Hari-hari yang kujalani, semakin terasa berbeda semenjak kejadian mistis itu. Sebuah peristiwa di mana akal sehatku tidak dapat menerimanya hingga saat ini. Kejadiannya saat itu, tepatnya kamis malam sehabis aku pulang bekerja.
Aku Renata, gadis dengan rambut keriting gantung dan style-ku yang sederhana. Pada saat itu aku menyusuri jalan melewati pinggiran jalan raya.
Namun, tak biasanya jalan yang kulewati menjadi sepi, bahkan hampir tidak ada kendaraan yang melintas, dan kios warung yang biasa buka sudah tutup semuanya. Padahal waktu itu masih pukul 22.00. malam.
Sempat ada tanda tanya di dalam benakku, Kenapa jalananan jadi sepi, ya? Nggak seperti biasanya! kataku membatin.
Kemudian, kuabaikan pertanyaan yang terlintas di kepalaku, dan terus berjalan ingin segera cepat-cepat sampai di rumah untuk melepaskan rasa letihku seharian bekerja.
Kebetulan rumahku tidak jauh dari lokasi tempat aku bekerja. Rumahku berada di sebuah komplek perumahan keluarga, sebelah kiri dari perempatan lampu merah yang menghadap ke barat.
Ketika sampai di sebuah perempatan, langkah kakiku terhenti, sehingga dengan spontan mataku tertuju pada sebuah handphone yang tergeletak di ujung perempatan jala, kemudian tanpa berpikir panjang akupun mulai mempercepat langkahku, dan berniat mengambil handphone yang tergeletak di jalan tersebut.
"Deeeg,...!" Tiba-tiba ada yang menepuk punggungku dari arah belakang.
"Mau apa ke sini, Nak?" terdengar suara seorang wanita tua tiba-tiba.
"Ah! Nenek membuat aku kaget saja," kataku mengelus dada, karena aku benar-benar terkejut saat itu.
"Nenek ini datangnya dari arah mana, ya? Padahal, waktu aku berjalan tadi, tidak ada siapa-siapa di belakangku. Lagi pula ini 'kan sudah malam. Mau mencari apa nenek itu keluar malam-malam?"
"Hm, aku mau mengambil handphone itu Nek. Kasian pemiliknya pasti mencari handphone-nya. Aku ingin menyimpannya. Siapa tahu nanti yang punya handphone menghubungi nomornya."
"Jangan diambil handphone-nya, biarkan saja di situ!" sahut nenek tua itu di belakangku.
Nenek itu berbicara pelan sekali, dengan nada suara parau. Aku pun tetap mengambil handphone itu dan membersihkannya dari debu jalanan yang menempel.
"Nenek tenang saja, aku tidak berniat jahat, kok! Lagi pula ini bukan punyaku. Aku hanya sekedar menyimpannya saja, sampai si pemilik handphone ini menghubungiku."
Kemudian, ketika membalikkan tubuhku ke arah belakang, ternyata nenek tua tu sudah tidak ada lagi di tempatnya.
"Loh! Ke mana perginya nenek itu? Kok, dia pergi enggak bilang-bilang. Berarti aku dari tadi ngomong sendirian dong!" gerutuku dengan sedikit kesal.
Aku pun segera pergi meninggalkan tempat itu, lalu melanjutkan langkahku untuk sampai ke rumah. Di tengah perjalanan, aku memeriksa handphone itu yang tadinya sudah aku masukkan di saku celana, dan membersihkannya perlahan.
Setelah aku memutar balikkan handphone-nya, ternyata di cassing belakangnya sudah banyak yang goresan. Seperti bekas gesekan aspal jalan raya. Aku pun masih belum berpikir, tentang siapa pemilik handphone itu. Mungkin saja ini adalah handphone, seseorang yang terjatuh di jalan raya.
Sesampainya aku di rumah, segera meletakkan tas di atas lemari kecil, lalu pergi mandi untuk menyegarkan tubuhku yang letih, karena telah bekerja seharian, dan handphone itu aku letakkan di samping tasku yang berwarna merah.
