Pada suatu senja, di sebuah taman yang diterangi sinar keemasan matahari, Azka menatap dalam-dalam ke mata Aurora, seolah mencari sesuatu yang tak terucap. Mereka duduk berdampingan di bangku kayu yang mulai usang, namun hangat oleh kehadiran mereka.
Aurora tersenyum kecil. "Bagaimana aku bisa tahu kalau semua ini nyata? Kalau semua ini bukan hanya... janji tanpa arah?" gumamnya pelan.
Azka terdiam, lalu mengambil buku catatan kecil dari sakunya. Dengan hati-hati, ia menyobek selembar kertas putih dan menyerahkannya pada Aurora.
"Tulislah apa pun yang kamu inginkan dariku. Buatlah janji yang bisa kamu percayai, yang bisa membuatmu merasa yakin," kata Azka, suaranya tenang dan penuh keyakinan. "Aku akan menuliskannya di kertas ini. Janji yang akan kutepati selamanya."
Aurora menatap kertas kosong itu dengan hati yang mulai dipenuhi rasa percaya. Sinar matahari senja seakan merangkul mereka berdua, seolah mengabadikan janji yang akan terukir dalam lembaran hati mereka masing-masing.