"Mengapa Diam?".
"Gak pa pa", jawab Hary ketika Maya sedang bonceng motor. Maya mengusap baju dia, samar samar ada bekas lipstik bergambar bibir pada bagian belakang, pas di depan mata.
"Habis bocengin siapa?" Tanya Maya dengan nada datar.
"Siapa?! Aku enggak bocengin siapa siapa!".
"Heh...biasa aja, nggak usah teriak teriak aku sudah dengar".
Ketika dia akan membelokkan motornya ke warung bakso, langganan mereka sepulang sekolah kalau Hary lagi ada duwit transferan dari game online, atau jualan online Maya laku.
"Enggak usah, aku udah makan di kantin tadi."
Hary meluruskan setir motor, kemudian mengendarai dengan kencang. Hal seperti ini tidak pernah dia lakukan selama mereka pacaran hampir dua tahun yaitu sejak Hary di kelas XI dan Maya di kelas X tetapi di sekolah yang berbeda. Hal ini dugaan Maya bahwa Hary memiliki pacar baru semakin kuat. Selain itu Hary sering tidak datang ke kos Maya, tidak menjemput pergi-pulang sekolah, akhir akhir ini sering dia pergi tanpa Maya dan tidur di rumah teman, jarang pulang ke kos dia sendiri.
Di perjalanan itu Maya merencanakan sesuatu.
Setelah sampai di rumah kos,
"Tolong kamu tunggu di serambi."
"Mengapa?"
Maya tidak menjawab, dia mempercepat langkahnya menuju kamar. Hary tidak ingin tahu apa yang sedang dipikirkan Maya. lalu, dia rebahan di sofa sambil nge-game.
Di kamar, Maya sibuk mengemas pakaian dan mengikat barang barang yang lain. Dia mondar- mandir, keluar - masuk kamar tetapi Hary masih asik nge -game.
Beberapa saat kemudian,
"Mas, mbak Maya ada?" Tanya sopir Jasa Angkut yang mangkal di dekat kos.
"May,..."Teriak Hary.
"Pak, tolong angkat barang barang ini "Ya". Pak sopir langsung masuk ke kamar dan mengangkat barang barang yang sudah dipersiapkan Maya.
"May,...ada apa ini?!" Hary beranjak dari tempat duduk, kebingungan dan menghampiri Maya yang sedang keberatan mengangkat koper besar.
"Tolong jelaskan".
"Heh,..Enggak perlu teriak kayak gitu. Enggak ada yang perlu dijelaskan". Maya menjawab dengan tenang selagi pak sopir meminta koper itu. Maya berbalik ke kamar memeriksa barang barang yang belum dapat dibawa sedangkan Hary memaksa Maya menjelaskan mengapa tiba tiba dia meninggalkan tempat kos.
"Mau pindah ke mana?"
"Kamu nanti akan tahu".
Maya masuk ke mobil, pergi bersama sopir dan barang barangnya. Hary mengikuti dengan motor. Betapa terkekutnya Hary melihat mobil itu sign ke kiri dan berhenti di depan kos khusus wanita dan tempat itu terkenal sangat ketat dan disiplin. Laki laki yang boleh bertamu hanya mereka yang mempunyai hubungan keluarga dan terdaftar di file pribadinya.
"Biar pak Sopir yang mengangkat", kata Maya pada saat Hary ingin membantu membawa masuk barang barang itu. Hary kembali ke atas motor, dia bengong tak bisa berkata apa apa. Dia terpaku memandang wajah Maya yang menyimpan kemarahan, kemudian menundukkan kepala mengenang ulang dan berkata pada dirinya sendiri
"Apa salahku?". Dia tidak menemukan jawabnya dan baru sadar ketika dia tinggal sendiri di pinggir jalan. tidak ada seorang pun. Hary mengendarai motor pelan, tubuhnya lunglai, pikiran kosong dan tak tahu harus kemana?
Setelah Hary berkeliling kota,dia kembali ke kamar kos Maya yang baru saja ditinggalkan. Sebuah kamar yang menyimpan setumpuk kenangan. Kamar, tempat mereka merajut cinta dan kasih sayang. Kamar yang menjadi saksi komitmen mereka berdua, bahwa mereka saling mengingatkan untuk tidak melakukan hubungan intim sebelum ada pernikahan. Kamar di mana mereka berdua belajar, makan, dan tidur bersama hampir setiap hari dan setiap malam. Kamar tempat di mana mereka bekerja, Maya berjualan secara online sedangkan Hary, Joki game dan hasil mereka berdua cukup untuk memenuhi keperluan sehari hari, membayar kos dan membeli keperluan mereka yang lain.
Tak terasa hari telah berganti malam, Hary tertidur di serambi depan kamar kos yang terkunci, dia lupa makan dan minum dia tertidur pulas, hingga dia tidak tahu ketika Maya datang menggantungkan kunci di lobang pintu kamar itu.
Maya datang menggunakan kesempatan terakhir untuk bertemu dengan Hary, menjelaskan semuanya.
Beberapa saat dia duduk sambil menununggu Hary bangun tetapi tidak ada niat membangunkan. Terbesit rasa belas kasih ketika memandang Hary yang sedang terlelap. Rentetan peristiwa indah terputus oleh berita perselingkuhan Hary dengan pacar baru yang belum jelas tetapi dia yakin karena yang bercerita adalah teman, cewek pelaku yang tidak tahu Hary itu pacar Maya.
Hary bangun ketika Maya sudah pulang. Pas jam 13.00 WIB. Dia membuka HP akan menghubungi Maya tetapi nomor dia telah di blokir dan Maya menghilang dari medsos Hary. Dia terkejut melihat kunci kamar tergantung di lobang kunci pintu.