Lima belas menit, setelah mandi aku mengenakan baju tidur yang berwarna merah, karna aku sangat menyukai warna merah dan langsung menghempaskan tubuhku di atas kasur.
Tak lama, saat kuingin mengambil bantal yang berada di sudut kasur. Tanganku menyentuh benda yang tak asingku pegang. Dengan rasa penasaran ingin segera melihat benda apa yang kupegang tadi.
"Hoaaah! Itukan handphone yang aku temukan di jalan tadi? Kenapa bisa sampai di atas kasur, padahal, 'kan handphone-nya aku letakkan di samping tasku?"
"Ah, mungkin tadi adikku yang usil, suka memainkan barang-barangku lalu lupa meletakkan di tempatnya semula."
Kemudian, aku pun tertidur hingga keesokan harinya. Aku terbangun kebetulan, mendapat libur kerja selama dua hari, karena restaurant tempatku bekerja sedang mengalami perbaikan dibagian atapnya, karena tertimpa pohon besar yang patah karena hujan angin yg sangat lebat berapa hari yang lalu.
Setelah bangun tidur, akupun memanggil ibuku untuk menceritakan handphone yang semalam aku temukan. Tapi, ibuku tidak juga menjawab panggilanku. Aku cari di sekitar rumah pun tidak ada siapa-siapa. Motor ayah tidak ada, sepeda adikku ada, dan motor ibuku juga ada.
"Iiihh! Pada ke mana sih orang rumah semuanya, masa' pergi aku ditinggal sendirian di rumah!"
Kemudian, aku berjalan ke arah meja makan, untuk mengambil air minum di samping tudung saji, tapi aku aku temukan sebuah kertas kecil bertuliskan.
'Ren, kamu tunggu di rumah dulu ya. Ibu, ayah dan adik kamu pergi ke rumah tante, karna tantemu sudah melahirkan. Kemungkinan tiga hari ke depan baru bisa pulang, kamu hati-hati di rumah ya. Maaf Ibu nggak sempat bangunin kamu, karna Ibu lihat kamu masih ngantuk banget. Tertulis ~IBU~'.
"Yah! Sendirian deh, aku di rumah. Sepi lagi nggak ada siapa-siapa!"
Dengan rasa kesal, aku berjalan ke ruangan TV, karna aku ingin menghibur diri supaya tidak begitu kesepian. Masih aku memegang handphone yang aku temukan semalam, berharap si pemilik handphone cepat menghubungi nomornya.
"Kok, handphone-nya nggak ada notifikasi sama sekali, sih! 'Kan sudah kehilangan sampai satu hari!"
Beranjak malam pukul 21.05. aku segera masuk ke kamarku karena aku sebenarnya takut kalau harus menunggu di rumah sendirian. Aku di kamar mendengarkan musik lewat headshet, sambil berbaring di kasur dan tak lama, dalam pendengaranku. Aku mendengar seperti ada suara seseorang yang mengemudi motor lalu tertabrak oleh mobil truk di depan rumah.
Brukk...!
Jegerr...!
Dengan panik aku segera berlari keluar, mengecek keadaan di luar rumah apakah ada orang yang kecelakaan. Sampai di gerbang rumah, akupun berjalan ke tengah jalan raya dan memeriksa tempat di sekeliling. Suasana jalan sepi tidak ada kendaraan yang lewat.
"Loh! Kok nggak ada apa-apa sih? Terus yang aku dengar tadi apa ya? Apa aku yang salah dengar, karena terlalu keras volume musik di handphone-ku?"
