“Aku mencintaimu.”
Kyungsoo kira kata-kata itu bukan hanya sekedar bualan. Kyungsoo kira namanya akan terus terpatri di hati pria itu. Dan Kyungsoo juga mengira jika jantung pria itu terus berdetak dan akan selalu berdetak menyebutkan namanya.
Akan tetapi, gadis itu mungkin yang berangan terlalu tinggi. Karena pada kenyataannya, di bawah rintik hujan mata bulat jernihnya memandang restoran di ujung jalan sana.
Dari balik jendela ia bisa melihat sang kekasih sedang duduk berdua dengan wanita lain dan bercengkrama dengan mesra. Bahkan sesekali tangan pria itu mengusap lembut, surai berwarna cokelat gelap milik gadis lain dan tersenyum lembut padanya.
Kyungsoo melihat, ada pancaran cinta di mata kekasihnya kala netranya milik sang kekasih bersitatap dengan gadis itu.
Hati Kyungsoo teramat sakit, seperti ada ribuan belati yang menusuk hatinya. Mata indahnya mulai berkaca-kaca, setetes kristal bening yang tersamarkan dan menyatu dengan dinginnya air hujan yang mengguyur tubuhnya, jatuh membasahi pipinya.
Dia pikir kekasihnya tak akan jatuh ke dalam lubang yang sama dan tak akan membuat luka di hatinya semakin lebar dan menganga. Akan tetapi, lagi-lagi ia salah.
Dalam dinginnya udara yang menusuk tulang, serta peluru air yang menyelimutinya bahu sempit milik gadis itu bergetar, dadanya bergerak naik-turun menahan rasa sesak yang bercokol di dalam dada.
Rambutnya yang lepek dan bajunya yang basah serta tubuh yang sudah mulai diselimuti rasa dingin itu tak lagi ia acuhkan. Hingga tak ada lagi peluru air yang menghantam kepalanya. Seketika kepalanya mendongak dan menemukan sebuah payung berwarna biru langit melindungi dirinya serta seorang pria jangkung berkulit putih dengan raut wajah datar, menyampirkan sebuah mantel tebal pada gadis bertubuh mungil itu.
Tangannya dengan cepat merengkuh gadis itu dan berusaha menghiburnya, “Alihkan pandanganmu, Sooya. Jangan pernah melihatnya jika kau merasa sakit."
“Sehunnie, hiks ... hiks ... bawa aku pergi. Aku mohon bawa aku pergi! Di sini sangat sakit, jebal ... huks!" Kyungsoo mengadu tangannya ia lingkarkan pada pinggang sahabatnya. Jemarinya mencengkram baju sang sahabat guna melampiaskan rasa sakit.
Mata tajamnya melihat kekasih dari sahabatnya itu justru sibuk dengan gadis lain, tanpa memedulikan hati sang sahabat yang semakin tersakiti.
“Tentu, aku akan membawamu pergi sejauh mungkin dan aku akan berusaha menyembuhkan lukamu yang menganga itu, gadisku!" ucap Sehun penuh tekad. Kemudian ia membawa Kyungsoo pergi dari sana.
******
Matahari belum bersinar terlalu terik pagi ini. Namun, langkah tegas Jongin sudah membawanya ke rumah milik kekasih hatinya. Tangannya memencet bel, tetapi hingga setiap menit yang terlewati, tak ada tanggapan dari sang empunya rumah. Sampai seorang Ahjumma menghampiri dan bertanya padanya.
“Apakah kau yang bernama Kim Jongin?" tanyanya, Jongin lantas mengangguk dan balik bertanya. “Benar, Ahjumma. Apa Do Kyungsoo ada?"
Ahjumma itu tersenyum dan menjawab, “Do Kyungsoo sudah tidak tinggal di sini. Dia baru saja pergi sekitar 3 jam yang lalu, entah ke mana, karena ia terlihat seperti tergesa-gesa. Namun, sebelum pergi ia menitipkan surat ini padaku. Ia berpesan padaku jika ada seorang pria bernama Kim Jongin datang kemari, tolong berikan saja surat ini."
Jongin menerima surat tersebut dan mengucapkan terima kasih sebelum Ahjumma itu pergi.
Tangannya dengan cepat membuka surat itu dan membacanya.
Annyeong Jongin.
Jika kau membaca surat ini, itu berarti aku sudah pergi. Maaf aku tak memberitahu soal kepergianku padamu Jongin-ah.
Nini-ya, bolehkah aku meminta sesuatu padamu?
Sebelumnya, aku mengucapkan terima kasih karena perasaan cintamu yang begitu besar padaku. Mau menemaniku dan menjadi kekasihku. Jujur, aku merasa beruntung dicintai oleh pria sepertimu.
Namun, semuanya memang tak ada yang abadi bukan? Waktu dapat mengubah segalanya, baik itu sifat, perilaku, begitu juga dengan perasaan seseorang.
Aku memahami bahwa selama ini kau menjadi kekasih yang baik untukku, meskipun perasaanmu padaku sudah tergerus oleh waktu. Hingga perasaan itu memudar secara perlahan tanpa kau sadari.
Akan tetapi, aku tidak akan menyalahkanmu untuk hal itu. Justru aku merasa senang, aku merasa bahagia.
Jongin-ah ....
Berjanjilah padaku kau akan hidup bahagia dengan gadis pilihanmu, yang lebih baik dariku, lupakanlah aku, karena aku tidak bisa berada di sampingmu.
Selamat tinggal, Jongin, kuharap jika kita bertemu suatu hari nanti. Kita sudah bahagia masing-masing meski tidak lagi bersama.
Tertanda
Do Kyungsoo orang yang pernah mengisi hatimu.
Detik itu juga, air mata Jongin berlomba-lomba jatuh membasahi pipi. Tubuhnya merosot dan terduduk di depan pintu rumah.
Perasaan menyesal mulai mendekap hatinya, kekasihnya, lagi-lagi ia menyakiti hati sang kekasih mungilnya hingga gadis itu memilih menyerah, meninggalkan semua kenangan pahit, kenangan penuh luka yang tak sengaja ia torehkan di hati sang kekasih.
“Maafkan aku ... maafkan aku Sooya. Aku memang bodoh ... huks! Aku mencintaimu Do Kyungsoo, tolong jangan ucapkan selamat tinggal ... kembalilah Kyungsoo. Aku mohon kembali!" tangis Jongin pecah di lipatan tangannya. Menangisi segala penyesalannya.
Terkadang kita baru menyadari sesuatu yang berharga ketika dia menghilang dari hidup kita.
Terinspirasi dari lagu: Don't Say Goodbye by TVXQ