"Selamat ulang tahun, adikku tersayang. Kak Yafi bawa hadiah untukmu!"
Evelyn menatap antusias hadiah yang dibawa Kakak laki-lakinya. Hadiahnya adalah sebuah novel kerajaan yang ditulis oleh penulis favoritnya Evelyn.
Apalagi di novel berjudul "Kaisar Lin Zichen" itu ditandatangi langsung oleh penulisnya.
"Ini beneran buat aku?" tanya Evelyn shock sekaligus senang. Pasalnya, novel ini tidak dijual secara umum. Sang penulis menyatakan bahwa novel ini hanya ada satu di dunia. Dia menulisnya dengan mengeluarkan segala kemampuannya.
"Iya, sayang." Yafi mencubit hidung adiknya gemas. "Kak Yafi dapat novel itu dari lelang yang kemarin Kak Yafi datangi. Harganya cukup mahal, tetapi worth it untuk dibeli."
"Makasih banyak, ya, Kak." Evelyn memeluk Yafi erat. Ia bahagia memiliki Kakak laki-laki sebaik Yafi.
"Satu lagi. Penulisnya memberikan kalung juga untukmu."
"Kalung?"
"Iya, biar Kak Yafi bantu pasangin." Yafi mengeluarkan kalung permata berwarna ruby dari sebuah kotak yang nampak usang dan tua.
Meski kotaknya terlihat aneh, namun kalungnya sangatlah cantik dan menawan. Evelyn sampai terpesona cukup lama melihatnya.
"Indah banget," puji Evelyn.
Warna merahnya mengkilat dan memiliki daya tarik yang terlalu memikat. Evelyn sungguh takjub melihatnya.
"Sekarang kamu bacalah novel itu. Kak Yafi akan menemani kamu, sekalian menandatangi beberapa dokumen."
"Okay, Kak!"
Dengan sangat tidak sabar, Evelyn membuka sampul novel tersebut, lalu membacanya penuh antusias.
Beberapa jam berlalu, Evelyn masih saja membaca novel tersebut. Namun, saat novel tersebut hampir mencapai ending cerita, sesuatu yang aneh terjadi.
Tiba-tiba saja Evelyn merasa kalung permata ruby itu bereaksi tak masuk akal. Warna merahnya kian mengkilat. Perlahan warnanya semakin terang dan bersinar.
Yafi dan Evelyn sampai menutup mata mereka karena tidak tahan dengan cahaya yang terlalu bersinar terang.
Anehnya tubuh Evelyn terasa seperti ditarik kencang oleh sesuatu yang tak kasar mata.
"Kak? Ada apa dengan aku?" tanya Evelyn bingung.
Yafi menyadari hal itu. Lantas, pria tampan yang memiliki rambut sebiru langit itu berusaha menggapai Evelyn. Namun, usahanya sia-sia. Evelyn sudah menghilang terlebih dahulu, ditarik oleh cahaya merah dan masuk ke dalam kalung permata Ruby itu.
"EVELYN!" Teriakan Yafi menggema di ruangan berdesain elegan.
Dia mematung di tempat. Ini sulit diterima oleh nalarnya.
Tiba-tiba saja kalung itu bersinar terang dan menarik Evelyn. Kini Evelyn telah hilang di hadapannya secara langsung.
~~~~~~~~°°°°~~~~~~~~
Evelyn tidak mengerti hal yang terjadi padanya. Tiba-tiba saja cahaya merah kalung itu bersinar terang dan menariknya masuk ke dalam kalung. Kini ia melewati lorong-lorong merah yang aneh, lalu jatuh ke tempat asing begitu saja.
Evelyn mengamati pakaiannya yang berubah. Kemudian, ia memperhatikan sekelilingnya. Ada begitu banyak orang yang di ruangan ini. Mereka berpakaian cukup aneh menurutnya. Seperti pakaian tradisional tiongkok pada zaman kerajaan dulu.
