Aku, Dinda, seorang siswi yang menempuh SMA yang merasa rankingnya akan menurun drastis, sejak dirinya menginjak di Kelas 11, entah kenapa aku pun merasa khawatir karena sainganku semakin banyak dan tidak kalah pintar dengan nya. Walaupun begitu aku mempunyai seorang teman yaitu Nina dan Navya, yang selalu mendukung apapun pencapaianku tanpa saling iri hati.
Tetapi masalah utamanya bukan karena sainganku tidak kalah pintar, melainkan ketidakjujuran mereka saat mengerjakan ulangan ataupun mengerjakan tugas, bayangkan saat ulangan mereka sangat sering menyontek saat ulangan, menyalin tugas dari teman lainnya, padahal seharusnya mereka bisa menyelesaikannya sendiri. Anehnya guru-guru sama sekali tidak mengetahui sisi gelap mereka ini, bahkan sainganku ini sering dibanggakan oleh guru-guruku.
Tetapi menurutku cukup ironis, bayangkan otaknya “pintar”, tapi “hobi menyontek?”, sungguh merupakan hal yang konyol bukan?”.
Ya tentu saja, pasti nilai mereka meningkat drastis daripada diriku, tentu perbedaaannya cukup jauh karena diriku “jujur”, karena diriku selalu memiliki prinsip bahwa “apapun yang terjadi, jangan menyontek, karena hal itu berati membohongi dirimu sendiri”.
Suatu saat, pengambilan rapor semester ganjil pun diadakan, dan seperti biasa rata-rata nilaiku hanya mencapai 91,7 jika dibulatkan berati 92.
Cukup sedikit mengecewakan tapi aku pun tetap merasa bersyukur karena setidaknya walaupun tidak sesuai ekspektasi, tetapi diriku melewatinya dengan kejujuran, bukan dengan kebohongan tersembunyi, ya diriku yakin bahwa rata-rata nilai mereka bisa mencapai 95–98.
Entahlah, diriku sangat yakin jika dugaanku benar, dan benar saja, dugaanku terjadi.
Pada saat sekolahku mengadakan pengumuman juara, aku sama sekali tidak menginjak 3 besar, tetapi dugaanku setidaknya hanya menginjak 5 ataupun 10 besar.
Diriku sempat memberitahu kepada kedua temanku yaitu Nina dan Navya, tetapi mereka berdua berkata harus mengikhlaskan jika diriku tidak masuk pada 3 besar tetapi yang harus diriku renungi adalah kejujuran dan prosesku dalam melewatinya serta pendirianku yang teguh karena sudah memegang kejujuran yang kuat. Mereka berkata kepada bahwa, menjadi orang jujur memang tidak gampang dan dihadapi banyak cobaan, tetapi pada akhirnya, orang yang jujur mampu bangkit kembali dan tidak akan hancur, perjalananku belum berakhir hanya karena rata-rata nilaiku kurang memuaskan. Masih ada kesempatan lagi untuk mencobanya kembali.
“Dinda, cuman karena nilai rata-rata kamu kurang memuasakan bukan berati dirimu akan hancur” ucap Navya
“Kalau kamu ingin menangis, yasudah menangis saja, tidak apa-apa” balas Nina
“Jika dirimu sudah jauh lebih tenang, coba kamu sadari bahwa mereka yang menyontek itu diluar kontrolmu dan asalkan kamu tahu, otakmu jauh lebih terasah daripada mereka yang menyontek, percaya atau tidak suatu hari, saat mereka bertambah umurnya tentu akan menyesal atas perbuatannya” lanjut Nina
Beberapa lama kemudian, aku pun menyadarinya, bahwa diriku sudah menjadi pemenang, dan pemenang tidak harus dilihat orang lain.
Nilaiku di seluruh pelajaran tuntas, tidak ada satupun yang tidak tuntas, bahkan jauh melampaui kriteria ketuntasan minimal (KKM).