Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan dan hutan, hiduplah dua sahabat, Eunjin dan Sunghoon. Mereka telah berteman sejak kecil, berbagi tawa, rahasia, dan mimpi. Setiap hari, mereka menghabiskan waktu bersama, menjelajahi alam, dan berbagi impian tentang masa depan.
Namun, seiring berjalannya waktu, kehidupan mulai membawa mereka ke jalur yang berbeda. Eunjin diterima di universitas impiannya di kota besar, sementara Sunghoon memilih untuk tinggal di kota kecil mereka dan membantu orang tuanya mengelola bisnis keluarga. Saat Eunjin mempersiapkan kepindahannya, suasana hatinya campur aduk. Ia senang dengan peluang baru, tetapi juga merasa kehilangan Sunghoon.
Hari keberangkatan Eunjin tiba. Mereka berdiri di stasiun kereta, saling memandang dengan mata yang penuh haru.
“Di dunia ini, hanya kita berdua,” kata Sunghoon dengan suara pelan, mencoba menahan air mata.
Eunjin mengangguk, merasa berat meninggalkan sahabat terdekatnya. “Kau tahu, semuanya tidak sama seperti sebelumnya,” jawabnya. “Semua kenangan kita… itu yang akan selalu membawaku pulang.”
Kereta datang, dan saat Eunjin melangkah ke dalam, ia merasa seolah meninggalkan separuh dirinya di belakang. Sunghoon melambai, meski hatinya hancur. Ia tahu bahwa dunia mereka tidak akan pernah sama lagi.
Sejak saat itu, mereka berusaha menjaga hubungan mereka, meski jarak memisahkan. Mereka berbicara lewat telepon dan video call, tetapi setiap percakapan terasa berbeda. Eunjin terjebak dalam kehidupan barunya yang sibuk, sementara Sunghoon merasa terasing dalam rutinitas yang monoton. Mereka berdua merindukan momen-momen sederhana yang mereka nikmati sebelumnya.
Suatu malam, setelah berbulan-bulan berpisah, Eunjin mendapat ide. Ia ingin mengejutkan Sunghoon dengan kunjungan tak terduga. Ia membeli tiket pulang dan merasa berdebar-debar saat kereta mendekati stasiun kota kecil mereka. Ketika ia keluar dari kereta dan melihat Sunghoon menunggu di peron, semua rasa rindu dan kesedihan seakan sirna.
“Eunjin!” seru Sunghoon, wajahnya bersinar penuh kegembiraan. Mereka saling peluk erat, merasakan kehangatan satu sama lain.
Namun, saat mereka duduk di bangku taman yang biasa mereka kunjungi, rasa canggung mulai mengisi udara. “Kau tahu,” kata Sunghoon, “semuanya tidak sama seperti sebelumnya.”
Eunjin mengangguk, menatap jauh ke arah langit malam. “Seperti sebelumnya,” katanya. “Tapi aku ingin kita menemukan cara untuk membuat ini menjadi sama lagi.”
Mereka berbicara hingga larut malam, mengenang kembali semua kenangan dan merencanakan masa depan. Meskipun dunia mereka telah berubah, mereka berkomitmen untuk saling mendukung, apapun yang terjadi.
Ketika malam berakhir dan saatnya bagi Eunjin untuk kembali, mereka berdua tahu bahwa meskipun segalanya tidak sama, cinta dan persahabatan mereka akan selalu kuat.
“Di dunia ini, hanya kita berdua,” Sunghoon berbisik saat Eunjin naik ke kereta. Eunjin tersenyum, merasakan kehangatan harapan. “Selamanya, hanya kita berdua,” jawabnya.
Mereka berdua tahu bahwa, meskipun waktu dan jarak dapat mengubah banyak hal, mereka selalu memiliki satu sama lain, dan itu adalah segalanya.