"Siapa kamu? Aku tidak pernah melihatmu di pesta sebelumnya."
Evelyn terkejut mendengar suara yang tiba-tiba saja muncul. Ia menatap wanita cantik yang mengajaknya berbicara.
"A-aku Evelyn."
"Kamu nampak mencurigakan." Wanita bernama Lin Ziyi itu menyipitkan matanya. "Pengawal!"
Mata Evelyn melebar mendengarnya memanggil seorang pengawal.
"Aku bukan orang yang mencurigakan! Percayalah!" ucap Evelyn segera.
"Kalau begitu buktikan."
"Dia memang bukan orang yang mencurigakan." Suara khas pria yang entah milik siapa itu membuat Evelyn dan Lin Ziyi menoleh ke sumber suara.
Evelym terkejut saat menyaksikan Lin Ziyi membungkukkan badannya hormat pada pria tersebut.
"Salam,Yang Mulia Kaisar Lin Zichen," ucap wanita itu, membuat Evelyn terkejut tidak terkira.
Kaisar Lin Zichen, itu adalah nama tokoh dari novel yang dibacanya tadi. Setelah mengamati lebih detail mengenai penampilan pria itu, dia memang mirip dengan yang digambarkan di novel.
Itu artinya Evelyn telah masuk ke dalam dunia novel.
"Apa yang kamu lakukan? Cepat, tundukan kepalamu pada Yang Mulia!" bisik Lin ziyi pada Evelyn yang kebingungan.
"Tidak perlu," ucap Kaisar Lin Zichen. "Wanitanya kaisar tidak perlu menundukkan kepalanya padaku."
"Apa?"
Evelyn dan Lin Ziyi dibuat terkejut dengan pernyataan mendadaknya. Bahkan, Evelyn sampai melebarkan matanya shock.
"Apa aku perlu mengatakannya sekali lagi?"
"Tidak, Yang Mulia. Saya minta maaf." Lin Ziyi menundukkan kepalanya, merasa bersalah. Buru-buru dia meminta izin pamit karena malu sekaligus takut.
Usai kepergiannya, Kaisar Lin Zichen menatap Evelyn dengan tatapan yang sulit diartikan. Evelyn sampai gugup ditatap seintens itu.
"Itu ... sebelumnya aku minta maaf karena datang ke sini tanpa diundang. Dan ... aku juga ingin berterima kasih karena kam—Yang Mulia telah menyelamatkan saya." Evelyn menundukkan kepalanya. Hampir saja ia keceplosan dengan memanggil Kaisar Lin Zichen dengan kata 'kamu'.
"Menyelamatkan? Aku tidak menyelamatkan siapapun. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
"Hah? Apa maksudnya?"
Bibir Kaisar Lin Zichen melengkung ke atas, membentuk senyuman. Dia meraih tangan Evelyn. Lalu, tanpa diduga, dia mencium punggung tangan Evelyn.
"Aku telah menunggu kedatanganmu sekian lama, Evelyn."
Aneh.
Evelyn yakin, dia belum menyebutkan namanya. Lantas, mengapa Kaisar Lin Zichen mengetahui namanya?
Evelyn menghempaskan tangan Kaisar Lin Zichen. Ia menatap pria di depannya dengan mata curiga.
"Kenapa bisa tahu namaku?"
"Aku tahu segalanya tentangmu." Kaisar Lin Zichen tahu, kecurigaan Evelyn sangatlah kuat. Terbukti dari mata Evelyn yang memancarkan kewaspadaan padanya.
"Aku tidak mengerti maksudnya."
"Kamu tidak perlu mengerti. Yang pasti, kamu dan aku akan menikah sebentar lagi. Pesta ini pun dibuat untuk merayakan kedatanganmu di dunia ini."
Ini tidak masuk akal. Ucapannya seolah mengatakan bahwa kedatangan Evelyn ke dunia novel ini adalah rencana Kaisar Lin Zichen.
