Hari ini sangat cerah dimana sinar matahari mulai menyapaku, angin bertiup agak kencang membuat daun di pohon berterbangan, dan di sekelilingku hanya ada pohon di sekitar jalan aspal.
Aku menuju ke sebuah desa terpencil yang terletak di hutan, alasanku ke desa terpencil karena aku dan rekan kerjaku ditugaskan untuk mensurvei lokasi desa tersebut untuk perbaikan jalan desa tersebut.
Pada akhirnya aku sampai di depan jalan setapak, terlihat ada dua orang yang sedang menungguku, mereka adalah adalah rekan kerjaku, orang yang berkulit putih bernama Angga, sedangkan orang yang paling tinggi diantara kami bernama Sultan.
Angga mulai menatapku dan mulai berbicara. “Astaga, Bhima kamu lambat sekali.” mendengar hal itu aku hanya bisa tersenyum, Angga kembali bertanya kepadaku. “Emang apa yang membuatmu lama sekali datang ke sini?”.
Aku pun menjawab pertanyaan Angga. “Tadi aku terjebak dalam kemacetan, hehehe maaf yaa.” Angga mengangguk kepala mempercayai perkataanku
Sultan yang tadinya diam mulai berbicara. “Kalian berdua ayo cepat ke desa berikutnya.” mendengar hal itu kami pun langsung menjalankan motor masing-masing.
Kami melewati jalan setapak yang sangat sulit dilewati, aku sebenarnya agak bingung kenapa desa lain melarang kami untuk ke desa ini, karena setelah aku selesai mensurvei desa lain, mereka selalu memperingatkan kamu bertiga agar tidak ke desa ini.
Tetapi kami tetap ke desa ini, karena kami ditugaskan di desa ini untuk mensurvei lokasi desa tersebut, setelah beberapa menit pada akhirnya kami sampai di desa, banyak lirik mata memandangi kami, sampai ada satu orang menghampiri kami.
Sultan langsung memarkirkan motornya dan mulai berbicara kepada orang yang menghampiri kami. “Permisi pak, kami mau bertemu dengan pak RT di desa ini.” orang itu mendekat kearah Sultan.
“Kebetulan saya pak RT di desa ini, ada keperluan apa ya?” ucap Pak RT Sultan langsung melirik kearah ku aku pun mulai mendekat ke arah Sultan.
Aku pun mulai berbicara. “Ini pak kami mau survei lokasi dan jalan akses di desa ini, agar dalam waktu dekat jalan ini diperbaiki.” pak RT tersenyum mendengar tujuan kami datang di desa ini.
RT mulai berbicara kepada kami. “Kalian pasti lapar, ayo ke rumah saya.” aku dan Angga berjalan ke arah rumah, pak RT sedangkan Sultan tidak ikut makan karena katanya mau ambil foto lokasi.
Kami masuk ke rumah pak RT yang terbuat dari kayu, aku melihat di dinding ada panjangan seperti kulit tapi berukuran sangat besar, tapi aku tidak terlalu memikirkannya, istri pak RT membawakan makanan untuk kami.
Kami berdua makan dengan lahap, setelah selesai makan kami merasakan kami mulai kehilangan kesadaran dan mulai terjatuh pingsan, kami terbangun di sebuah tempat yang dinding terbuat dari batu, kami diikat dengan tali.
Aku mulai menatap sekeliling dan melihat Angga belum terbangun dari pingsannya, aku mulai berteriak. “Woi, lepaskan kami!.” dari kejauhan pak RT datang dengan senyum tipisnya.
Pak RT yang sudah mendekat mulai berbicara kepada kami. “Kalian adalah korban selanjutnya, nikmati sisa hidup kalian disini.” pak RT membalikkan badannya dan mulai pergi dari tempat ini.
Angga mulai terbangun dari pingsannya, dan dia mulai tersadar apa yang terjadi dia sangat panik, tetapi kami tidak bisa melakukan apa-apa, karena kedua tangan, dan kaki kami diikat dengan erat.
Keringat memenuhi wajah kami, dan tiba-tiba suara langkah kaki terdengar, kami mengira bahwa ini adalah akhir dari hidup kami, karena kami pikir yang datang adalah pak RT, ternyata yang datang adalah Sultan.
Sultan mulai mendekat dan melepas ikatan tali kami, wajah Sultan sangat waspada terhadap sekitar, Sultan mulai berbicara kepada kami. “Maaf ya, aku tidak langsung menolong kalian.”
Angga mulai berbicara dengan wajah serius. “Kita harus cepat-cepat pergi dari desa ini, tapi bagaimana caranya kita mengambil motor dari mereka.” aku melihat Sultan hanya menggelengkan kepalanya.
Sultan mulai berbicara dengan kesal. “Motor kita dihancurkan oleh mereka, jadi kita hanya bisa berlari meninggalkan desa ini.” mendengar hal itu kami berdua mulai terdiam memikirkan cara pergi dari desa ini.
Sultan mulai kembali berbicara kepada kami. “Aku tadi menguping pembicaraan warga desa, katanya sekarang lagi ada acara ritual yang harus diikuti semua warga desa.” kami memutuskan untuk kabur sekarang.
Angga mulai menatapku dan mulai berbicara. “Bhima, kudengar kamu punya nomor telepon polisi terdekat?” aku mengangguk membenarkan ucapan Angga, Angga mulai berbicara lagi. “Cepat telpon sekarang juga!”
Aku pun menelpon polisi dan memberitahukan apa yang terjadi kepada kami, aku sedikit bingung saat polisi meminta bukti, mengetahui itu Sultan langsung mengambil hpku dan berkata. “Pak mohon datang dulu, saya punya buktinya.” mendengar hal itu polisi pun menuju ke arah desa ini.
Kami keluar dari sebuah gua dan melihat di desa sangat sepi dan ini adalah kesepakatan untuk kabur, aku melihat motor kami yang udah hancur tetapi kami tetap berlari, meskipun jalan disini sangat sulit namun kami tidak menyerah untuk pergi dari desa ini.
Ada suara di belakang kami ternyata warga desa mengejar kami sampai membawa golok dan obor, melihat itu kami dengan panik dan ketakutan berlari sekuat tenaga, pada akhirnya kami keluar dari desa itu.
Kami pun jadi lega saat melihat tiga mobil polisi udah menunggu kami, warga desa tidak mengikuti kami lagi, dan Sultan memberikan semua bukti dari foto dan video, hal yang paling mengejutkan adalah salah satu video menampilkan cara pak RT memegang kepala orang.
Atas bukti dari Sultan polisi menindak lanjuti kasus ini, kami pulang dengan selamat meskipun begitu kejadian itu tidak dapat kami lupakan.