Pagi ini aku berdiri di depan sebuah bangunan besar yang terlihat kokoh dan kuat, tidak hanya itu bangunan tersebut juga nampak terlihat elegan dengan perpaduan warna putih dan abu-abu. Pada pintu masuk terdapat tulisan SMK Citra Bangsa yang terletak di atas gerbang persis.
Hatiku memberontak berkata ingin kembali ke tempat semula, tapi anehnya kakiku terus melangkah masuk. Langkah demi langkah kulewati hingga sampailah di depan pintu yang teridentifikasi sebagai kelas MPLS.
Kuletakan tasku di salah satu bangku, bangku itu terletak di sebelah jendela persis. Alasanku memilih tempat ini adalah agar aku lebih leluasa memantau halaman sekolah. Tak lama dari itu datang seorang gadis berwajah jutek dengan badan sedikit bungkuk meletakkan tasnya di sebelahku.
“Aku duduk sini ya?” Tanya gadis itu.
Aku pun mengangguk yang mengisyaratkan membolehkan dia duduk di sebelahku. Dia langsung duduk kemudian sibuk memainkan gawannya sendiri. Sesekali kulirik permukaan layar handphonenya, ternyata dia sedang mengupload potret dirinya di story WhatsApp. “Percaya diri sekali”, itu yang kukatakan di dalam hati.
“Siapa namamu? Perkenalkan aku Sarah” Ujarku tiba-tiba membuat sang gadis yang tadinya sibuk bermain gawan mengalihkan atensinya padaku. Aku penasaran pada gadis di sebelahku ini, rasa maluku mengalahkan rasa penasaranku.
“Namaku Ayla, senang bisa berkenalan denganmu Sarah” Respon gadis itu di beberapa detik kemudian.
Kita saling melempar senyum kemudian kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Jam terus berputar, sekarang telah menunjukkan pukul tujuh. Kelas yang kusinggahi ini sudah penuh, didominasi oleh anak laki-laki. Mau berharap apa aku, jurusan yang ada di SMK Citra Bangsa kan hampir semua teknik, tentunya lebih banyak anak laki-lakinya dari pada anak perempuan.
Mendadak suasana kelas menjadi hening saat beberapa siswa berseragam osis lengkap SMA Citra Bangsa masuk kedalam kelas. Salah satu di antara mereka memperkenalkan diri kemudian diikuti yang lain. Ternyata mereka adalah kakak kelas yang menjabat sebagai OSIS.
“Halo adik-adik tugas kami disini adalah membimbing kalian selama MPLS” Salah satu kakak kelas berseru dengan lantang.
“Kakak osis sudah perkenalan, sekarang giliran kalian yang perkenalan, silahkan maju kedepan dengan menyebutkan nama, alamat, dan sekolah asal kalian” Ucap anak laki-laki berbadan tinggi yang berdiri di ujung ruangan.
Deg, jantungku mulai berdebar kencang. Perkenalan? Astaga aku takut berkata salah . Bagaimana kalau mereka semua mentertawakanku? Mereka pasti akan berfikir aku adalah seorang gadis pengacau yang bodoh.
Pikirinku sudah kemana-mana bahkan sampai membuat skenario masa depan yang belum tentu terjadi. Tidak hanya pikiran, anggota badanku juga mengalami tanda-tanda panik. Ditandai dengan telapak kaki dan telapak tangan yang terasa dingin tapi mengeluarkan keringat.
Satu persatu mulai memperkenalkan diri, dimulai dari sudut depan sebelah kiri. Untungnya aku duduk di pojok kanan, jadi masih lama giliranku.
TIDAK! Sekarang Ayla sedang maju memperkenalkan diri, itu artinya setelah ini giliranku. Kenapa mereka cepat sekali sih, aku masih butuh waktu.
Jantungku berdebar lebih kencang saat melihat Ayla berjalan kembali kesini. Tidak hanya itu, banyak sepasang sorot mata yang menatapku, aku tahu apa yang mereka maksud. Tatapan mereka mengisyaratkan bahwa sekarang adalah giliranku.
Akupun berdiri kemudian berjalan ke depan kelas. Posisiku saat ini sangat strategis untuk di lihat. Pikiranku terus mengingat-ingat apa yang harus kuucapkan di detik ini.
“h-hey halo, perkenalan namaku Sarah Andini aku berasal dari C...Cengkareng dan...”
Glek, tiba-tiba aku lupa ingin mengatakan apa. Kuterus mengingat-ingat suatu hal yang seharusnya aku katakan. Kepanikanku semakin bertambah saat melihat tatapan mata yang berfokus padaku. Mata-mata itu seolah berkata “enyahlah gadis pengacau”. Ku genggam erat potongan kain berwarna biru yang menempel di tubuhku.
Bagai ombak yang mengalun ke bibir pantai akhirnya aku mengingat hal yang harus kukatakan.
“aku dari SMP N 24, sekian terima kasih”
Sungguh hanya hal itu yang terjadi, padahal aku sudah membayangkan hal yang tidak-tidak. Bahkan mereka tidak mentertawakanku sama sekali.
Aku berjalan kembali ke bangkuku sambil memikirkan kejadian beberapa detik lalu. Sementara itu sesi pengenalan masih terus berlanjut.
Kutatap langit cerah di luar sana melalui jendela, sambil memikirkan kejadian sebelumnya. Kalau dipikir-pikir memperkenalkan diri di depan kelas tidak buruk, hanya saja pikiranku yang selalu berburuk sangka.
Aku belajar dari kejadian itu, janganlah takut berbuat salah dan jangan berfikir negatif berlebihan. Karena sesuatu yang kita fikir buruk belum tentu seburuk itu, dan usahakan terus berpikir positif, karena fikiran positif akan memberi energi atau spirit tersendiri yang akan membuat kita lebih percaya diri untuk mengekspresikan diri.