Aku adalah seorang Santri putri baru Namaku Nisa.
Hari ini hari pertamaku di pesantren,suasana pesantren terlihat damai ,tenang dan sejuk.
Apalagi ketika terdengar lantunan Ayat Ayat suci Al-qur'an yang berkumandang merdu dari suara para santri putri.
Sampai suatu ketika aku dan para santri putri lainnya berjalan menuju rumah Bu nyai untuk mengaji, rumah Bu nyai berada dekat dengan Aula santri putra.
Banyak santri putra yang sengaja bertengger di depan aula ingin melihat para santri putri yang lewat.
Membuat para santri putri malu malu tapi meong.Para santri putri lainnya sampai berjalan cepat, ada juga yang sampe lari.
Berbeda denganku yang lebih memilih berjalan santai ketimbang berlari karna takut si sarung melorot, walaupun karna tindakaknku santri putri maupun putra semuanya menatapku tapi aku tak perduli.
Langkahku terhenti seketika melihat salah satu santri putra yang sedang melaksanakan sholat namun satu matanya malah berkedip ke arahku.
"TING ...!
"Ih .. sholat masa gitu sih." Batinku sembari menggeleng, mengulum senyum dan melanjutkan langkah menuju ruman Bu nyai.
Malam harinya,saat kelas malam khusus agama sudah selesai,dan para Santi sudah pulang, aku melantunkan nada sholawat sendirian dalam ruangan sembari merapikan kursi karna ini piketku.
Tiba tiba terdengar suara nada yang mengiringi nada sholawat ku,suara laki laki,merdu nan indah,suara itu ada di samping ruangan,yaitu ruangan kelas khusus santri putra.
Aku melantunkan solawat dia pun menyambuang sholawatku kami seperti sedang berduet mirip film India Mann si pemeran Amir Khan yang sedang berduet dengan kekasihnya,membuatku penasaran suara siapakah ini ....?
Subuhnya kami para santri putri berjamaah bersama dengan santri putra lainnya di aula besar itu,dari kejauhan terdengar lantunan adzan dengan suara yang sangat merdu mirip dengan si pelatun sholawat yang berduet denganku.
aku pun berlari kecil dengan tubuh yang sudah berbalut mukenah,aku sangat penasaran pada pemilik suara merdu yang sudah membawa hatiku bersama dengan suaranya itu,anehnya walaupun hanya suara tanpa wajah aku sangat merindukannya.
Setelah sampai di Aula,terlihat dari belakang,tubuh tinggi punggung lebar tubuh kekar berbalut Koko dan sarung dengan peci menangkup di puncak kepalanya.
Aku menatapnya lekat lekat berjaga jaga ketika dia berbalik,aku seperti orang aneh yang berusaha mencari dimana letak wajahnya.
"Nisa,? Panggil seseorang yang cantik bernama Tia yang merupakan sahabatku.
"iya."Sahutku menengok ke arahnya sejenak lalu menatap depan kembali,yang ternyata si pria itu sudah duduk kembali.
Mambutku bingung dan mencari dimana dia,siapakah salah satu diantara mereka pemilik suara itu.
"Kamu lagi liatin apa sih." Tanya Tia yang ku sambut dengan tatapan kesal penuh dongkol.padahal sedikit lagi bisa lihat wajahnya.Gara gara si Tiut ini aku jadi kehilangan wajah yang ku ingin lihat.
"Ko kamu marah ...?" Tanya Tia bingung.
"Hiii ...Lagi ekting." Jawabku meringis lalu cuek.Membuat Tia menggaruk kepalanya semakin bingung.
KE ESOKAN HARINYA ...
Aku berjalan riang di pagi hari menuju sekolah SMA,aku sudah kelas tiga
karna aku pindahan dari sekolah lamaku,sekolah ini juga milik pesantren,tapi karna sekolah umum dan muridnya sedikit jadi putri dan putra masih satu ruangan kelas.
Aku masuk ke ruangan kelas dengan Tia yang kini sebangku dengan ku.
Diantara para siswa aku menatap mereka mencari sang wajah yang kemungkinan milik sang pelantun sholawat merdu itu.
"Tok tok tok ...!"
Assalamua Alaikum anak anak ...!
Wa'alaikum salam pak...!
Suara guru masuk dalam kelas memulai pelajaran,yang tak terduga,guru itu adalah santri yang sholat sembari mengedipkan satu matanya padaku,aku sungguh terkejut.
