Aris, pemuda yang ditinggal orang tuanya entah ke mana dan dirawat oleh kakaknya, bekerja di toko ayam. Setiap hari, dari balik etalase, ia mengamati Rania, gadis cantik nan polos yang melewati toko itu dalam perjalanan ke sekolah. Rania, dari keluarga yang broken home, namun orang tuanya tak bercerai, menjadi bintang yang bersinar terang di mata Aris. Ia menyimpan rasa, diam-diam mengagumi Rania dari jauh. Ia melayani Rania dengan ramah setiap kali gadis itu membeli ayam, namun tak pernah berani mendekatinya. Keraguan Aris membayangi; Rania terlalu cantik, pasti sudah punya pacar. Ia takut mengganggu hubungan Rania jika ia salah langkah.
Suatu hari, ada acara di dekat rumah Rania. Aris, dengan motor bututnya, sengaja memarkirkan kendaraan di dekat rumah Rania. Saat hendak turun, tatapan mereka bertemu. Aris pura-pura tak kenal, tapi diam-diam mengawasi Rania bersama temannya, Budi. Budi, yang tahu rahasia Aris, ikut bermain-main. Saat Rania membeli jajanan, Aris pura-pura membeli sesuatu di toko sebelah, menatap Rania tanpa henti.
Acara berakhir. Aris meminta Budi mengawasi Rania dari balik pagar rumah. Budi melaporkan bahwa Rania belum tidur. Aris terus mengamati Rania, mencatat setiap kali gadis itu berangkat dan pulang sekolah.
Setelah Rania lulus sekolah, ia menghilang. Berbulan-bulan Aris tak melihatnya. Hingga suatu hari, ia bertemu Rania lagi di sebuah acara desa. Aris menunggu hingga toko tutup, lalu bersiap menyusul Rania. Ia menyadari Rania menatapnya. Aris mendekat, lalu berkata sengaja, "Jangan dekat-dekat sama wanita yang suka caper!" Gadis lain yang ada di dekatnya langsung melirik Aris. Aris mencoba lagi, "Aku suka yang pakai kerudung hitam!" Sekali lagi, gadis lain yang merespon.
Aris tak menyerah. Ia sengaja membuat asap di belakang Rania. Seorang ibu-ibu bertanya, "Mas, ngapain bikin asap?" Aris berteriak, "Usir nyamuk, Bu!" Rania menoleh.
Namun, setelah malam itu, Rania kembali menghilang. Berbulan-bulan kemudian, Aris melihat ibu Rania sering mengantar kakak perempuan Rania ke sekolah. Aris merasa lesu, tapi tak menyerah.
Suatu hari, di sebuah supermarket, Aris melihat Rania membeli es krim. Ia sengaja mengeraskan suaranya saat berbicara dengan kasir, "Saya jomblo, Mbak!" Namun, saat itu juga ia mendengar Rania bergurau dengan ibunya, mengatakan bahwa ia juga jomblo. Sebuah kesempatan! Namun, ketakutan Aris kembali muncul. Bagaimana jika Rania tidak menyukainya? Apakah ia berani mengungkapkan perasaannya?
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, Aris masih belum bertemu Rania lagi. Ia hanya berdoa agar Rania baik-baik saja, berharap suatu hari bisa bertemu dan berjodoh dengannya. Ia terus menunggu, terus berdoa, dengan hati yang dipenuhi harapan dan keraguan.
Bersambung...