Tolong dibaca hingga akhir!!
Hai namaku adalah Ruka, aku akan menceritakan pengalaman mengerikanku.
Kelahiranku sudah sangat didambakan oleh orang tuaku. Mereka sangat berharap bahwa aku akan menjadi seseorang yang paling sukses. Sedari kecil diriku sudah sangat dididik dengan keras. Terkadang aku sering menangis, tetapi orang tuaku selalu menginginkan aku menjadi yang terbaik. Tapi cara mereka salah.
Suatu hari ketika usiaku 7 tahun, aku sedang duduk diteras rumah dan sedang melihat banyak anak sebayaku yang sedang bermain dengan canda ria, aku temenung meratapi nasibku, jangankan bermain keluar ketika didalam rumah saja aku selalu diawasi. Setiap hari hanya belajar belajar dan belajar, hampir tidak ada istirahat bagiku. Aku berfikir ("kenapa orang tuaku selalu memaksaku untuk belajar. Toh aku juga mau bermain bersama teman-teman")
Selama berada di sekolah dasar aku selalu mendapat peringkat terbaik dan selalu menang mewakili sekolah dalam olimpiade matematika. Aku sempat lompat kelas dan tentunya hal asing bagiku, karena bertemu dengan orang yang tidak kukenal sedikitpun. Aku selalu menyendiri dan suka melamun, banyak yang mengejekku dan menggangguku tapi aku tidak peduli, hingga ketika....
"Ruka!! Kenapa kamu melamun!!!?? Ayo jawab pertanyaan ini!!" Teriak Guruku.
"Eh iya pak" Jawabku.
Ya begitulah kira-kira kehidupanku, pagi pergi kesekolah diantar, siang pulang sekolah jalan kaki.
"Mereka lupa menjemputku lagi ya, setiap hari hanya seperti ini" gumamku.
"Membosankan"
Akupun lulus dari sekolah dasar, ketika waktu yang seharusnya aku pilih malah mereka yang memilihkan. Mereka bilang aku harus bersekolah disini disana. Bagiku semua ini sudah cukup memberi tekanan batin untukku.
........
Setelah aku didaftarkan disekolah itu, aku akhirnya menerima kenyataan bahwa aku adalah sebuah boneka kayu yang lemah dan selalu digerakkan oleh dalang. Hari masuk sekolah menengah pertamapun dimulai. Aku melihat papan pembagian ruang kelas.
"Oh jadi aku akan berada dikelas ini ya" ucapku.
Ketika aku masuk kedalam kelas aku mulai merasa tidak enak, semua menatapku dengan tatapan yang tajam dan mengerikan.
Triiiing!! Triiiing!!
Bel belajar dimulai
"Anak-anak sekarang kita akan memperkenalkan diri masing masing, dimulai dari sana" ucap Guruku.
"Nama saya Rina salam kenal ya" kata teman sekelasku.
"Selanjutnya" ucap Guruku.
"Hai namaku Ruka" ucapku.
Akupun kembali duduk dan melihat seorang siswi yang begitu bersemangat.
"Hai semuanya namaku adalah Omi, semoga kita semua bisa jadi teman baik" kata Omi.
Ternyata perempuan itu duduk sebangku denganku, dia benar-benar sangat bersemangat dan tidak mau diam.
Triiiing!! Triiiing!!
Bel pulang dibunyikan
Sesampainya aku dirumah, mereka bertengkar lagi. Segera aku menuju kamar dan kemudian menguncinya.
("Aku bukanlah tempat menggantung harapan") pikirku.
.......
Sudah beberapa hari ini aku selalu didekati oleh Omi, dia benar-benar menjengkelkan dan selalu lengket denganku. Aku yang sudah merasa risih dan tidak nyaman akhirnya menanyakan kepadanya.....
"Kamu kenapa sih selalu mengikutiku dan selalu terlihat begitu!!" bentakku.
"R-uuuuka kamu kenapa membentakku, aku hanya mau jadi temanmu saja" Jawab Omi.
"Kamu tidak suka ya, maka sudahlah" ucap Omi.
