Dikeremangan malam Desa Sukamadu, nampak sosok perempuan bertubuh gemuk menyusuri jalan yang gelap. Kemudian, dengan bermodalkan lampu senter sebagai penerangan, ia mencoba pulang ke rumah.
"Beginilah nasib tukang pijat warga Desa Sukamadu. Pulang mesti sampai malam hari," katanya sedikit mengeluh.
"Yah, namanya cari uang, mau bagaimana lagi!" tambahnya.
Yang namanya Mbak Ratmi sudah terbiasa pulang ke rumah di kegelapan malam. Ditambah Desa Sukamadu masih banyak pepohonan rindang. Tiba-tiba dari arah belakang, terdengar suara seseorang menyapanya.
"Mbak, di mana motor saya…?" Begitu mbak Ratmi menengok.
"Di mana, Mbak…?"
"Astagfirullah...! Rupanya ini Hantu Mencari Motor yang dibicarakan warga!" Mbak Ratmi langsung lari terbirit-birit karena begitu ketakutannya.
"Toloong ... toloong ... tooloong. Ada setan!"
Sementara di pos kamling ada empat pemuda yang sedang ronda malam, salah satunya Ipin kawan Salim. Rupanya mereka sedang asyik makan singkong bakar.
"Toloong... toloong... toloong!" suara di kejauhan.
"Eh, kalian dengar enggak suara orang teriak-teriak minta tolong?" tanya Ipin.
"Ya, dengar. Emang kupingku sudah budek apa, Pin!" sahut kawannya.
"Suaranya seperti perempuan," kata Ipin lagi.
"Nah, itu dia orangnya," timpal kawannya Ipin.
"Itu bukanya mbak Ratmi tukang pijit, kenapa dia lari malam-malam ya?" kata Ipin menduga.
"Apa dia ketemu Hantu Mencari Motor…?" tukas kawannya Ipin.
"Mungkin juga! Soalnya hantu itu sering dibicarakan warga akhir-akhir ini," sahut kawannya yang lain.
Saat perempuan yang dipanggil mbak Ratmi itu sudah mendekat dia bicara.
"Aduh, aku sampai terkencing-kencing karena ketakutan ketemu Hantu Mencari Motor itu!"
"Di mana Mbak Ratmi lihat hantunya…?"
"Tadi aku lihat hantu itu diujung jalan desa!" jawab mbak Ratmi yang langsung pergi begitu saja.
"Loh, Mbak Ratmi terus mau ke mana?"
"Aku mau pulang, takut ketemu hantu itu lagi!"
"Perlu diantar nggak Mbak Ratmi, sama yang lagi ronda?"
"Tidak perlu, terima kasih!"
Kemudian setelah mbak Ratmi pergi....
"Ngomong-ngomong kalau hantunya ke sini bagaimana, ya?" kata kawannya Ipin.
"Ah, kitakan berempat! Apa iya kita takut!" sahut Ipin.
"Iya benar juga, kita hadapi saja hantu itu bersama-sama!"
Tiba-tiba dari arah belakang mereka, nampak sesosok tubuh berlumuran darah yang wajahnya sudah hancur.
"Bang, di mana motor saya…?"
"Haaaah... setaaaaan...!"
Ipin dan ketiga kawannya itu lari tunggang-langgang meninggalkan pos kamling.
"Ditanya kok lari...?"
Ketika itu juga di persimpangan jalan Desa Sukamadu, empat peronda itu berpapasan dengan Salim yang kebagian juga jatah ronda malam ini.
"Kenapa kalian pada lari terbirit-birit?" tanya Salim.
"Ah, kamu bagaimana sih Lim! Giliran dapat jatah ronda enggak kelihatan batang hidungnya!" jawab Ipin.
"Ketiduran, Pin...!"
"Ya, sudah kita duluan, ya!" kata ketiga kawan Ipin yang kembali berlari, dan pulang menuju rumah mereka masing-masing.
"Lim coba kamu lihat di pos kamling hantunya masih ada enggak ya…?" kata Ipin yang kemudian lari menginggalkan Salim sendirian.
"Loh, kamu mau ke mana Pin. Kok aku jadi ditinggal sendirian, Sih…?" Dengan tiba-tiba hantu itu kembali menampakkan dirinya.
"Bang di mana motor saya...?"
"Kalau mau menanyakan soal motormu, jangan kepada warga desa yang tidak tahu apa-apa dong!"
"Lalu saya, tanya kepada siapa, Bang!"
"Ke kantor polisi yang terdekat, dengan kejadian kau tabrakan!"
"Kenapa harus ke kantor polisi?"
"Waktu terjadinya musibah, pasti yang menangani polisi. Itu juga barangkali."
"Kalau begitu saya tanyakan ke setiap kantor polisi!"
"Ya, coba saja. Hi hi hi!" Salim menjawab sambil tertawa cekikikan merasa geli sendiri.
Tidak lama, sosok hantu berlumuran darah itu menghilang begitu saja dari hadapan Salim.
Jangan lupa follow yaa😉