Siang itu panas matahari bersinar begitu terik. Gerbang sekolah dipenuhi oleh murid-murid yang bersiap meninggalkan sekolah.
"Selamat siang." Suara itu terdengar tidak asing. Seorang gadis berambut kuning menoleh.
"Selamat siang." Dia menatap gadis lain, sepertinya gadis itu bukan murid sekolahnya. Arete berusaha melihat logo yang tertulis dilengan si gadis. Tapi, suasana disana terlalu ramai.
"Aku dare murid dari sekolah sebelah. Aku melihatmu menjatuhkan ini." Arete melihat sebuah buku berwarna perak, seperti buku hariannya. Tapi, Arete merasa janggal.
"Terimakasih. Aku Arete, aku senang kau mengembalikanya." Arete merasa buku itu bukan bukunya, tapi benar-benar mirip dengan yang dia miliki.
Hari itu, sepulang sekolah Arete makan siang dan segera menyiapkan pr-nya.
Dia berkali-kali menoleh kebuku yang diberikan anak itu. Arete tidak yakin itu adalah bukunya.
Jadi, dia segera memeriksanya.
Arete ingat, dia menuliskan beberapa kata-kata disana.
Ya, buku itu benar-benar seperti yang dia punya. Hanya saja, tulisan disana berbeda tidak seperti tulisan tanganya. Karna penasaran, dia melihat halaman terakhir yang digunakannya untuk menulis.
"Ambil beberapa kertas disana dan keluarlah dari kamarmu."
"Tulisan siapa ini." Katanya dalam hati.
Arete mengambil satu lembar kertas disana dan membawanya melewati pintu. Betapa terkejutnya dia ternyata dia berada ditempat lain.
Tempat itu cukup menakutkan. Disana banyak sarang laba-laba dan suasananya berantakan. Arete melihat Dare berdiri membelakanginya.
"Selamat datang. Aku ingin mengajakmu bermain." Arete heran.
"Bermain?" Dia bertanya.
"Ayo temukan jalan keluar dari tempat ini sebelum dia menangkap kita."
"Dia?"
"Lihatlah ke belakangmu." Arete melihat pemandangan dibelakangnya disana terdapat pintu-pintu yang sekarang terlihat bergetar."
"Apa yang ada disana?" Kata Arete.
"Entahlah. Mengapa tidak kita tunggu apa yang akan terjadi." Perlahan-lahan, pintu-pintu itu membuka. Dari sana terjulur tangan dan tubuh yang berdarah dan menghitam.
Arete merasa heran.
"Bagaimana kita mencari jalan keluar." Kata Arete. Kita harus melewati mereka dan memilih salah satu pintu.
"Begitu." Arete melangkah mendekati pintu. Hantu-hantu disana menghalanginya. Dia mengambil tangan si hantu dan memutarnya. Terdengarlah bunyi krak yang membuat Hantu itu mundur. Beberapa hantu lain mendekat dan mengerumuni Arete.
Arete melangkah cepat menuju pintu. Saat dia melongok, dia melihat kamarnya ada disebelah. Dia memanggil Dare dikejauhan.
"Apa kau ingin mampir." Kata Arete. Dare tak percaya Arete sama sekali tidak takut pada kenyataan bahwa yang disana adalah makhluk yang menyeramkan.
Dare setuju. Mereka keluar dari pintu dan melihat kamar Arete.
"Salam jumpa dikamarku." Mereka memasuki sebuah ruangan besar bercat putih dengan pinggiran berwarna biru.
"Aku punya banyak buku, tapi yang bersampul perak hanya itu saja." Kata Arete.
"Arete mengapa kau tidak takut pada hantu-hantu tadi."
"Entahlah. Sebagian besar mungkin karna kau juga tidak." Kata Arete.
Dare tertawa. Kau tau itu adalah wujudku yang sebenarnya.
"Kau tampak menyedihkan dengan wujud seperti itu. Karna itu Dare kau jangan menukar buku orang sembarangan." Katanya.
"Kau tau. Itu bukan bukumu?" Hanya hantu yang tidak tau.
"Aku sebenarnya ingin hidup lagi seperti manusia. Dulu, aku mati karna takut. Jika tidak takut aku mungkin sudah dilahirkan lagi sekarang." Kata Dare.
"Begitu. Akan kusampaikan."
"Apa?"
"Kau ingin balas dendam, kan?" Kata Arete.
"Dia menulis sesuatu di kertas. Tiba-tiba sebuah pintu muncul."
"Ini pintu menuju tempatnya. Bawalah pulpen ini. Dan jangan bernapas." Kata Arete, Aku akan membiarkan pintu ini tetap terbuka.
Dare menatap Arete cukup lama.
"Tulislah sesuatu disana." Dare tersenyum dan menuliskan sesuatu.
Seseorang dikejauhan sedang duduk dia sedang membicarakan banyak hal. Tiba-tiba dia menjerit dan berubah seperti hantu-hantu yang dikirimkan Dera.
Dia meronta-ronta dan akhirnya lenyap.
"Ini dia." Mereka membawa seseorang perempuan disana.
"Baiklah akan aku tulis sesuatu." Dia menulis nama suatu tempat. Itu adalah nama suatu tempat.
"Ayo kirim mereka kesana." Kata Dare.
Mereka akhirnya dikirim ketempat dimana rumah Dare dulu berada. Di sana Dare dan orang itu akan hidup kembali.
Tapi, sayangnya rupa dari orang itu kini seperti hantu-hantu yang lain.