Di sebuah sekolah menengah atas di pinggiran kota, terdapat seorang remaja bernama Dira. Dia adalah siswi yang biasa saja, dengan rambut panjang yang selalu diikat kuda dan kacamata yang membuatnya terlihat cerdas. Namun ada satu hal yang membuatnya berbeda, rasa suka yang mendalam kepada Arka seorang junior yang baru saja pindah ke sekolah itu.
Arka adalah anak yang ceria, dengan senyuman yang selalu menghangatkan hati Dira. Dia memiliki aura positif yang membuat semua orang ingin mendekatinya. Dira seringkali melihatnya dari jauh saat dia bermain basket bersama teman-temannya. Momen itu membuat jantungnya berdebar dan wajahnya merah padam.
Setiap kali Dira melihat Arka tersenyum, perasaannya semakin kuat. Namun, rasa malu dan ketidakpastian selalu menghalanginya untuk berbicara. Mereka hanya sebatas senior-junior, dan Dira merasa canggung untuk mengungkapkan perasaannya. Dia sering kali mengandalkan teman-temannya untuk memberikan dorongan moral, tetapi tetap saja, keberanian itu terasa sulit untuk didapatkan.
Suatu hari, sekolah mengadakan acara olahraga, dan Dira terlibat sebagai panitia. Dia sangat senang karena bisa melihat Arka bermain di lapangan. Saat pertandingan berlangsung, Arka mencetak poin demi poin, dan sorakan teman-temannya semakin membuat Dira terpesona. Di tengah keseruan itu, Dira melihat Arka melirik ke arahnya dan memberikan senyuman yang manis. Dalam sekejap, dunia Dira terasa berhenti.
Setelah pertandingan, saat semua orang berhamburan ke lapangan untuk merayakan kemenangan, Dira memutuskan untuk mengambil keberanian. Dia mendekati Arka, meski jantungnya berdebar kencang.
“Hai, Arka!” sapanya dengan sedikit ragu.
“Hai, Dira! Kamu panitia hari ini, ya?” Arka menjawab dengan senyumnya yang memikat.
“Iya, aku senang bisa terlibat,” Dira menjawab, merasa sedikit lebih tenang.
Mereka mulai mengobrol, membahas pertandingan dan saling berbagi cerita. Dira merasa nyaman berbicara dengan Arka, seolah mereka sudah berteman lama. Saat percakapan berlangsung, Dira merasa ada kedekatan yang tak terduga.
Hari-hari berlalu, dan Dira semakin sering berbincang dengan Arka. Dia mulai berani menunjukkan sisi lain dari dirinya, dan Arka pun tidak ragu untuk bercerita tentang hobinya. Mereka berbagi tawa, impian, dan harapan di masa depan. Setiap kali Arka tersenyum, Dira merasa dunia ini lebih indah.
Suatu sore, saat Dira dan Arka berjalan pulang setelah latihan, Dira merasakan ada sesuatu yang berbeda di antara mereka. Dira mengumpulkan keberanian dan berkata, “Arka, aku ingin kamu tahu... aku sangat menyukaimu.”
Arka berhenti sejenak dan menatap Dira. “Aku juga suka kamu, Dira. Senyummu selalu membuat hariku lebih baik.”
Dira tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Senyuman Arka semakin lebar, dan seolah semua rasa cemasnya menghilang. Mereka saling bertukar pandang, dan saat itu Dira tahu bahwa perasaannya tidak sia-sia.
Sejak saat itu, Dira dan Arka menjadi sepasang kekasih. Mereka melewati banyak momen indah bersama, mulai dari belajar bersama di perpustakaan hingga berjalan-jalan di taman. Dira merasa beruntung memiliki Arka di sisinya, dan senyum manisnya adalah hal yang paling berarti baginya.