Aku terkejut, selama ini aku selalu dijauhi karena dianggap aneh. Karena hanya Omi yang mencoba untuk menjadi temanku, akhirnya aku menerimanya sebagai temanku. Mulai dari hari itu aku selalu berjalan bersama dengan Omi, bahkan ketika Omi belum mengerjakan tugas, aku selalu membantunya. Semua terlihat normal, tetapi itulah langkah pertama aku menginjak paku.
Sudah 2 tahun aku selalu bersama dengan Omi, dan tes kenaikan kelas pun dimulai. Waktu itu Omi mengajakku untuk bermain kerumahnya, katanya akan belajar bersama. Sesampainya aku disana ternyata ada banyak orang lain selain aku.
"Omi kenapa ada begitu banyak orang disini?" Tanyaku.
"Mereka juga mau belajar bersama kamu Ruka" jawab Omi.
Menurutku itu bukan masalah, karena pada akhirnya aku dapat berkumpul dengan banyak teman. Sesampainya di rumah aku tenggelam dalam pikiran, karena banyak yang menjadi temanku dan aku sangat senang.
#-$:"-#!*!:$!#!*;"!!!!
Suara yang sangat berisik yang sering aku dengar. Aku mengambil bantal kemudian menutup kedua telingaku dengan bantal dan terlelap dalam rasa senang.
Hari tes pun dimulai. Kali ini aku duduk berdekatan dengan Omi. Pengawas masuk kemudian mulai membagikan lembar soal.
Triiiing!! Triiiing!!
Bel untuk mengerjakan tes dimulai.
Pssstt....
Pssstt....
Aku merasa seperti ada yang sedang memanggilku. Kulihat ternyata Omi yang memanggilku, kemudian dia melempari ku dengan mencarik kertas. Pengawas yang melihatku marah, kemudian menghampiriku.
"Kamu ini ya sempat-sempatnya mencontek orang lain!!!" Teriak pengawas.
"Ti...tidak saya tidak mencontek teman" jawabku.
"Lalu apa ini!" Teriak pengawas sambil menunjuk kertas.
Pengawas memarahiku kemudian menyuruhku untuk keluar ruangan dan tidak diperbolehkan mengikuti tes lagi. Aku hanya pasrah meratapi semua ini.
Triiiing!! Triiiing!!
Bel pulang berbunyi.
Omi menghampiriku dan bertanya padaku Apakah aku baik-baik saja, kemudian aku menjawab baik-baik saja. Sesampainya dirumah, aku buru-buru masuk ke dalam kamar, atidak ingin sama sekali bertemu dengan mereka.
Pagi hari dan matahari pagi menyingsing
"Kali ini aku harus selesaikan tesku" gumamku.
Di dalam ruangan ketika tes dimulai, aku selalu dilempari dengan kertas oleh teman-teman Omi. Aku mencoba melapor kepada pengawas, tetapi tidak dihiraukan.
("Hehe apa dunia sedang mempermainkanku") pikirku.
........
Tibalah hari kenaikan kelas dan semua siswa diminta agar orang tua yang mengambil raport. Aku hanya duduk di luar kelas menunggu. Ketika Ayahku keluar dari ruang kelas, aku melihat raut mukanya yang begitu kesal tapi aku tidak berani bertanya. Sesampainya di rumah Ayahku langsung memintaku untuk menghadap padanya. Kulihat dia sedang membawa sesuatu. Dia menanyakan padaku apa kesalahanku, aku kebingungan dan tidak tahu apa-apa.
Plak!! plak!!
Suara ayunan sabuk yang terlihat ganas. Ayunan dari sabuk itu mengenaiku, aku kesakitan tetapi itu masih belum selesai. Dia terus melakukannya hingga berjam-jam lamanya, meskipun ibuku melihatku dia malah membantu Ayahku dengan membawa penggaris besi sebagai tambahan permainan. Mereka terus memarahiku dengan suara yang sangat keras. Selesai itu aku pun tidak sadarkan diri. Setelah kulihat ternyata aku berada pada peringkat kedua, aku bingung bagaimana bisa aku berada pada peringkat kedua. Aku tidak bisa atidur sepanjang malam.
