Aku selalu di sisimu, menemanimu di setiap detik yang terlewatkan. Kamu mungkin tidak pernah menyadarinya, tapi setiap senyum yang kamu bagi, setiap tawa yang kamu lemparkan, semakin memperdalam perasaanku. Aku jatuh cinta padamu sejak lama, tapi entah bagaimana kamu tak pernah melihatnya.
Setiap hari, aku berharap ada satu momen, satu detik di mana tatapanmu menyentuh hatiku, membalas rasa yang selama ini kusembunyikan. Namun, sepertinya bagimu, aku hanyalah seorang teman. Teman yang tak lebih dari sekadar latar belakang dalam hidupmu yang penuh warna.
Berulang kali aku mengetuk pintu hatimu dengan perhatian kecil—membawakan kopi favoritmu di pagi hari, menemanimu melewati malam panjang dengan canda, dan mendengarkan ceritamu tentang segala hal. Semua itu adalah caraku mengatakan, "aku mencintaimu." Namun, seolah angin yang berlalu, kamu tak pernah menyadari isyarat-isyarat kecil itu.
Dan di sini aku berdiri, di persimpangan antara bertahan dengan harapan atau melepaskan perasaan ini. Mungkin suatu hari nanti, ketika kamu membaca lagi semua tanda-tanda yang pernah kuberikan, kamu akan menyadari bahwa aku pernah jatuh cinta padamu. Tapi apakah saat itu masih akan ada waktu bagi kita?
Di balik senyuman dan tawa, hatiku berbisik, "aku mencintamu."