Malam di kota Surabaya yang penuh dengan hiruk pikuknya.....
Namaku adalah GHEA AMANDA, aku berasal dari kota sebelah yang harus menempuh 4 jam perjalanan untuk sampai di kota Surabaya.
Aku adalah seorang karyawan di sebuah pabrik di kota ini, aku di sini tinggal di kos-kosan tak jauh dari tempat tinggal kakak laki-lakiku.
Alih-alih memilih tinggal bersamanya, aku lebih memilih tinggal sendirian di kos dan itu lebih membuatku nyaman melakukan "apapun" dalam artian positif.
"Haih.... Masuk sift malam lagi.... ". Keluhku yang tak begitu suka jika harus mendapatkan sift malam hari, tapi memang kita tidak bisa memilih kecuali berganti sift dengan teman yang membutuhkan.
Aku pun harus berjalan beberapa menit untuk sampai di pabrik tempatku bekerja. Tapi tidak masalah, banyak orang yang masih berlalu lalang di jalan besar ini, dan itu membuatku tidak takut.
"Woy Ghe.... ". Teriak seseorang memanggilku dengan penuh semangat.
Aku seketika menghentikan langkahku dan menoleh, terlihat sahabatku yang sedang ngos-ngosan karena berlari mengejarku.
"Hosh hosh, kamu budek apa ya, di panggil sedari tadi gak denger". Cercanya kesal dengan masih berusaha mengatur nafas.
"Hehehe, santai bestie..... ". Balasku dengan ketawa renyah dan itu membuat sahabatku itu semakin sebal.
"Udah ah, ayo berangkat keburu ganti shift ntar". Ucapku yang langsung merangkul pundaknya tak memperdulikan raut wajahnya yang masih terlihat jelas kekesalan di sana. Tapi herannya dia tetap saja nurut, dia emang sahabat yang unik, aaah hampir lupa namanya RINA MARLINA dan aku biasa memanggilnya RINA.
Dia gadis yang cukup cerewet, ceria dan yang paling penting dia adalah sahabat yang sangat bisa di andalkan dalam segala hal.
Beberapa jam telah berlalu dan kini sudah menjelang pagi, waktu shift ku sudah habis di gantikan dengan shift pagi.
Aku dan Rina kembali berjalan pulang tapi sebelum itu kita mampir di sebuah warung untuk mencari makan, warung ini adalah langganan para karyawan pabrik untuk mengisi perut mereka yang kelaparan.
"Buk bungkus ya 2,ini uangnya". Ucap Rina dengan lantang tak peduli orang lain yang bakal kaget karena suara cempreng nya.
"Siap neng Rina.... ". Jawab ibu Hesti pemilik warung yang jelas sudah hafal betul dengan kedua gadis bujang seperti kami.
Drrt drrt
"Ya hallo? ". Tanpa melihat siapa yang menelepon aku langsung mengangkatnya.
"Ghe... Ini mas, aku punya temen nih pingin kenalan katanya sama kamu, gimana? Mau gak? ". Ucap mas Yono kakak lelakiku dengan to the point.
"Maksud mas apa sih? ". Ucapku yang masih gak faham sambil melihat kembali ponselku yang nyala, kupikir aku salah dengar ternyata beneran itu mas Yono.
"Haih... Intinya ada yang mau kenalan sama kamu, temen mas, kalau minat segera ke sini ntar,kalau gak salah ingat kamu masuk malam kan minggu ini? ". Ungkapnya, ya... Mas sangat tau jadwalku kerja, karena di selalu memantauku mau gimanapun ia adalah satu-satunya keluarga yang aku punya di sini.
"Hm baiklah, ntar tak telepon kalau aku minat mas, ini aku mau pulang dulu ya, capek baru keluar pabrik". Jawabku sedikit mengulur waktu.
"Ya, segera istirahat, mas tunggu ya kabare". Jawab mas dan mematikan sambungan teleponnya.
"Siapa Ghe? ". Tanya Rina penasaran dengan menatapku.
"Mas.... ".
"Ini mbak makanannya". Ucapanku terpotong sama ibu Hesti pemilik warung.
"Ah iya buk, trimakasih ya". Jawab kami dengan tersenyum manis menerima bungkusan nasi yang di sodorkan.
Kami kembali berjalan ke kos yang sudah terlihat di depan sana.
"Habis ini cerita yak". Cecar Rina dengan tingkat kekepoan yang tinggi lalu pergi ke kamarnya sendiri yang berada di samping kamarku.
"Iya, ish!! ". Kadang jengkel juga kalau menghadapi Rina yang mode kepo maksimal kayak gitu berasa di tagih rentenir. 😅
Dan benar saja, tak berapa lama si Rina dateng ke kos dengan membawa bungkus makanan yang tadi kita beli.