Pagi hari
Aku benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah. Tetapi mereka memaksaku bahkan menarikku. Sesampainya di sekolah aku hanya duduk di bangku dan tidak melakukan apa-apa selain menunggu guru datang. Omi datang menghampiriku kemudian dia berbisik padaku.
"Terimakasih ya berkatmu aku jadi yang terbaik" bisiknya.
Dia malah tersenyum ketika melihatku benar-benar sangat kacau. Mulai dari hari itu orang tuaku benar-benar sangat ketat terhadapku, mereka tidak memperbolehkanku kemana-mana dan hanya di kamar belajar saja.
Aku merasa seolah hanya menjadi sebuah mainan saja. Lambat laun pikiranku mulai menjadi gila. Setiap hari hanya belajar-belajar-belajar-belajar dan belajar seperti tidak ada kegiatan yang lain bagiku. Pikiranku mulai stress dan tidak beraturan. Aku mulai merencanakan sebuah rencana yang gila dan terbilang sangat tidak masuk dalam akal sehat.
Sebuah malam
Aku sedang memasak makan malam, dalam makan malam itu aku memberikan garam yang aneh pada setiap masakanku. Aku tidak diperbolehkan makan hingga ada sisa untukku, setelah makan malam mereka tiba-tiba langsung tertidur. Ketika mereka membuka mata mereka sudah dalam keadaan terikat dan mulut yang disumbat. Aku melihat mereka kemudian tertawa di hadapan mereka.
"Hihihi ada apa ini ya" ucapku.
Mereka terus memberontak mencoba melepaskan diri.
"Sayang sekali tapi tali itu sudah aku ikat dengan simpul yang tidak dapat dibuka lagi" ucapku sambil tertawa.
"Orang tuaku sayang bagaimana rasanya sekarang" ucapku sambil mengambil sabuk ganas yang dapat menghancurkan berbagai macam jenis kain. Aku ayunkan macan ganas itu hingga 2 jam lamanya, aku benar-benar sangat menikmati sensasi ini.
"Hei kalian usiaku sudah 14 tahun dan hari ini adalah hari ulang tahunku, kalian tidak usah repot-repot untuk membuatkan hadiah karena aku yang akan membuatkannya" ucapku sambil membuka sebuah bingkisan.
Kuayunkan barang dari bingkisan itu sambil tertawa puas dengan hasil ayunannya. Selesai dengan hadiahnya aku kemudian membereskan semuanya dan langsung terlelap.
Pagi harinya aku sangat bersemangat. Aku dekati Omi dan berkata ingin berkunjung ke rumah Omi. Sepulang dari sekolah aku langsung mengikuti Omi pulang, dan kebetulan Omi bilang dia sedang sendirian dirumah.
Sampai dirumah Omi kami langsung masuk kedalam
"Oke sekarang apa yang Lo mau" tanya Omi.
Aku langsung membuka bajuku dan memperlihatkan kepadanya sebuah mahakarya yang dilukis pada tubuhku. Aku tersenyum dan mengambil barang dari dalam tasku.
"Ap apa yang sedang lo coba lakuin" ucap Omi sambil gemetaran ketakutan.
"Tidak ada, hanya ingin mencoba barang baru saja" ucapku sambil mengayunkan barang tersebut untuk melihat apa yang akan terjadi. Bak tongkat sihir barang itu langsung menghilangkan suara berisik.
"HAHAHAHA AKU RUKA DAN TIDAK ADA YANG BISA MENCOBA MEMERINTAHKU"
Nih niu
Suara mobil berlampu biru merah mendatangi rumah Omi. Mobil itu menjemputku dan kemudian mengantarkanku ketempat yang sangat unik, Ternyata itu adalah rumah baruku aku sangat senang dan sangat bahagia menjalani hari-hari ku dirumah baru.
Sekian ceritaku
Salam Ruka
Jadi bagaimana semuanya, ingat Ruka hanyalah nama yang terpikir dan bukan namaku.
Namaku sendiri adalah Lilia
_Dari cerita ini dapat kita simpulkan bahwa kita sendiri tidak bisa harus terlihat sangat baik apalagi harus terbaik dan kita sendiri tidak bisa memaksakan diri. Cukup cari hal yang dapat menjadi tempat bercerita dan tuangkan lah semua yang penuh itu_
Selama Lilia