Rafael Putra Firmansyah, seorang anak kelas X yang pindah ke sekolah asrama yang berada di Desa Langit. Nama sekolah itu adalah Highly Education Boarding School. Sekolah ini termasuk bagus, memiliki 4 lantai dengan halaman yang luas.
Sejak awal Rafa masuk ke sekolah ini memang ada yang terasa aneh, mulai bertemu dengan seorang siswa yang selalu bertingkah aneh sampai Rafa mimpi buruk pada malam pertama dia tidur di asrama.
Mimpi yang dialami Rafa adalah seorang perempuan dengan tudung putih menutupi wajahnya, bajunya tidak terlihat karena perempuan itu memakai jubah putih yang panjangnya menutupi seluruh badan sampai kakinya. Di bawah perempuan itu ada seorang remaja yang tangan dan kakinya diikat dengan rantai, sedangkan di lantai tempat remaja itu diikat ada sebuah gambar bintang segi delapan, yang dibuat dengan darah. Sungguh mimpi yang aneh.
Di asrama Rafa memiliki teman sekamar bernama Amel. Di kelas barunya yaitu kelas XC. Dia berteman dengan Bayu si narsis, Dita si misterius, dan Nino sang ketua OSIS.
Setelah tiga hari Rafa bersekolah di sana, secara tiba-tiba kakak dan adiknya datang. Mereka mengatakan agar Rafa harus pulang karena kedua orang tua mereka khawatir. Rafa tentu saja menolak.
Dia lebih suka sekolah di sini karena Rafa tidak mau hidupnya dikekang oleh kedua orang tuanya. Dengan terpaksa kakaknya yang bernama Dimas dan adiknya Mega juga pindah ke sekolah itu.
Setelah perdebatan kecil itu, Rafa pun pergi ke toilet yang berada di lantai satu. Sekarang hari masih sore tepatnya pukul lima sore. Hanya ada beberapa anak-anak yang berlalu lalang di lantai satu.
Saat Rafa sudah sampai di toilet, dia mencuci wajahnya dan melihat dirinya sendiri di pantulan cermin di depannya.
Toilet terasa sangat sunyi dan sepi, tapi entah kenapa agak dingin. Ketika Rafa akan keluar, secara tiba-tiba pintu toilet di belakangnya tertutup sendiri dengan sangat keras hal itu tentu saja membuat Rafa kaget.
Rafa meraih pegagan pintu, pintunya terkunci, tidak bisa dibuka. Udara tiba-tiba terasa jauh lebih dingin, tetapi Rafa berkeringat. Rasanya tubuh Rafa memanas padahal jelas-jelas tubuhnya dingin. Hingga....
Kreck....kreck...kreck...
Rafa mendengar suara dari kaca di depannya, Suara itu seperti sebuah cakaran, saat Rafa menoleh dia melihat sebuah tulisan yang dibuat dari darah. Tulisan yang jelas-jelas tadi tidak ada di sana. Tulisan itu bertuliskan.
Dia yang merasa bodoh akan datang
Dia yang merasa pintar akan menghindar
Tiba-tiba pintu yang dipegang Rafa terbuka dengan sendirinya dan membuat Rafa oleng hingga jatuh keluar.
Saat Rafa mendongak dan melihat ke atas dia melihat wajah datar tanpa ekspresi milik temannya, Nino. Nino tampak heran tapi tertutupi dengan wajah datarnya itu.
"Kenapa?" tanyanya.
Rafa yang baru sadar kalau dia jatuh ke lantai dengan segera langsung berdiri dengan menepuk-nepuk bajunya yang berdebu.
"Nggak, nggak papa kok," kata Rafa sambil melirik ke belakang. Saat Rafa melihat ke arah cermin di belakangnya, tulisan itu hilang tak berbekas, seolah-olah memang tidak ada tulisan di sana. Rafa akhirnya berjalan menjauh dari toilet.
Saat Rafa berjalan di koridor lantai dua, dia mencium aroma yang aneh, seperti sesuatu yang terbakar tapi tidak ada api ataupun asap di sekitar Rafa. Aroma itu semakin kuat saat Rafa berjalan ke depan dan Rafa berhenti tepat di depan pintu kamar nomer 7.
Tapi entah kenapa Rafa merasa kalau aroma yang dia cium itu berasal dari kamar nomer 7. Rafa sempat binggung karena kamar nomer 7 itu kamar kosong, apa mungkin ada yang terbakar di kamar kosong lagipula kamarnya juga dikunci, tapi kalau memang ada yang terbakar gimana, pikir Rafa .
Saat Rafa bingung, secara ajaib pintu itu terbuka sendiri, seolah-olah menyuruh Rafa untuk masuk, tentu saja Rafa terkejut. Bagaimana mungkin kamar yang dikunci bisa terbuka sendiri? Rafa masuk ke dalam kamar nomer 7 itu. Saat Rafa masuk aroma terbakar itu semakin kuat tetapi tetap tidak ada asap di kamar itu. Tidak ada yang istimewa dari kamar itu kecuali ada banyak debu disekitarnya.