Kemudian akupun masih penasaran, ingin memastikan keadaan, dan aku berjalan ke perempatan lampu merah yang tidak jauh dari rumahku, dengan detak jantung yang masih berdegup kencang. Dengan rambut terikat satu, mengenakan kaus T-shrit berwarna merah dan celana pendek berwarna hitam. Aku coba memastikan ke kanan dan kiri di perempatan jalan. Di sana tidak ada kejadian apapun. Disaat aku berbalik badan ingin kembali ke rumah. Pandanganku tertuju pada hamparan pasir di seberang ujung perempatan.
Apa itu ya, kok banyak pasirnya? tanyaku dalam hati.
"Ah, sudahlah. Mungkin itu hanya pasir yang berjatuhan dari truk pengangkut pasir aja!" pikirku.
Malam semakin larut, akhirnya aku memutuskan untuk segera tidur supaya aku tak merasakan hal aneh lagi. Waktu menunjukan pukul 22.54. Kedua masih saja belum bisa dipejamkan. Aku masih membayangkan kejadian aneh tadi. Tepat pukul 23.10. handphone yang kutemukan kemarin tiba-tiba berdering dan suara panggilan telepon itu semakin keras berbunyi.
"Iih...! Siapa sih, malam-malam begini telepon. Kayak nggak ada besok hari aja?"
Lalu akupun menjawab telepon itu. "Iya halo! Selamat malam? Dengan siapa ini?" tanyaku sampai dua kali tak ada jawaban, dan di saat aku ingin mematikan teleponnya orang itu menjawab.
"Keembaliiikann, handphone saayaaaa!" terdengar suara parau laki-laki.
Akupun dengan senang hati mendengarnya ternyata si pemilik handphone itu mencari handphone-nya. Akupun langsung menjawab.
"Oh, iya Mas. Ini handphone-nya sama sayam. Kapan kita bisa bertemu biar saya antar handphone?"
"Tuutt.. Tuutt... Tuut." Suara panggilan telepon terputus.
"Ya, kok dimatikan? Halo mas, mas! Aku belum selesai bicara!"
Dengan rasa kesal aku menjauhkan handphone itu. Mataku pun terasa mengantuk, dan aku mulai tertidur. Pukul 03.00. pagi, aku terbangun karena aku haus ingin mengambil air minum di meja makan dekat dapur.
Setelah aku keluar dari kamar, dengan pandangan sayup-sayup, karena mataku masih mengantuk tiba di depan ruang TV aku melihat sesosok laki-laki mengenakan jaket berwarna hitam, dengan kedua kaki penuh darah. Posisi kepala miring ke kanan tertunduk ke bawah dan terlihat darah juga.
"Aaaa....!"
Braakkk...!
Piintu kamar sontak aku banting dengan keras. Cepat-cepat aku berlari dan naik ke atas kasur, lalu menutup tubuhku dengan selimut, karena aku sangat shock melihat sosok hantu di rumahku. Dengan nafas tersengal-sengal, aku pun langsung menelepon ibuku, tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya aku dapat tidur kembali, setelah aku mencuci muka dan tanganku.
Namun tidurku tidak nyenyak. aku kembali merasakan ketakutan karena aku memimpikan seorang nenek-nenek yang bertemu denganku sewaktu aku menemukan handphone itu. Di dalam mimpiku ia selalu mengikutiku dengan rambut yang berwarna putih keriting dan terurai. mengenakan baju kebaya berwarna putih lusuh, serta menggunakan selendang jarit berwarna hijau. Dengan tatapan tajam penuh marah dan wajah yang sangat pucat seolah ia ingin mencariku setiap saat.
Setelah aku terbangun dari tidurku, aku segera menuju ke kamar mandi karena waktu sudah menunjukan pukul 07.08. wib. Sudah waktunya aku berangkat kerja kembali, tanpa membuat sarapan terlebih dahulu. Aku langsung bergegas pergi ke restaurant tempat kerjaku.
Sampai di perempatan lampu merah. Di sana ramai dengan tukang becak yang sedang asik mengobrol begitu serius dan tegang bersama teman-temanya. Aku tak menghiraukannya karena aku sudah telat untuk pergi kerja. Sekilas di telingaku terdengar percakapan mereka.