"May..." Hary memanggil dan mencari Maya di sekitar tempat itu tetapi dia tidak menemukan. Dia masuk ke kamar di meja ada sebungkus nasi buntel dan gorengan serta Es teh dan ada secarik kertas di bawah nasi buntel itu tertulis.
"Hary, kamu tidak perlu mencari dan masuk dalam hidupku lagi. Selamat berbahagia dengan gadis yang telah mencium punggungmu dengan meninggalkan bekas lipstik bergambar bibir di bajumu. Good bye".
Kemudian Hary meletakkan kertas itu dan membuka baju, memeriksa baju di pungung bagian belakang, dia terkejut karena ada bekas gambar bibir lipstik telah memudar.
Dia mengambil kertas itu lagi, membaca dan meremas remas sambil mengingat ingat peristiwa sehari tadi. Dia teringat ketika dia disuruh guru, maju mengerjakan soal mata pelajaran Kimia di papan tulis, teman teman tertawa dan kelas gaduh lalu guru menyuruh mereka diam. Hary terlalu fokus pada soal yang sulit sehingga tidak terpikir bahwa mereka menertawakan gambar bibir di punggung dia.
"Ini pasti perbuatan Eca."
Eca adalah adik teman sekelas Hary yang pagi tadi bonceng dia berangkat ke sekolah, karena semalam Hary belajar dan tidur di rumah Eca. Eca, teman satu sekolah Maya tetapi beda Kelas.
Lalu Hary pergi ke rumah Eca tetapi malam telah larut sehingga pintu gerbabg rumah telah tetutup rapat. Hary tidak berani mngetuk pintu, kemudian dia pergi tanpa tujuan. akhirnya, dia tidur di angkringan langganan dia sampai pagi.
"Hai,...pagi sekali Bro". Kakak Eca menyapa. Sambil membersihkan motor.
"Eca ada?"
"lagi mandi".
Pada saat Hary akan masuk ke rumah melihat Eca keluar dari kamar.
"Wah...kebetulan. Aku nanti bonceng lagi ya?" Eca berjalan menuju ke meja makan
"Dia enggak jemput"
"Enggak, dia nganter keponakan".
"Ca, ada yang ingin aku tanyakan".
"Apa? ...Yuk sekalian makan". Eca senyum-senyum.
Hary menceritakan semua yang terjadi.
"Maya itu, pacar kamu? mengapa kamu nggak pernah cerita? Kata teman aku, dia saudara sepupu kamu".
"Saya kira kamu sudah tahu. Baiklah, nanti tolong temui dia dan ceritakan faktanya".
"Ya. tenang saja. Semuanya akan beres".
Hary sampai di sekolah Maya, sebagian besar siswa sudah pulang. Hary masih menunggu munculnya Maya atau Eca hingga tidak ada siswa lagi yang tertinggal.
Eca membonceng pacarnya keluar dari tempat parkir.
"Eca,.."
"Ry pagi tadi aku ketemu Maya, kami belum sempat ngobrol keburu masuk kelas. Pikirku nanti saja pada jam istirahat pertama tetapi aku cari dia enggak ada, kata temanku, dia pulang dan mengurus surat pindah sekolah".
"Ha?! Serius amat?"
"Sudahlah besuk saja. Keburu lapar nih. Aku duluan ya?" Eca pergi dengan pacarnya sedangkan Hary masih diam di atas motor sambil garuk kepala yamg tidak gatal dan menapakkan telapak tangan ke atas speedo meter.
"Ah !..".Ungkapan rasa kesal yang dapat dia keluarkan.
"Tenang, kamu harus tenang Ry, jangan memutuskan apapun ketika sedang emosi karena kecerdasanmu sedang menurun" Hary berkata sendiri". Dia switch on motor, kemudian dia bergegas pulang ke kos Maya yang lama.
Baru saja Hary membuka pintu, hpnya bunyi. Segera dia membuka WA dari Maya berisi screen shoot Chat yang pernah dia kirim kepada Hary.
"Katakan I Love U setiap kita bertemu dan ingat! Bila suatu saat nanti aku dengar kamu pacaran dengan cewek lain, sekali saja. Kita bubar dan aku akan menentukan arah hidupku sendiri tanpa kamu".
Hary akan membalas WA itu, tetapi nomor dia blokir lagi. Dia penasaran, lalu pergi ke kos Maya setelah mandi dan berpakaian rapi.
Di depan pintu gerbang kos Maya ada gerobak bakso dorong berhenti.
"May"
"Hai" jawab Maya tanpa memandang Hary
"Nih pak, kembaliannya untuk Bapak".
"Ya, mbak. Terima kasih"
"May,..Aku mau ngomong".
"Maaf ya". Maya meninggalkan Hary dengan acuh. Hary memandang langkah Maya menuju ke kamar kos dan Maya menghilang di balik anak tangga. Dia membuka WA Maya tetapi masih diblokir.
"May, mengapa kamu cepat sekali berubah?
Apakah sengaja kamu lakukan agar aku membencimu? Tidak May, aku memahami arti
perubahan sikapmu walaupun hatiku tidak bisa menerima".
Hary berusaha tetap tegar. Dia kembali ke kos Maya yang lama, merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang biasanya ada Maya di sisinya, memeluk dia dan bercerita tentang teman sekolah dan bayangan masa depan mereka.
Kemudian Hary bangun lalu duduk di kursi dan di depan ada meja penuh dengan peralatan elektronik yang digunakan live streaming nge-game online. Biasanya Maya menemani dia.
Semua kenangan itu mungkin akan terulang bila mereka dapat bertemu kembali.