Guru itu tampan,bahkan sangat tampan hingga para santri putri lainnya tak henti hentinya menatap bahkan berbicara ngelantur hanya demi ingin mendapat perhatian sang guru,tapi perhatianku bukan pada guru tapi tetap mencari si pemilik suara merdu.
"Kamu anak baru ..." Ucap sang guru membuat perhatianku mengarah padanya.
"iya pak." Jawabku mengangguk sopan.
"Apa yang kamu cari.?" Tanya guru tampan itu.
"Cari calon suami pak." Jawabku spontan yang sambut kekehan renyah para siswa yang lainnya.Guru itu hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.
Aku pun bingung dengan jawaban ku sendiri.
"Tok tok tok ... Sudah sudah." Ucap sang guru menghentikan gelak tawa seluruh siswa.
"Kamu perhatikan pelajaran atau nanti saya hukum kamu menyanyikan sholawat,yang merdu seperti kemarin malam."lanjut sang guru itu lagi membuatku sibuk dengan pikiran ku penuh tebakan dan pertanyaan.
"Apa mungkin.? Masa iya? Ah bukan bukan.? Mungkin pas guru itu juga lewat?Tapi badan nya mirip? Iya bukan?iya bukan iya bukan iya bukan iya bukan."Batinku dan pikiranku penuh dengan itu.
Kini perhatianku menuju sang guru,aku rekam baik baik wajahnya,suaranya dari rambut sampai ujung kaki,akan kupastikan dia atau bukan.
Aku sangat jengkel,karna ketika adzan berkumandang aku sama sekali tidak ada kesempatan bisa melihat si pengumandang,gara gara tempat berwudhu yang mengantri panjang lebar bagai ular naga.
MALAM HARI MALAM sekolah malam pun datang kembali ....
Aku masih bersemangat memulai pelajaran lebih lebih lagi untuk mencari yang sedang kucari.
Ustadz masuk,Aku terkejut kala ustadz yang mengajar adalah guru itu,ternyata namanya adalah Gus Rahmat,Anak Abah kyai Hussain.
Lebih terkejutnya lagi saat dia melantunkan nadzoman kitab,suaranya adalah suara yang kucari,seketika tatapan ku mengikuti langkahnya yang berjalan mengelilingi para santri lainnya.dari depan belakang samping muter,mataku tak putus menatapnya.sampai sampai tubuhku ikut muter saking ingin memastikannya.
Ustadz Rahmat menatap aneh sembari senyum ke arahku,begitu juga para santri lainnya,mengira aku kurang vitamin otak.Tapi aku tetap menatapnya dengan wajah terkejut ku.
"Udah dapet calon suaminya." Bisik Ustadz Rahmat setelah mendekat.Membuat wajahku merah semarah merahnya karna malu,lalu menyembunyikan sang wajah di balik kitab.
Sedangkan para santri putri lainnya nampak terkejut dengan sikap Ustadz Rahmat yang terlihat memperhatikanku.
Dalam benakku,"apakah dia tau aku sedang mencarinya ...?"
Pulang sekolah malam aku berjalan melamun masih memikirkan apa yang terjadi, tiba tiba ustadz Rahmat sudah di depanku,seakan menanti kehadiranku.
"Nissa.?" Panggilnya lembut membuat perhatianku kini mengarah padanya.
"Iya Ustadz." Sahutku
"Mau ber ta'aruf denganku.?" Tanya nya yang membuat mataku membulat sempurna seketika ,mendapat kejutan bertubi tubi.
"ustadz nggak lagi ngerjain saya kan.? Tanyaku penuh curiga ,namun disambut senyuman menawannya yang begitu memukau.
"Aku bukan mau ngerjain kamu,tapi mau halalin kamu." Jawabnya membuat hatiku berdegup cepat tak menentu,rasanya semua bunga bermekaran di hatiku.tak kusadari senyumku mengembang.
"Em ..." Aku gugup dan bingung.
"iya ...?" Tanya Ustadz Rahmat lagi.Aku hanya dapat mengangguk malu karna lidah ku yang tak bersahabat,tak mampu berkata.
Sejak saat itu cinta manis tumbuh dihati kami berdua,lantunan sholawat menjadi pengobat rindu,kami berduet setiap malam sampai akhirnya pun datang dia benar benar meng halalkanku setelah aku lulus.
Walaupun begitu dia tetap mengizinkanku melanjutkan pendidikan,aku tak menyangka,ada cinta dalam nada sholawat yang menyatukan kami.dalam ikatan suci penuh makna.