"Non, bibi sudah masakin kesukaan Non, nih. Turun, dong. Nanti dingin rasanya udah beda."
Bibi Lung mengetuk pintu Tari berulang kali, namun, belum ada respon. Akhirnya Bibi Lung masuk.
Dan taraaa, Anantari dengan nyenyaknya tidur bergulung diselimuti selimut pink kesayangannya.
"Ya ampun, Non." Sambil mengguncang tubuh Tari, Bibi Lung membuka gulungan selimut itu.
"Non Tari, sudah jam delapan!" Teriak Bibi Lung berkacak pinggang.
"Sekolah enggak, Non?!"
Tidak ada gerakan sama sekali. Dengan terpaksa, lebih tepatnya dengan cara satu-satunya, Bibi Lung mengambil segelas air putih lalu dipercikannya ke arah wajah mulus sang anak majikan.
"Mama, Papa, banjir, tolongggg..." Anantari langsung berdiri lalu turun dari kasur.
Bibi Lung yang melihatnya hanya diam dan menghela napas dengan kasar.
"Bagus ya, Non. Tidur jam berapa, Non?"
Anantari langsung tersenyum saja. Ah, ini bukan pertama kalinya dirinya dibangunkan oleh Bibi Lung.
Caranya pun beragam. Dan hanya dengan percikan air dirinya akan bangun.
Anantari langsung berjengit kaget melihat sinar matahari ke kamar. "Bi Lung, jam berapa ini? Aduh, telat lagi nanti Tari."
Tanpa mendengarkan jawaban Bibi Lung, Tari langsung masuk ke kamar mandi.
***