Eunjin duduk di sudut kafe yang penuh kenangan. Di hadapannya, Heeseung, seseorang yang telah menemaninya selama bertahun-tahun, tersenyum hangat seperti biasa. Keduanya sama-sama sibuk dengan kehidupan masing-masing, namun di balik rutinitas, rasa cinta mereka tetap bertahan.
Hari itu, mereka kembali mengenang awal mula pertemuan mereka di kafe yang sama, lima tahun lalu. Saat itu, Heeseung dengan canggung memesan kopi dan tersenyum pada Eunjin, yang bekerja di balik meja kasir. Eunjin tidak pernah menyangka, senyuman sederhana itu akan membuka cerita panjang antara mereka.
“Kenapa kita masih di sini, njin?” tanya Heeseung tiba-tiba, suaranya lembut tapi serius. “Setelah sekian lama, kenapa kita masih bersama?”
Eunjin tertawa kecil. Pertanyaan Heeseung terasa aneh di telinganya, namun juga penuh arti. Ia memandang Heeseung dalam-dalam sebelum menjawab.
“Bukan karena kita sudah lama bersama,” jawab Eunjin sambil menggenggam tangan Heeseung. “Tapi karena rasanya masih sama. Seperti waktu pertama kali aku lihat kamu di sini.”
Heeseung tersenyum lebih lebar, seperti mengerti jawaban itu. Mereka tidak bersama hanya karena waktu yang telah mengikat, tetapi karena cinta yang tak berubah. Momen demi momen, kebersamaan mereka terus dipelihara oleh perasaan yang sama, cinta yang tulus dan sederhana.