Di sebuah sudut kota yang ramai, di sebuah kafe sederhana bernama "Bunga Kopi", terdapat seorang pemuda bernama Rian yang selalu datang di waktu senja. Ia duduk di meja pojok yang selalu sama, memesan secangkir kopi hitam, dan membaca buku sambil menikmati langit jingga yang perlahan meredup.
Di seberang meja Rian, duduk seorang gadis bernama Maya. Ia bekerja sebagai pelayan di kafe itu. Setiap hari, Maya selalu memperhatikan Rian dari kejauhan. Ia terpesona dengan ketenangan Rian saat membaca, dengan raut wajahnya yang khusyuk, dan dengan cara Rian menikmati secangkir kopinya dengan perlahan.
Rian tidak pernah menyadari keberadaan Maya. Ia terlalu fokus pada buku yang dibacanya, dan pada pikirannya yang melayang entah ke mana. Ia merasakan sebuah kesendirian yang nyaman, sebuah ketenangan yang hanya ia rasakan saat berada di kafe itu, di antara aroma kopi yang harum dan buku-buku yang penuh makna.
Setiap hari, Maya menyiapkan secangkir kopi untuk Rian. Ia selalu berhati-hati, memastikan kopinya panas dan sempurna. Ia menuliskan nama Rian di atas cangkir dengan tangannya sendiri, dengan sebuah hati kecil yang terukir di sampingnya.
Rian selalu membaca pesan kecil yang ditulis Maya. Ia merasa ada sesuatu yang spesial di setiap cangkir kopinya. Ia penasaran siapa yang menulisnya, namun ia memilih untuk tidak menanyakannya. Ia menikmati kejutan kecil itu setiap hari, seperti sebuah rahasia kecil yang hanya mereka berdua ketahui.
Suatu hari, Rian datang ke kafe dengan wajah yang murung. Ia membuka buku yang dibacanya, tetapi kata-kata di halaman itu terasa kosong dan hampa. Ia merasa sedih dan hampa, seperti kehilangan sesuatu yang penting.
Maya melihat kesedihan Rian. Ia menghampiri meja Rian, dengan hati yang berdesir. Ia menyentuh tangan Rian dengan lembut, dan menawarkan secangkir kopi. "Minumlah, Rian. Semoga bisa sedikit menenangkanmu," katanya dengan suara yang lembut.
Rian terkejut. Ia mendongak, menatap wajah Maya yang penuh simpati. Untuk pertama kalinya, ia melihat mata Maya yang indah, pancaran matanya yang hangat dan penuh kasih sayang.
Rian menatap Maya dengan tatapan yang dalam. Ia mengalami sesuatu yang berbeda, sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasakan sebuah kehangatan yang menyelimuti hatinya, sebuah ketenangan yang sebelumnya hanya ia rasakan saat membaca buku.
Rian minum kopi yang diberikan Maya. Ia merasakan aroma kopi yang harum, rasa kopinya yang pahit namun nikmat, dan kehangatan yang menyelusup ke dalam jiwanya. Ia merasakan keberadaan Maya, keberadaan seseorang yang mengerti dan menyayanginya tanpa perlu banyak kata.
Rian dan Maya terus bertemu di kafe itu. Mereka tidak pernah mengatakan kata-kata cinta, namun setiap pertemuan mereka dipenuhi dengan senyum, pandangan mata yang dalam, dan keheningan yang menceritakan segala sesuatu. Cinta mereka terukir dalam diam, dalam setiap tindakan yang menyatakan perasaan yang tak terucapkan.