Tapi ada sebuah kertas di meja belajar. Ketika Rafa mendekat dan melihat kertas itu, dia merasa aneh karena kertas yang ada di meja itu nampak baru.
Saat Rafa hendak mengambilnya, tiba-tiba ada tangan yang menyentuh kakinya, dingin sangat dingin. Bukan hanya itu. Rafa juga tau kalau tangan itu memiliki kuku yang panjang.
Tapi tak lebih dari 3 detik tangan itu melepaskan kakinya. Dan detik itu juga bau hangus yang dicium Rafa sudah tidak ada lagi.
Sewaktu Rafa ingin menoleh kebawah, ada yang memegang bahunya, Rafa tersentak dan menoleh ke arah tangan itu, dan akhirnya Rafa melihat orang yang memeganginya.
"Ngapain masuk ke kamar ini? Kan nggak boleh," suara seorang perempuan. Ya perempuan itu Amel, teman sekamar Rafa.
Rafa terdiam tapi tangannya langsung mengambil kertas yang ada di meja. Setelah itu, dia dan Amel keluar dari kamar nomer 7 tak lupa menutupnya kembali.
Saat sudah berada di luar Rafa membuka kertas itu. Kertas itu berisi tulisan dengan tulisan yang jelek, meskipun jelek Rafa masih bisa membacanya, Tulisan itu bertuliskan.
Sesuatu yang tidak akan disentuh atupun dibaca.
Berada di bawah dan paling gelap
Angka 7 akan menjelaskan segalanya
Rafa seolah diberi sebuah teka-teki dari tulisan yang dia lihat di toilet dan sekarang tulisan dari kamar yang baru saja dia masuki.
Saat Rafa sedang berfikir dia tidak tau kalau sudah ada 3 orang disekelilingnya, hingga salah satu dari mereka berkata.
"Tulisannya jelek banget, lebih jelek dari tulisan gue. Siapa tuh yang nulis?" Orang yang baru saja berbicara itu adalah Bayu.
......
Disinilah Rafa berada sekarang didepan perpustakaan lama dilantai tiga kenapa Rafa bisa berada di sini jawabannya mudah karena tulisan dan kertas yang Rafa temukan jika digabungkan maka akan mengarah kesini perpustakaan lama.
Rafa tidak sendirian sekarang, karena ke-empat temannya ikut bersamanya sebenarnya Rafa tidak ingin memberi tau mereka soal masalah ini tapi mereka ber-empat sudah mengetahuinya karena mereka juga membaca kertas yang dibaca Rafa saat dilantai dua.
Bahkan Bayu bersemangat saat tau kertas itu berisi teka-teki, walaupun dia tidak berhasil menembaknya.
Saat ini pukul setengah delapan udara disini sangat dingin karena tidak ingin membuang waktu lebih jauh mereka berlima segera memasuki perpustakaan itu, sebenarnya pintu perpustakaan dikunci tapi entah darimana Nino mempunyai kunci cadangannya.
Saat pintu terbuka mereka disambut oleh banyaknya debu yang berterbangan dan banyaknya buku yang telah usang.
Mereka berjalan melewati beberapa rak buku hingga sampailah di rak buku nomer 7.
Rak buku ini sebenarnya tidak berada dipojokan ruangan tapi entah kenapa Rafa merasa tidak enak berada disana Rafa merasa jika dirinya sedang diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Saat sudah sampai di rak nomer 7 mulailah mereka mencari buku ketujuh di rak buku paling bawah, saat mereka menemukan buku itu Dita mengambilnya dan membuka halaman demi halaman dengan cepat.
Dan saat Dita membuka halaman terakhir ada sebuah kertas yang jatuh dari halaman itu sontak Rafa mengambilnya dan membacanya
Saat bintang merah bersinar
Saat itulah kekacauan datang
Tali akan putus, kaca akan pecah
Warna merah dimana-mana
Ketakutan dan kesedihan, hanya itu emosi yang ada .
Dan puncaknya adalah kegelapan abadi
Setelah Rafa selesai membaca tulisan itu. Angin datang dengan sangat kencangnya bahkan menerbangkan beberapa buku dan secara tiba-tiba ada sebuah simbol aneh dibawah kaki mereka, simbol itu berwarna merah darah. Simbol itu bersinar dengan sangat terangnya hingga membuat Rafa dan teman-temannya menutup mata.
Tapi sebelum Rafa menutup mata dia melihat seseorang tersenyum diantara rak-rak buku, seorang wanita, wanita itu tersenyum kemenangan
Dan saat simbol itu menghilang, mereka juga menghilang hanya meninggalkan debu dan buku yang berserakan .
•••