Tapi, yang pasti, Kaisar Lin Zichen benar-benar ingin menikahinya dan menjadikannya sebagai permaisuri.
Tiga hari berlalu sejak kedatangan Evelyn ke dunia novel. Di hari ketiga ini adalah hari pernikahan Evelyn dan Kaisar Lin Zichen.
Kaisar Lin Zichen memiliki wajah yang sangat tampan dan usia yang masih muda. Namun, Evelyn enggan menikah dengannya. Evelyn hanya ingin kembali ke dunia nyata.
"Berhentilah berpikir bahwa kamu bisa kembali ke duniamu. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," ucap Kaisar Lin Zichen tegas.
"Kenapa? Kamu tidak berhak memaksaku berada di sini."
"Aku mencintaimu. Alasan itu cukup membuatmu harus berada di sini."
"Keterlaluan!" Evelyn sudah muak dengan paksaannya. "Kamu tidak bisa memaksaku menikah denganmu!"
"Kamu tidak punya hak untuk menolak."
"Aku akan mencari cara sendiri agar bisa kembali ke dunia asalku." Kalau kalung permata ruby itu membuatnya ke dunia novel, maka kalung itu juga pasti bisa membuat Evelyn kembali ke dunia nyata.
Evelyn hanya perlu mencari keberadaan kalung permata ruby itu.
Evelyn tidak mau menikah dengan pria yang tidak dia cintai, meskipun Kaisar Lin Zichen memiliki wajah yang sangat tampan.
"Lakukanlah kalau kamu bisa."
Mendadak Kaisar Lin Zichen merasakan sesuatu yang tidak beres.
Seperti ada seseorang yang mengawasi mereka sekarang. Tidak, bukan hanya seseorang, tapi satu kelompok.
Benar saja dugaannya itu. Kaisar Lin Zichen dan Evelyn diamati oleh sekelompok orang. Sekelompok orang itu mulai menyerang Evelyn dan Kaisar Lin Zichen. Kaisar Lin Zichen langsung menghadang mereka dan melindungi Evelyn.
Para pengawalnya tidak ada, hilang entah ke mana. Kemungkinan mereka sudah diserang terlebih dahulu.
Awalnya Kaisar Lin Zichen mampu menangani para pembunuh bayaran itu. Namun, salah satu pembunuh bayaran itu menargetkan Evelyn. Karena itu, Kaisar Lin Zichen langsung menghadangnya tanpa mempedulikan dirinya sendiri.
Dia berhasil menyelamatkan Evelyn, tetapi sebagai gantinya, Kaisar Lin Zichen sendiri yang terkena tusukan pedang tepat di jantungnya.
Kaisar Lin Zichen menahan perih akibat tusukan itu. Ditambah lagi dengan racun yang menyebar di tubuhnya. Ternyata pedang ini sudah diolesi racun.
Para pembunuh bayaran kian menyerang Kaisar Lin Zichen secara brutal.
Di sisi lain, air mata Evelyn mengalir sangat deras. Tak pernah ia sangka, Kaisar Lin Zichen akan mengorbankan hidupnya hanya untuk menyelamatkan Evelyn.
"Evelyn, maaf, aku tidak bisa melindungimu lagi." Tangan besar milik Kaisar Lin Zichen menyentuh wajah cantik Evelyn. Tangannya dipenuhi darah, membuat wajah Evelyn menjadi kotor.
Namun, Evelyn tidak peduli dengan hal itu. Ia lebih peduli dengan luka parah yang dialami Kaisar Lin Zichen. Air mata mengalir deras, membasahi pipi Evelyn.
"Kenapa kamu menyelamatkanku? Kenapa?" Suara Evelyn menjadi parau. Dadanya berdenyut nyeri menyaksikan darah yang mengalir deras layaknya air terjun di tubuh sang Kaisar.
"Aku sungguh mencintaimu, Evelyn. Kamu tidak tahu, berapa lama aku menunggu kedatanganmu sejak kehidupan sebelumnya."
