Di suatu senja yang tenang, Avery duduk di tepi jendela kamarnya. Langit di luar mulai gelap, dan lampu kota menyala satu per satu, membentuk kilauan yang menenangkan. Namun, hati Avery justru dipenuhi kegelisahan yang tak kunjung reda. Di kepalanya, semua kenangan pahit dan kekhawatiran bercampur menjadi satu, seperti badai yang tak terhenti.
Beberapa minggu terakhir, hidupnya terasa berantakan. Masalah di sekolah, pertemanan yang renggang, serta tekanan dari orang tuanya membuatnya merasa terjebak. Rasanya seperti dunia ini begitu berat, dan Avery tak tahu lagi bagaimana cara menghadapi semuanya.
Saat itu, ponselnya berbunyi, menampilkan pesan dari sahabatnya, Gabby. "Aku tahu kau sedang tidak baik-baik saja, tapi percayalah, semua ini bukan salahmu. Tenangkan hati, Avery."
Avery menarik napas dalam-dalam, kata-kata Gabby seolah menjadi angin sejuk yang menghembuskan kedamaian ke dalam dadanya. Dia membaca pesan itu berulang-ulang, dan entah bagaimana, rasa gelisah di hatinya mulai mereda sedikit demi sedikit.
"Yang kau takutkan takkan terjadi," tulis Gabby lagi.
Avery menutup matanya, mencoba meresapi kalimat itu. Mungkin, selama ini dia terlalu terfokus pada hal-hal buruk yang ada di pikirannya. Dia selalu membayangkan skenario terburuk, seolah-olah kesalahan apa pun yang dia buat akan menghancurkan semuanya. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu.
Dia teringat akan saat-saat bahagia bersama teman-temannya, dan semua pencapaian yang telah diraihnya di sekolah. Meski ada kesulitan, tidak berarti hidupnya hanya dipenuhi oleh kegagalan. Gabby benar. Apa yang ia takutkan mungkin hanya bayangannya sendiri, sesuatu yang belum tentu terjadi.
Avery membuka matanya, menatap keluar jendela yang kini dipenuhi cahaya lampu-lampu kota. Hatinya sedikit lebih tenang. Meski belum semuanya terselesaikan, dia tahu satu hal: dia tidak akan berhenti berjuang. Dan apa pun yang terjadi, dia akan menghadapi semuanya dengan lebih kuat.
Malam itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, Avery tidur dengan hati yang lebih ringan, percaya bahwa badai dalam hidupnya pun akan berlalu.