didesa bagaimana kehidupan suka dukanya yang mereka jalani Tanpa terasa air matanya jatuh
Kamu tau Siska bagaimana hari-hari yang kita jalani bersama begitu indah di desa tidak sedikitpun kenangan yang telah kita lalui bisa kulupakan, semasa kecil ketika aku di jahati kamu maju terdepan 'kamu memang bar2 namun disatu sisi begitu lembut' ia tersenyum sembari air matanya mengalir deras
Ditengah kesedihan Riki tidak sengaja melihat seorang wanita di taman, ia terlihat sedih di taman tapi mata nya tidak salah liat itu 'Siska'
Ia mengusap air matanya lalu berlari turun menuju taman itu
"Siska" perempuan itu menegakkan kepala melihat siapa yang memanggilnya ia terkejut mereka terdiam dengan pikiran masing-masing
Aku tidak menyangka di keadaan ku menyedihkan aku melihatmu 'riki', Selama satu tahun tidak bertemu kau masih tetap sama sekarang kamu terlihat lebih dewasa
Riki yang melihat itu Siska ia membawa wanita itu ke pelukan nya, menyalurkan rasa rindu mereka melupakan beberapa orang di taman melihat mereka aneh
Sinar matahari disiang hari menjadi saksi bagaimana mereka melepaskan kerinduan, tangis bahagia keduanya terdengar
Setelah pertemuan mereka keduanya kerumah Sakit, siska memberi tahu Riki kalau ibunya sakit, Riki menelfon ibunya memberitahukan dimana mereka sekarang
Setelah sampai, Riki melihat seorang wanita paruh baya terbaring lemah di ranjang pasien
Riki memegang tangan ibu siska sembari bercerita seakan memberi semangat, ia merasa sedih melihat keadaan bibi nya, mereka begitu dekat sejak kecil
Tidak lama kemudian siska melihat bibi Sinta masuk
Aku menangis menumpahkan kesedihan ku memeluk bibi Sinta setelah itu aku menceritakan bagaimana keadaan ku, ibuku sering sakit-sakitan semenjak desa kami terkena tsunami besar
"Bibi bersyukur kamu selamat dan masih sehat nak"
Tidak sengaja aku melihat tangan ibuku bergerak "ibu" aku menghampiri ibu, Riki memanggil dokter dan setelah ibuku diperiksa kami bersyukur kondisi ibuku lebih baik
Terlihat Riki melunaskan semua administrasi ibuku "Makasih bibi,Rik selalu membantu ku dan ibu, aku bersyukur bertemu kalian" ucap ku bersyukur "sama-sama nak, kita keluarga jangan sungkan"
Aku berniat keluar bersama Riki membeli makan siang, Sinta menemani Laras mereka bercerita santai karena kondisi Laras yang tidak memungkinkan terlalu banyak cerita
Setelah itu Mereka membicarakan hal serius tentang ke dua anaknya tidak lama ayah Riki datang pembicaraan semakin serius
"Apa mba Laras setuju" ucap papa Riki, "aku tidak masalah selama mereka mau, aku ikut senang" jawab mama laras dengan pelan walaupun keadaannya mulai membaik tapi ia khawatir dengan anak gadisnya setidaknya ada yang menjaga Siska jika ia tidak ada, nyawa tidak ada yang tau
Mereka berniat menikahkan anak mereka di rumah sakit
"Bibi ini ada makanan. lohh ada om....." Aku terdiam melihat seorang pria disamping papa Riki, melihat kebingungan anaknya Sinta menceritakan apa yang terjadi
Beberapa menit kemudian Siska dan Riki akhirnya Sah jadi suami istri di usia yang terbilang muda
Didalam kamar rumah sakit itu berubah menjadi tangis haru bahagia sekaligus sedih