Rina menghela napas saat melangkah ke rumah barunya di desa kecil yang dikelilingi hutan. Perpindahan ini adalah awal yang baru, tetapi ada rasa tidak nyaman yang menggelayuti hatinya. Ia berjalan ke loteng dan menemukan sebuah cermin tua, penuh debu dan tampak terlupakan. Ukirannya indah, meski sudah usang, dan saat melihat ke dalamnya, Rina merasa ada yang aneh.
Seiring waktu, Rina mulai merasakan kehadiran yang tidak bisa dijelaskan setiap kali ia menatap cermin itu. Bayangan seorang wanita muncul, samar dan bergetar, seolah ingin menghubunginya. Rasa penasaran menggelitiknya, dan ia pun bertanya kepada penduduk desa tentang cermin itu.
Seorang nenek tua dengan keriput di wajahnya menceritakan kisah tentang Lina, seorang wanita yang hilang puluhan tahun lalu, yang terakhir kali terlihat di dekat cermin tersebut. Rina mendengarkan dengan cermat, hatinya bergetar saat nenek itu menggambarkan betapa Lina sangat mencintai cermin itu, hingga mengabaikan semua yang ada di sekelilingnya.
Hari-hari berlalu, dan Rina semakin terobsesi dengan cermin itu. Suara bisikan halus mengganggu ketenangannya, dan ia mulai mendengar nama Lina. Ketika Rina menceritakan semua ini kepada teman-temannya, mereka hanya tertawa dan menganggapnya imajinasi seorang gadis remaja yang kesepian. Tetapi Rina tahu ada yang tidak beres.
Suatu hari, Rina menemukan diari tua milik Lina di antara barang-barang di loteng. Saat membaca catatan-catatan itu, ia merasakan kedekatan yang tak terjelaskan. Lina menuliskan harapannya, kesedihannya, dan obsesi terhadap cermin yang seolah menjadi satu-satunya tempatnya merasa hidup.
Malam itu, rasa penasaran Rina mencapai puncaknya. Dengan detak jantung yang cepat, ia berdiri di depan cermin dan memanggil sosok di dalamnya. "Lina, apakah kau ada di sana?" tanyanya, suaranya bergetar. Tiba-tiba, sosok wanita itu muncul, wajahnya penuh harapan dan kesedihan.
"Lina, aku butuh bantuanmu," katanya. "Aku terjebak di sini, dan hanya kamu yang bisa membebaskanku." Rina merasa terhanyut dalam permohonan Lina, seolah jiwa mereka terhubung dengan cara yang mendalam.
Rina tahu ia harus melakukan sesuatu. Lina memberitahunya tentang ritual yang bisa membebaskannya, tetapi ada harga yang harus dibayar. Rina merasa ragu, tetapi dorongan untuk membantu sosok yang terjebak itu lebih kuat. Ia ingin membebaskan Lina dan menemukan jawaban atas misteri yang mengelilinginya.
Dengan penuh ketegangan, Rina mempersiapkan ritual di depan cermin. Lilin menyala, dan ia mengikuti instruksi Lina dengan hati-hati. Saat cermin mulai bergetar, Rina merasakan ketakutan dan harapan bersatu dalam dirinya. Namun, saat sosok Lina berusaha mengambil alih, Rina merasa seperti terjebak dalam pertarungan yang lebih besar dari dirinya sendiri.
Dalam momen ketegangan, Rina akhirnya memutuskan untuk memecahkan cermin. Saat pecahan kaca terbang, cahaya terang menyilaukan mengelilinginya. Rina merasakan kelegaan saat melihat Lina terbebas, tetapi saat cahaya mereda, ia terbangun dalam keadaan gelap.
Rina mendapati dirinya terperangkap di dalam cermin, melihat dunia dari sisi yang lain. Di luar, cermin tampak biasa, tetapi suara Rina kini hanyalah gema yang meminta pertolongan, tak terdengar oleh siapa pun. Ia mengerti bahwa ia telah mengambil tempat Lina, dan kisah mereka akan terus berlanjut, terjebak dalam jejak cermin yang takkan pernah pudar.