Kehidupan sebelumnya, ya?
Evelyn tidak ingat apa-apa. Tetapi, dadanya terasa sangat sesak. Dia merasakan kehilangan yang mendalam. Kesedihan yang dirasakannya pun sulit didefinisikan.
"Aku akan mengembalikanmu," lanjut Kaisar Lin Zichen berbicara.
Dia mengambil kalung yang selama ini disembunyikan dibalik pakaiannya. Kalung itu adalah kalung permata ruby yang telah membawa Evelyn ke dunia novel.
"Kenapa kalung itu ada di kamu?"
"Maaf, aku sengaja menyembunyikannya. Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Kamu sebentar lagi akan kembali ke duniamu."
"Bagaimana kalau aku bilang, aku tidak mau kembali ke duniaku?"
Setelah Kaisar Lin Zichen menyelamatkannya, Evelyn tidak mungkin bisa kembali ke dunia asalnya. Hatinya terasa berat seolah terdapat beban yang ditanggungnya.
"Kamu harus kembali, agar kamu tidak mati di sini."
"Lalu, bagaimana denganmu?" Air mata Evelyn tidak mau berhenti, justru semakin deras. "Aku akan selamat jika kembali ke duniaku. Lalu, bagaimana denganmu? Kamu akan mati di sini."
Senyuman lemah terbit di bibir Kaisar Lin Zichen.
"Tidak apa-apa, asalkan kamu selamat."
"Omong kosong! Aku tidak mau kembali lagi!"
Kaisar Lin Zichen memasang kalung permata ruby di leher Evelyn dengan paksa. Dalam sekejap kalung itu memancarkan cahaya merah yang menyilaukan, seperti terakhir kali Evelyn melihatnya.
Evelyn berteriak sangat keras. Ia berusaha melepaskan kalung itu sekuat tenaga. Akan tetapi, percuma, dia tidak bisa melepasnya selagi kalung itu bekerja.
Kalung itu menciptakan cahaya terang sembari menarik Evelyn masuk ke dalamnya. Evelyn melihat senyum lemah Kaisar Lin Zichen sebelum detik-detik kematian pria itu.
Kalung permata ruby itu membawanya melewati lorong merah dimensi ruang-waktu yang menghubungkan dunia novel dengan dunia nyata. Ia pun kembali ke dunia nyata.
Evelyn terbangun dari tidurnya dan duduk di atas kasur. Yafi langsung memeluk tubuhnya erat saat melihatnya terbangun.
"Syukurlah, kamu bangun. Kakak sangat khawatir. Kamu tiba-tiba saja menghilang, lalu muncul begitu saja." Yafi sangat senang melihat adik perempuan satu-satunya kembali ke sisinya.
Sementara itu, air mata Evelyn lagi-lagi mengalir. Seharusnya Evelyn bahagia telah kembali ke dunia asalnya, tetapi ia justru merasakan sakit yang luar biasa. Bagian dari hatinya terasa ada yang menghilang.
Gara-gara Evelyn, Kaisar Lin Zichan sampai mengorbankan nyawanya sendiri.
"Tunggu," gumam Evelyn.
Mungkin saja Evelyn bisa kembali ke dunia novel dan menolong Kaisar Lin Zichen.
Lantas, Evelyn langsung membaca novel itu lagi sembari terus mengenakan kalung permata ruby. Namun, meski membaca berulangkali pun, ia tetap tidak bisa kembali ke dunia novel.
Evelyn menangis histeris. Ia sampai memukul-mukul dadanya, berharap rasa sakit di hatinya berakhir. Sementara itu, Yafi memeluk Evelyn erat sembari mencoba menenangkannya.
Kaisar Lin Zichen, mungkin dia tidak akan pernah tahu ini. Namun, Evelyn telah menyadarinya sekarang.
Bahwa, kini ia telah jatuh hati padanya.
Evelyn telah mencintai Kaisar Lin Zichen.