"I-iya kasihan sekali nenek-nenek tua itu. Sudah tua meninggal dengan cara kecelakaan lagi!"
Lalu sahut temannya, "Iya, semenjak kecelakaan itu terjadi, mendadak jalan ini jadi sepi ya? Kalau malam. Mungkin takut dihantui dengan orang yang mati kecelakaan kemarin."
Kemudian aku pun mulai penasaran dengan pembicaraan, bapak tukang becak tersebut, segera aku berbalik arah lalu mulai menanyakan apa yang telah terjadi.
"Maaf Pak mengganggu, tadi saya dengar ada kecelakaan di sini, dan korban yang tewas itu seorang nenek-nenek?"
"Iya, Dek! Kemarin tepatnya hari kamis siang ada kecelakaan di perempatan, korbannya sampai meninggal di tempat. Ada dua orang! Mungkin nenek-nenek itu ibu si pengemudi motor, mereka itu mau ke arah barat mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Terus yang membawa motor sedang menggubnkan handphone-nya, tanpa di sadari truk besar berlawanan arah ada di depan mereka. Lalu, motor mereka menabrak pinggiran truk itu, Dek. Alhasil laki-laki itu terjatuh terpental ke trotoar dengan wajah bersimbah darah. Lehernya patah ke kanan, Dek, dan kepalanya pendarahan hebat terbentur trotoar. Karena laki-laki itu tidak mengenakan helm lagi."
Dengan rasa takut yang semakin mendalam aku mulai terdiam, karena apa yang mereka ceritakan itu, ciri korbannya yang sudah aku temui.
"Hm, terus Pak nenek itu bagaimana?" tanyaku dengan rasa tak percaya.
Sahut Pak Karyo salah seorang tukang becak. "Nenek tua itu juga mati di tempat, Dek. Dadanya terbentur aspal jalan!"
"Eh Dek, tapi anehnya saat polisi mencari barang bukti dan saat polisi menelusuri TKP, handphone yang digunakan korban itu tidak ada di tempat. Kemudian, keesokannya harinya pun polisi masih mencarinya tapi tetap saja tidak ditemukan, barangkali sudah ada yang menemukan handphonenya!"
"Kok, berani ya, mengambil barang orang yang kecelakaan apa lagi sampai mati di tempat?"
"Iya, padahal kata orang tua, kalau kita mengambil barang orang kecelakaan yang mati di tempat itu kita bakal dihantui!" celetuk Pak Karyo.
Semakin jelas kudengar keterangan dari para tukang becak itu. Aku menjadi semakin ketakutan. Tubuhku sudah terasa gemetaran.
"Ba-baik Pak! Terima kasih sudah menceritakan kejadian kecelakaannya."
Kemudian aku bergegas kembali ke rumah untuk memeriksa handphone-nya. Hari itu aku sampai tidak masuk bekerja karena aku sangat bingung dan panik dengan kejadian yang kualami. Sesampainya di rumah aku sangat cemas dan penuh tanda tanya dalam benakku.
"Hahh... hahh..!" Nafasku tak beraturan, karena aku berlari sangat begitu cepat sekali.
"Nggak mungkin! Enggak mungkin, korban kecelakaan itu menghantuiku!"
Aku tidak punya niat buruk sama sekali, aku mengambil handphone itu, karena aku berpikir pemiliknya masih hidup, dan aku tidak mendengar kabar bahwa ada kecelakaan di sana sampai merenggut dua korban nyawa.
Kemudian, akupun segera mengambil handphone-nya dan memeriksa foto-foto di dalam handphone itu.
"Aaaaa...!"
Rupanya benar, ternyata aku dihantui korban kecelakaan hanya karena menemukan handphone-nya.
Malam harinya, aku mengembalikan handphone itu ke tempat terjadinya kecelakaan terjadi, dan berharap semoga hantu itu tidak kembali menghantuiku. []
Jangan lupa follow 😉