Boleh katakan dia adalah gadis sebatang kara. Apakah dia tidak memiliki orang tua lagi? , atau apakah dia tidak memiliki siapapun?.
Maka dia akan menjawab, tidak.
Orang tuanya masih ada, mereka ada di manapun mereka berada, terpisah dan sibuk dengan kehidupan baru mereka, menikmati kehangatan keluarga yang mereka ciptakan, menyisakan seorang anak perempuan yang mereka terlantarkan begitu saja.
Dia bahkan memiliki seorang kakak laki-laki, yang memiliki nasib sama dengannya, yaitu terbuang.
Masa kecil yang merana, tak mesti membuat gadis itu menjadi anak yang super nakal, dia cukup penurut. Walaupun sang bibi berkata, tak sekali dua kali Ia mendapat teguran dari orang tua lain, karna betapa nakalnya anak perempuan itu.
Dia menjadi anak yang tangguh, sangat suka bermain bola dan selalu risih memakai rok, keinginan terbesarnya adalah bisa mengikuti pelatihan bela diri.
Sayangnya, karna rasa khawatir akan kecenderungan bersikap seperti anak laki-laki, sang Bibi enggan menuruti keinginannya.
Anak perempuan itu, bertumbuh menjadi gadis remaja, Ia telah menjadi anak yang kekurangan kasih sayang sejak kecil, namun hal itu membuat pola pikirnya terasah menjadi lebih dewasa dan bijak.
Kecenderungannya berpegang kepada agama yang Ia percaya, Ia menjadikan Tuhan sebagai tempat mengadukan keluh kesahnya, tak jarang Ia menangis di antara sujud atau ketika tangannya tertadah ke langit.
"Ya Allah, apa kabar ibu ku?, apakah dia baik-baik saja? "
Doa yang terapal di sela-sela doanya, setelah sepuluh tahun tak mendengar kabar sang ibu. Ntah bagaimana keadaannya, apakah wanita yang telah melahirkannya itu baik, atau bahkan telah tiada.
"Di belahan bumi mu yang mana Ibu ku berada Ya Rabb? "
"Atau, apakah Ia hanya tinggal nama? "
Suaranya bergetar dan tercekat, rasa rindu itu membelenggu jiwanya, walaupun sang Ibu jauh dari kata tanggung jawab, tapi Ia tidak bisa menapik jika hidupnya saat ini karna ada darah sang Ibu di dalamnya.
"Beri hamba petunjuk mu, hamba sungguh tidak tau harus bertanya kepada siapa kecuali pada Mu, ya rabb"
Setiap hari, setiap lima waktu, sebanyak itu Ia berdo'a, ikatan itu semakin kuat, sampai Ia merasa hanya Tuhannya lah yang Ia miliki.
Hatinya melembut sepanjang waktu, dia gadis remaja yang mulai mengetahui aturan-aturan agamanya. Ketika teman-teman sebayanya mulai mengenal cinta dan di mabuk asmara, maka dia dengan tegas mengatakan tidak ingin menjalin hubungan, Ia hanya ingin fokus pada sekolah.
Dia yang hidup serba kekurangan, mulai memanfaatkan puasa rutin senin dan kamis, untuk menghemat uang jajannya. Yang jelas semakin berefek pada hatinya yang semakin murni, Ia mulai menahan banyak keinginan.
Dia memiliki penyakit kulit sejak kecil, yang membuat Ia tak pernah nyaman mengenakan pakaian yang terbuka, namun siapa sangka, di situlah mulanya.
Dia menjadi sangat nyaman dengan pakaian tertutup miliknya, hingga suatu hari, ada perasaan aneh ketika Ia memakai celana jins ketat yang mencetak lekuk pinggang dan kaki jenjangnya.
Hijab yang semulanya cukup menutupi dada, perlahan terasa sangat pendek dan membuatnya tak nyaman sama sekali, sehingga Ia mulai mencari Hijab yang lebih lebar, sehingga ketika Ia mengangkat tangan saat bekerja tidak memperlihatkan bagian dadanya yang tersingkap.
Ia juga mulai mengetahui jika kaki merupakan bagian dari aurat tubuh, awalnya Ia hanya ingin memakainya, karna malu dengan bekas-bekas luka di kakinya, namun perasaan tidak enak itu kembali terasa ketika Ia melupakan kaos kakinya, sehingga kaos kaki itu menjadi bagian yang penting sejak hari itu.
Seperti itu Hidayah datang pada gadis remaja yang malang, tak perduli bagaimana terbuangnya dia, namun ketika Ia memiliki Tuhan bersamanya, semua ujian itu bukanlah apa-apa.
Cara Tuhan menimbulkan setiap perasaan aneh yang membuatnya tak nyaman, adalah cara paling lembut bagaimana Tuhan ingin gadis itu bertakwa.
Dia tidak memberinya teguran atau apapun yang buruk, gadis itu sangat sadar, proses hidayah itu sampai padanya.
Tuhan sangat menyayangi nya, ketika banyak anak-anak menjadikan alasan perpisahan orang tua mereka agar menjadi anak yang nakal, rusak dan sulit di atur.
Nyatanya, menjadi orang baik atau buruk itu adalah pilihan kita, tidak seharusnya kita menyalahkan siapapun.