"Astaga Rina..... ". Ucapku dengan menepuk jidat tak habis pikir dengan kelakuannya.
"Gak usah protes ayo cerita". Ketusnya.
"Haiih, iya iya, mas Yono telepon katanya ada temennya mas yang pingin kenalan sama aku, menurutmu gimana? ". Ucapku dengan lancar dan berakhir meminta saran.
"Ya gak apa sih menurutku, toh cuma kenalan dulu, kalau cocok ya lanjut kalau gak ya udah". Saran Rina sambil mulai memakan makanannya dengan lahap.
"Hmm, ya udah deh, habis ini tak telepon mas". Jawabku lalu memakan makananku.
Sekarang sudah pukuk 10 pagi dan aku baru saja bangun dari tidurku, mau bagaimana lagi karena shift malam jadi harus pandai mengatur waktu istirahat agar tidak sakit.
Setelah tadi aku menelpon mas Yono, aku bilang akan ke tempatnya dan berkenalan dengan orang yang mas maksud di jam 11 siang.
Aku bersiap untuk pergi sekarang, lalu aku menaiki kendaraan umum untuk mencapai tempat itu.
Saat aku sampai di tempat mas Yono terlihat di sana bukan hanya ada mas saja tapi ada lagi seorang laki-laki dewasa yang terlihat menawan di mataku meski sebenarnya dia biasa saja sih tapi entah dari segi mananya aku melihat dia adalah pria yang menawan. Ya.... Lelaki itu adalah orang yang ingin berkenalan denganku.
Dari situlah kami mulai akrab, dia sering mengajak aku pergi jalan-jalan setiap aku libur, dia adalah sosok yang sangat baik dan kebapakan menurutku. Semua kriteria yang aku cari ada di dia sebab itu saat dia melamarku aku langsung menerimanya, tak butuh waktu lama untuk kami saling mengenal, hanya 1 bulan saja.
Hari pernikahan sudah di tentukan, yaitu 1 minggu dari lamaran yang ia ajukan padaku dan mas Yono sebagai wali.
1 minggu kemudian....
Hari yang di tunggu tiba, hari dimana aku akan menikah dengan seseorang yang terbaik menurut kami. Tapi herannya kami hanya akan menikah secara agama saja alias nikah siri, sampai di situ aku masih belum tau dan mengerti, kenapa?
Dan mas ku bilang, ini hanya sementara sambil menunggu surat-surat jadi, gak masuk akal memang tapi entah kenapa kita bisa percaya begitu saja.
Akhirnya pernikahan tetap di laksanakan meski dengam nikah siri, aku berhenti bekerja di pabrik karena dia memintaku begitu, selama ini aku bahkan tidak tau keluarga yang katanya ada di kampung dan tak bisa hadir saat pernikahan karena jarak yang jauh.
Dan di sini dia juga ngekos, tapi tiap berapa hari sekali dia gak pulang bilangnya ada urusan sama kantor tempatnya bekerja.
Puncaknya saat aku baru tau kalau aku sedang hamil dan saat itu juga aku tau kalau dia suamiku adalah suami orang, bahkan ayah dari seorang anak perempuan yang sudah menginjak SD kelas 6.
Terpukul? Marah? Kecewa? Merasa bodoh? "
Jawabnya adalah ya, hancur, semuanya telah hancur, istrinya mendatangiku dan memakiku, mengecap ku seorang pelakor padahal di awal suamiku yang juga suaminya mengaku bahwa dia adalah seorang duda.
Bodoh, penyesalan selalu mengganggu hati dan pikiranku. Setelah aku tau bahwa suamiku masih memiliki istri, aku pun pergi ke rumah mas dan tinggal di sana. Awalnya mas ku tidak tau apa yang terjadi padaku hingga suatu malam ia mendengarku menangis sampai terisak dan dari situlah ia mencecarku dengan berbagai pertanyaan hingga aku tak bisa untuk tidak cerita semua yang terjadi padaku.
Aku berusaha untuk tegar dan menjalani hidupku tanpa suami, masku tak pernah bilang dimana aku berada ada suamiku yang sering mencariku ke tempatnya. Meski sudah di pukul dan di maki sama mas Yono, ia tidak kapok dan tetap mencariku.
Aku melarikan diri dengan status yang masih menggantung, aku masa bodoh akan hal itu.
Berhati-hatilah hai kita wanita, jangan hanya percaya pada mulut manis seorang lelaki, kalau mereka bisa memilih bibit bebet bobot maka itu juga berlaku pada kita wanita.
Laki-laki bebas memilih tapi wanita bebas menentukan.
End.